61 – GRANDFATHER
SEBENARNYA BUKAN masalah bagi Vannesya meskipun dulu Nicholas pernah mencintai Juliet. Karena perasaan Nicholas yang dulu pernah mencintai Juliet, hadir sebelum ia mengenal Nicholas. Akan sangat tidak manusiawi bagi Vannesya jika ia merasa cemburu dengan wanita yang telah meninggal itu.
Akan tetapi, yang membuat perasaan Vannesya mengganjal, adalah perasaan Nicholas padanya saat ini. Dulu Nicholas memaksanya untuk masuk ke dalam hidup pria itu karena ia yang mirip dengan Juliet, memintanya untuk berpura-pura menjadi Juliet di depan Carollin—ibunya.
Lalu, apakah perasaan cinta Nicholas kepadanya saat ini juga karena ia yang mirip dengan Juliet? Apakah pria itu juga memandangnya sebagai pengganti Juliet?
Bukan tidak mungkin jika apa yang Vannesya pikirkan memang benar. Kalau Carollin saja bisa melihatnya sebagai Juliet, lalu bagaimana dengan Nicholas. Apakah pria ini jatuh cinta kepadanya karena dia menganggap bahwa Vannesya adalah pengganti Juliet?
Dan kini, Vannesya bukan hanya merasa hatinya mengganjal. Memikirkan Nicholas yang mencintainya hanya karena Juliet, atau pria ini benar-benar mencintainya sebagai Vannesya, dan melupakan fakta bahwa ia mempunyai wajah yang mirip dengan Juliet. Vannesya akan merasa patah hati jika sampai apa yang ia pikirkan benar adanya.
Melihat tatapan Nicholas yang muram ketika ia bertanya apakah dia mencintai Juliet, Vannesya merasa kian masam. Dari wajah pria ini saja Vannesya sudah bisa menebak, bahwa pertanyaannya barusan mempunyai jawaban ‘iya.’ Nicholas pernah mencintai Juliet.
Bukan. Bahkan Vannesya tidak tahu kalau saat ini Nicholas masih mencintai Juliet atau tidak. Nicholas dulu memang pria bajingan. Dia mengaku sendiri pernah tidur dengan beberapa wanita. Namun untuk cinta, entah kenapa Vannesya merasa, Juliet adalah cinta pertama Nicholas.
Dan sesuai dengan apa yang pernah Vannesya baca, laki-laki hanya satu kali jatuh cinta, selebihnya mereka hanya menjalani hidup. Benarkah?
Akan tetapi, di saat Nicholas beralih membawa tubuh Vannesya mendekat—sangat dekat—meskipun tidak sampai memeluknya—Vannesya membaca adanya tatapan memohon yang Nicholas coba sampaikan. Pria itu memegang kedua bahu Vannesya dengan berbagai macam perasaan yang tidak bisa dijelaskan oleh Vannesya hanya dengan melihat tampilannya dari luar.
Kadang Vannesya sadar, Nicholas adalah pria yang tidak mudah dibaca. Apa yang Nicholas pikirkan kadang membuat Vannesya bertanya-tanya, apa Nicholas mempunyai rahasia yang tidak bisa pria ini katakan kepadanya. Sampai kadang membuat pria ini terlihat gamang saat menatapnya.
“Apa kau percaya kepadaku?”
Lalu, saat pertanyaan itu Nicholas tanyakan dengan wajah memohon dan ada sedikit gurat ketakutan di sana, Vannesya hanya bisa mengangguk pelan. Katakanlah ia adalah wanita yang bodoh, terlalu percaya kepada pria yang ia cintai.
Dulu, satu tahun yang lalu, Vannesya pernah sangat mencintai seorang pria karyawan magang di kantor ayahnya. Grey William. Vannesya pernah mencintai pria ini dengan sangat dalam, sangat mempercayainya melebihi apa pun.
Bahkan di saat Gerald—teman yang telah ia kenal dari kecil mengatakan jika Grey hanya memanfaatkannya saja, Vannesya tidak mempercayai ucapan Gerald. Dan justru memusuhi laki-laki itu di saat Grey tiba-tiba meninggalkannya. Menganggap bahwa kepergian Grey adalah salah Gerald.
Dan sekarang, di saat Nicholas bertanya apakah ia percaya kepada pria ini, Vannesya melakukan hal yang sama. Mempercayainya.
“Kau hanya perlu tahu, Vannesya ... kalau saat ini aku mencintaimu….”
Vannesya masih mematung di tempatnya berdiri. Tempat di mana ia turun dari mobil Nicholas. Di depan rumah Catalina Morris—menatap mobil Nicholas yang telah hilang di balik pagar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENVELOVE [COMPLETE]
Teen FictionKarena kasus bullying, Vannesya Morris dipindahkan ayahnya ke New York. Vannesya mengira kehidupan barunya di Negeri Paman Sam tersebut akan membawa perubahan yang signifikan. Menjadi anak sekolahan yang baik dan tidak peduli dengan kehidupan New Yo...