26 - DON'T BE IGNORE TO ME

20.1K 1K 24
                                    

26 – DON’T BE IGNORE TO ME

Aku benci melihatmu bahagia jika bukan aku penyebabnya.

***

Nicholas: Istirahat nanti datanglah ke ruangan AVES. Makan siang di sini bersamaku.

ITU ADALAH isi pesan yang dikirim Nicholas satu jam yang lalu, dan baru saja bel tanda istirahat berbunyi. Miss Sarah mengucapkan salam serta meninggalkan tugas yang akan dikumpulkan minggu depan. Setelah wali kelas—yang juga merupakan guru Sastra Inggris mereka ini keluar, satu per satu murid di dalam ruangan juga ikut meninggalkan kelas.  

“Em, ikut gue, yuk.” Vannesya menghampiri Emma lebih dulu.

Emma yang baru selesai membereskan barangnya ke dalam tas, mendongak. “Ke mana?” tanyanya penasaran, karena biasanya mereka setelah bel istirahat berbunyi akan langsung ke kantin. Kalau tiba-tiba Vannesya ingin mengajaknya ke suatu tempat, itu berarti tujuan Vannesya di istirahat kali ini bukan kantin.

“Ke ruangan AVES.”

“Ngapain?” Suara Emma nyaris memekik. Untuk apa Vannesya mengajaknya ke tempat yang hanya bisa dimasuki oleh anggota AVES itu? Mungkin bagi Vannesya sendiri, tidak masalah jika ia keluar masuk dengan bebas di ruangan AVES, karena Vannesya telah menjadi anggota AVES semenjak ia berpacaran dengan Nicholas. Namun, Emma? Dia tetap menjadi orang luar yang pantang datang ke ruangan AVES, apalagi sampai masuk ke sana, sekalipun dia adalah teman Vannesya.

“Makan,” jawab Vannesya santai.

Emma menghela napas pendek. “Kamu disuruh Nicholas datang ke sana?”

“Iya.”

“Itu artinya yang boleh datang ke sana cuman kamu, Sya. Kenapa ngajak aku?”

“Ya, terus kalau gue nggak ngajak lo, lo bakal makan sendiri di kantin?”

Emma mengangguk yakin. “Tentu, Sya. Nggak papa hari ini aku makan sendiri di kantin.”

Vannesya berdecak. “Ngapain sendiri kalau gue bisa ngajak lo?”

“Sya, meskipun aku dibolehin datang ke sana, aku tetap nggak mau ikut.”

Vannesya menghela napas, mengerti kalau orang seperti Emma memang cenderung takut jika sampai berurusan dengan orang-orang semacam AVES. Apalagi Emma pernah menjadi target mereka, meskipun itu Nicholas lakukan hanya untuk mengekangnya agar mau mengikuti apa perkataan pria itu. Nicholas menggunakan Emma sebagai jaminan agar ia menurut.

“Yaudah, deh, kalau lo nggak mau.”

Emma tersenyum, bersyukur karena Vannesya paham akan keadaannya.
Vannesya dan Emma sama-sama keluar dari kelas. Tapi baru saja mereka hendak berpisah—karena lorong menuju kantin dan menuju ruangan AVES berlawanan arah—Calila tiba-tiba datang dan meminta waktu Vannesya untuk bicara.

Vannesya dan Emma saling pandang ketika Calila tiba-tiba datang mencegat. Wanita ini sangat jarang masuk sekolah. Banyak yang mengatakan, Calila jarang masuk sekolah karena sering telat bangun, atau di pagi hari dia masih berada di tempat ‘kerjanya.’

“Ada apa?”

Calila menatap Vannesya, ragu-ragu dia ingin mengatakan tujuannya. “Vannesya—aku—emm … Maksudku, kau belum menjawab pertanyaanku.”

ENVELOVE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang