71 - VANNESYA'S WOUND

13.2K 772 92
                                    

71 – VANNESYA’S WOUND

SETELAH DIVONIS dokter menderita cedera saraf tulang belakang, Vannesya mulai menjalani terapi. Awal-awal menjalani terapi tidaklah mudah. Hal-hal yang diminta sang terapis untuk Vannesya lakukan tidak ia terima begitu saja. Satu kali gerakan yang membuatnya tidak bisa berdiri tegak pada alat terapis saja membuatnya meracau, tidak jarang Vannesya bahkan meneriaki sang terapis, memaki-makinya dan menolak melakukan terapi. 

Hal ini membuat dokter menyarankan kepada orangtua Vannesya agar ia melakukan terapi lebih dulu mengenai mentalnya. Dokter menyarankan Vannesya berkonsultasi dengan psikolog, agar shock yang dialami Vannesya yang membuatnya tidak bisa menerima keadaannya sekarang berkurang. Meskipun tidak bisa menerima keadaannya yang lumpuh secara lapang dada, minimal Vannesya bisa menjalankan terapi dengan baik.

Orangtua Vannesya—Edward dan Carralyn, menerima saran dari dokter. Dengan persetujuan Vannesya yang mendapat bantuan bujukan dari Valetta, Vannesya akhirnya mau menemui psikolog. Dua minggu berada di rumah sakit setelah ia sadar, Vannesya mulai melakukan sesi pertemuan dengan psikolog.

Suatu hari Carralyn bertanya, apakah setelah keluar dari rumah sakit Vannesya akan langsung bersekolah. Namun, Vannesya menggelengkan kepalanya dengan tegas, mengatakan selama ia belum bisa berjalan dengan normal kembali ia tidak mau masuk sekolah. Carralyn mengiyakan keputusan Vannesya tanpa membantah, karena selain mengalami kelumpuhan, Vannesya terkadang membutuhkan bantuan oksigen untuk bernapas. Cedera pada tulang belakangnya tidak hanya membuatnya lumpuh, akan tetapi juga berpengaruh pada sistem pernapasan Vannesya.

Tiga minggu setelah ia sadar dari koma, dokter mengizinkan Vannesya untuk pulang dan melakukan rawat jalan. Akan tetapi, baru saja mereka masuk ke dalam mobil, Vannesya mengalami halusinasi yang melemparnya pada bayang-bayang kejadian kecelakaan yang menimpanya. Vannesya mengalami sesak napas dan berakhir pingsan saat ia duduk di dalam mobil.

Vannesya memang tidak meracau seperti ia melakukan terapi, akan tetapi respon tubuhnya di saat ia ada di dalam mobil cukup untuk membuat Edward dan Carralyn yakin, Vannesya mengalami trauma akibat kecelakaan yang menimpanya hampir dua bulan yang lalu.

Setelah kejadian itu, Vannesya tidak hanya melakukan pengobatan psikis agar ia mau melakukan terapi dengan benar, akan tetapi mulai hari itu juga, Vannesya menjalani pengobatan untuk mengobatinya membunuh rasa trauma mengenai kecelakaan tersebut.

Vannesya bertekad untuk sembuh. Maka satu bulan setelah ia menjalani pengobatan mengenai mentalnya agar lebih kuat, pengobatan itu berhasil. Dan terhitung tiga bulan setelah kecelakaan itu berlalu, Vannesya berhasil keluar dari rasa traumatisnya terhadap mobil, meskipun ia yakin tidak akan mampu menyetir mobil sendiri lagi, setidaknya ia tidak trauma naik mobil. Dan kini Vannesya mulai rutin menjalani fisioterapi untuk kakinya.

“Tetap rileks, ya. Biarkan tubuh Anda sebagaimana mestinya. Jangan memaksa untuk bergerak, jika itu sulit untuk Anda lakukan.” Seorang terapis wanita berdiri di depan Vannesya, sementera ia duduk mendengarkan instruksi yang dikatakan terapis tersebut.

Vannesya mengulang kembali terapisnya dari awal, setelah sebelumnya yang ia lakukan hanya marah-marah di saat kakinya tidak bisa bergerak. Dan setelah ia menemui psikolog, rasa tidak terima itu perlahan berkurang.

Vannesya melakukan rentang gerak bantuan aktif, karena kakinya tidak bisa digerakan sama sekali, maka terapislah yang membantunya mengerakan kaki. Terapis yang memberikan fisioterapi padanya saat ini adalah orang yang sama, yang sebelumnya mendapatkan kemarahan Vannesya. Dan sebelum ia melakukan terapi kembali, Vannesya sudah meminta maaf kepadanya lebih dulu. Terapis tersebut tersenyum dan membalas Vannesya dengan mengatakan, Vannesya bisa menggantinya dengan melakukan terapi dengan semangat.

ENVELOVE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang