05 – MET HIM IN THE CENTRAL PARK
***
VANNESYA MEMPERHATIKAN kakaknya dari depan pintu. Wanita cantik itu sedang sibuk merias diri di depan cermin. Tangan ramping dia begitu lincah menyapu berbagai jenis alat kecantikan yang tersusun rapi di atas meja rias, mengambil satu per satu secara teratur. Dari samping memperhatikan, Valleta terlihat begitu anggun dan berkelas. Tidak heran kenapa dia bisa menjadi model terkenal saat ini.
Satu hal yang harus Vannesya akui—kakaknya memang sangat cantik. Mungkin kecantikan itu juga yang membuat Edward Morris membiarkan putri keyangannya ini menjadi model. Karena kalau itu dirinya, Tuan Terhormat itu pasti akan langsung melarang.
Vannesya bahkan masih ingat ketika ayahnya mengatakan dengan jelas kalau ia harus belajar bisnis dan menggantikannya kelak, karena Valetta memilih menjadi model. Padahal sebelumnya, tampuk besar itu ditujukkan Edward Morris kepada Valetta. Tetapi Valetta tidak tertarik, dan memilih untuk menjadi model.
Dari dulu Vannesya tidak pernah mendapatkan apa yang ia inginkan dengan mudah seperti Valetta. Jika menginginkan sesuatu ia harus bersusah payah lebih dulu membujuk ayahnya. Hal yang kemudian membuat Vannesya curiga kalau ia bukan anak kandung ayahnya.
Vannesya melakukan tes DNA secara diam-diam, dan fakta yang ia temukan justru membuatnya kecewa, karena ia benar-benar putri kandung Edward Morris. Akan lebih menyenangkan kalau ia ternyata bukan anak kandung ayahnya, sehingga itu bisa Vannesya gunakan untuk lepas dari belenggu pria otoriter itu.
Akan tetapi satu hal yang tidak disembunyikan oleh siapa pun, fakta kalau ternyata ia dan Valetta mempunyai ibu yang berbeda. Valetta adalah anak dari istri pertama ayahnya—Cassalyn—yang meninggal saat Valetta baru berusia lima tahun. Kemudian ayahnya menikah lagi dengan Carralyn, ibunya. Ya, ibunya dan ibu Valetta adalah saudara kembar.
Meskipun sama-sama telah mengetahui kalau mereka adalah saudara se-ayah beda ibu, Vannesya tahu Valetta sangat menyayanginya. Walaupun sering kali ia merasa iri dengan kakaknya yang bisa menjadi kesayangan Edward Morris, tapi Valetta tidak pernah menunjukkan hal sebaliknya.
Vannesya bisa merasakan, tidak ada kepura-puraan dalam hal kasih sayang Valetta padanya. Hal yang membuatnya sedikit lebih tenang, karena yang mengawasi ia selama tinggal di New York adalah Valetta sendiri.
“Kamu ngapain berdiri di depan pintu situ? Sini masuk.”
Menurunkan kedua tangan dari depan dada, menarik kembali tubuhnya dari sandaran pintu, Vannesya berjalan ke arah tempat tidur, duduk di sana. Menatap Valetta dari pantulan kaca. “Kamu kenapa, sih, Kak, tiba-tiba pindah ke New York?” Vannesya belum bertanya mengenai hal ini sebelumnya. “Bagusan juga tinggal di LA. Kenapa tiba-tiba pindah ke sini?”
KAMU SEDANG MEMBACA
ENVELOVE [COMPLETE]
Teen FictionKarena kasus bullying, Vannesya Morris dipindahkan ayahnya ke New York. Vannesya mengira kehidupan barunya di Negeri Paman Sam tersebut akan membawa perubahan yang signifikan. Menjadi anak sekolahan yang baik dan tidak peduli dengan kehidupan New Yo...