72 – PLOT TWIST
***
“DADDY DI MANA?”
“Ada di samping.”
Valetta yang ingin segera menemui ayahnya, menjeda sejenak langkah saat Catalina kembali memanggilnya.
“Apa … mereka sudah pergi?”
Valetta mengerti apa maksud Catalina, kemudian dia mengangguk dua kali. “Ya. Siang tadi mereka berangkat.”
Catalina menghela napas yang terasa berat. Meskipun dulu diawal dia tidak menyukai Carralyn, bukan berarti Catalina ingin Edward berpisah dengan istrinya. Tapi apa yang dilakukan oleh anaknya membuat Catalina mengerti perasaan Vannesya, dan sampai membuat anak dan ibu itu memutuskan untuk pergi meninggalkan Edward.
Melihat Edward yang lebih banyak diam dan termenung sudah cukup bagi Catalina memahami perasaan Edward saat ini, anaknya pun sedang tidak baik-baik saja. Tapi entah apa yang ditahan-tahan Edward sampai membuatnya tidak mencegah atau menahan istri dan putrinya tetap tinggal. Edward malah membiarkan dua orang—yang Catalina tahu betapa anaknya ini mencintai mereka—pergi meninggalkannya.
Catalina membiarkan Valetta menemui ayahnya sendiri.
Di samping rumah, Valetta melihat ayahnya duduk dengan mata menyorot lurus ke arah kolam renang. Wanita yang telah memutuskan satu hal besar ini menghampiri ayahnya setelah membuang napas pendek.
Valetta duduk di samping Edward. Di depan ayahnya ada cangkir dan teko. Saat Valetta menyentuh teko tersebut, teko itu sudah tidak panas atau hangat lagi, melainkan dingin. Valetta kembali menghela napas, entah sudah berapa lama ayahnya duduk di sini, sampai teko berisi teh sudah mendingin. Valetta menuang teh yang sudah dingin itu ke cangkir Edward. Melihat cangkir dalam keadaan bersih, Valetta yakin ayahnya belum menyentuh teh ini sama sekali.
“Untuk orang yang sudah membuat Mommy dan Vannesya pergi—Daddy terlihat menyedihkan.” Valetta tidak tanggung-tanggung menyindir ayahnya.
Edward memberi respon dengan mengambil cangkir yang baru diisi Valetta dengan teh yang sudah mendingin. Valetta berdecak samar. Dia ingin ayahnya menyesal, tapi entah kenapa ayahnya sangat sulit mengakui dengan mulutnya sendiri kalau dia sedih Carralyn dan Vannesya meninggalkannya. Karena meskipun diam dan tidak merespon, Valetta bisa melihat pancaran sedih itu nyata di mata Edward, tetapi tidak dikeluarkan ayahnya menggunakan kata-kata.
“Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran Daddy. Dad—apa Daddy tidak menyesal sudah membuat Mommy dan Vannesya pergi?” Dari samping, Valetta bicara dengan tidak melepas tatap dari sang ayah. “Kenapa sangat sulit bagi Daddy untuk menahan mereka? Kenapa Daddy tidak mencegah mereka untuk pergi? Aku yakin—Daddy ingin Mommy dan Vannesya tetap tinggal.” Valetta menghela napas pelan. “Aku tidak ingin Daddy bercerai dengan Mommy.”
KAMU SEDANG MEMBACA
ENVELOVE [COMPLETE]
Teen FictionKarena kasus bullying, Vannesya Morris dipindahkan ayahnya ke New York. Vannesya mengira kehidupan barunya di Negeri Paman Sam tersebut akan membawa perubahan yang signifikan. Menjadi anak sekolahan yang baik dan tidak peduli dengan kehidupan New Yo...