40 - JUILLIARD

17.5K 892 12
                                    

40 –  JUILLIARD

40 –  JUILLIARD

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

“KITA AKAN ke mana?”

Di hari Minggu sore, Nicholas mengajak Vannesya untuk pergi bersama. Awalnya, Vannesya kira mereka akan pergi menemui Carollin, tapi ternyata dugaannya salah. Vannesya masih belum tahu ke mana Nicholas akan membawanya pergi. 

“Kita akan menemui seseorang.”

“Siapa?”

“Mm ... seseorang….” Nicholas tampak ragu untuk mengatakannya.

Vannesya mengernyit. “Di mana?”

Nicholas menoleh padanya sebentar. “Lincoln Center.”

“Lincoln Center?” Vannesya semakin bingung. “Siapa yang akan kita temui di sana?”

“Apa kau tahu tempat yang paling terkenal di Lincoln Center?” Alih-alih menjawab pertanyaan Vannesya yang tadi, Nicholas malah menanyakan hal yang lain.

Vannesya tampak berpikir. Selama berada di New York, ia hanya satu kali pergi ke sana. Namun, ada satu tempat yang Vannesya tahu sangat terkenal di Lincoln Center. “Juilliard?”

“Ya, tepat sekali. Kita akan pergi ke Juilliard.”

“Untuk apa?”

Kali ini Nicholas terdiam cukup lama. Ia beberapa kali membasahi tenggorakannya. Mencoba merangkai kalimat yang pas di otaknya agar Vannesya tidak marah. “Mm ... kau tahu, setiap kali ulang tahun pernikahan orangtuaku, ibuku selalu meminta Juliet mengisi acara dengan menari.”

Kedua mata Vannesya mulai menajam. Ia mulai paham ke mana arah pembicaraan ini akan berakhir. “Kau memintaku untuk belajar menari?”

Nicholas mengangguk dengan wajah masam, mendengar nada bicara Vannesya yang mulai tidak ramah. “Sebenarnya, aku tidak tahu, kalau tahun ini ibuku akan memintamu menari di acara ulang tahun pernikahan mereka atau tidak. Tapi—hanya untuk berjaga-jaga….” Nicholas menoleh dengan wajah lirih. “Kau bisa mulai belajar menari dari sekarang.”

“Kau gila! Menari bukan basic-ku.”

“Ya, aku tahu. Tapi tenang saja, acaranya masih lama. Beberapa minggu setelah lomba marching-mu.”

Vannesya mendesah keras. Menyandarkan tubuhnya ke jok mobil dengan wajah lelah. “Kau selalu saja memutuskan sesuatu tanpa meminta persetujuanku.”

“Maaf … Tapi, aku benar-benar tidak mempunyai pilihan lain.”

Vannesya tidak merespon ucapan Nicholas lagi, ia memalingkan wajah ke kanan, melihat jalanan di luar jendela. Nicholas juga melakukan hal yang sama, memilih untuk diam, karena jika Nicholas mengeluarkan suara lagi mungkin Vannesya akan semakin marah. Untuk kali ini Nicholas memang tidak menggunakan kata-kata paksaan, tapi tetap saja hal itu tidak akan merubah keputusan pria ini yang meminta Vannesya untuk belajar menari.

ENVELOVE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang