63 - END NOT FOR END

12.3K 751 44
                                    

63 –  END NOT FOR END

Hati ini mengikuti cinta.
Apa yang harus aku lakukan?
Harapan cinta ini begitu menyakitkan hatiku.

***

“APA KAU tidak malu mengejar-ngejar anak kecil sepertiku? Sadarlah, berapa usiamu sekarang. Kau terlalu tua untukku, dan lebih pantas untuk aku sebut dengan paman.”

Pria yang ada di depannya ini malah tertawa geli mendengar kalimat sindirannya. Tidak merasa tersindir sama sekali mendengar kata-kata Vannesya yang mengatainya tua. Wajah cemberut Vannesya dengan kedua alisnya yang menukik tajam tersebut, justru membuat gadis muda di depannya ini terlihat berkali-kali lipat menggemaskan di matanya. Romeo bahkan tidak tahu, kenapa dia bisa jatuh cinta kepada Vannesya, yang bahkan lebih muda dari kedua adik kembarnya yang ada di New York sana.  

Awal pertama kali Romeo bertemu dengan Vannesya saat dia menjadi karyawan magang di kantor Edward Morris.

Di hari pertama Romeo menginjakkan kaki di perusahaan tersebut, dia mengalami sedikit incident yang tidak menyenangkan dengan Vannesya. Tanpa sengaja menabrak gadis itu yang baru keluar dari lift, dan merusak miniatur rumah yang dibawa oleh Vannesya.

Miniatur rumahan yang dibawa Vannesya dengan hati-hati harus rusak karena Romeo menabraknya.

Vannesya yang saat itu mengenakan seragam SMA swasta ternama di Jakarta ini berkacak pinggang dan memarahinya habis-habisan. Mengatainya dengan berbagai macam umpatan—yang ketika itu hanya didiami oleh Romeo, karena tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Vannesya. Tentu saja, karena pada saat itu Vannesya marah-marah menggunakan Bahasa Indonesia.

Dan ketika Vannesya sadar jika pria yang baru saja merusak miniatur rumahnya ini hanya diam dengan wajah bodoh, Vannesya baru sadar, kalau pria yang ada di depannya tidak mengerti apa yang ia katakan.

Merasa sia-sia ia telah mengeluarkan berbagai macam umpatan, sampai nama-nama hewan di Kebun Binatang Bogor sana habis, Vannesya kembali menggerutu dan memungut potongan-potongan miniatur rumahnya yang tidak berbentuk lagi. Yang diingat oleh Romeo sebelum Vannesya pergi meninggalkannya saat itu, gerutuan Vannesya yang mengatainya ‘Anjing dan Bangsat.’

Jika mengingat kembali pertemuan pertamanya dengan Vannesya di kala itu, selalu membuat Romeo senyum-senyum sendiri. Untuk pertama kalinya, Romeo dibuat terpanah dengan wajah marah-marah gadis muda yang tidak bisa dia lupakan.

Bahkan di hari-hari berikutnya setelah pertemuan itu, Romeo selalu berharap dia bisa bertemu lagi dengan Vannesya. Dan seakan takdir menjawab keinginannya, Vannesya ternyata merupakan anak bungsu dari Edward Morris.

Bahkan karena adanya Vannesya yang dengan mudah memenuhi isi kepalanya, Romeo bahkan sampai melupakan Juliet, wanita yang pada saat itu telah menjadi tunangannya. Romeo juga sempat mengesampingkan tujuan awalnya menyamar sebagai karyawan magang di perusahaan Edward Morris.

Yang dilakukan oleh Romeo hanya … berusaha mendekati Vannesya. 
  
“Hey, aku bahkan lebih muda dua tahun dari kakakmu. Bagaimana mungkin, kau bisa memanggilku paman? Daripada memanggilmu dengan sebutan paman, lebih terdengar menyenangkan lagi jika kau memanggilku ... sayang.”

Kernyitan dalam di dahi Vannesya yang menolak gagasannya barusan, membuat Romeo semakin tekekeh geli. Andai saja gadis muda di depannya ini jinak dan tidak ganas seperti singa, Romeo mungkin akan langsung mendekati Vannesya dan menguyel-nguyel kedua pipi gadis itu yang mengembung. Lucu sekali gadis ini, sangat menggemaskan.

Tapi, tidak. Menguyel-nguyel pipi Vannesya adalah jalan singkat baginya untuk menuju ke akhirat, dan Romeo masih ingin berumur panjang. Karena gadis muda ini pasti akan langsung membunuhnya jika sampai Romeo melakukan hal itu.

ENVELOVE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang