41 – MUST BE PROTECTED
***
SETELAH MENCARI tempat parkir, Vannesya dan Nicholas keluar dari mobil. Vannesya hendak menghubungi Sisil dan menanyakan di mana keberadaannya saat ini, karena sekarang ia sudah berada di sekitar bianglala dekat alun-alun Broadway—tempat yang sebelumnya dikatakan oleh Sisil kalau dia ada di sekitar situ.
Baru saja Vannesya akan menelepon Sisil, suara keras dari arah belakangnya membuat Vannesya menoleh dengan membalikkan tubuh. Dan tanpa Vannesya melihat siapa yang berteriak memanggil namanya pun, ia sebenarnya sudah tahu siapa orang yang memanggil namanya ini.
“Vannesyaaa! Nyet!”“Si Monyet!”
Vannesya dan Sisil sama-sama berjalan cepat, semakin mempercepat langkah lagi ketika jarak semakin dekat. Mereka sama-sama membuka lengan dan saling berpelukan. Sisil mempunyai tinggi badan yang hampir setara dengan Vannesya. Jika tinggi badan Vannesya adalah 170 cm, maka Sisil mempunyai tinggi badan 169 cm. Hanya berbeda satu centimeter saja. Sisil juga mempunyai tubuh yang langsing dan ideal seperti Vannesya. Kalau Vannesya adalah seorang mayoret, maka Sisil merupakan anggota cheerleaders di sekolah lamanya.
“Gue beneran nggak kangen banget sama lo, Bangsat….”
Di balik pelukannya bersama Sisil, Vannesya tersenyum geli. Meskipun temannya ini mengatakan kalau dia tidak merindukannya, dan di akhir kalimat memaki seperti biasa. Tapi didengar dari nada bicara Sisil, sudah bisa menjelaskan bahwa apa yang temannya ini katakan sebenarnya bertolak belakang dengan apa yang dia rasakan.
Vannesya melepas pelukan mereka. “Bangsat, kenapa lo bisa sampai di sini, sih, Nyet?”
“Si Monyet, emang lo nggak bahagia ketemu sama gue apa?”
Vannesya tertawa. “Kagak!”
“Monyet!”
Sedetik kemudian mereka sama-sama tertawa.
“Gue libur, dong. Tiga hari.” Sisil, perempuan dengan dress cokelat muda itu memainkan kedua alisnya dengan penuh maksud.
Vannesya menyipit, menatap curiga temannya. “Libur atau bolos?”
“Ya bolos lah, Nyet!” Sisil tertawa lebar. Sesaat kemudian tawa Sisil mereda, melihat dengan penasaran laki-laki yang berada di belakang Vannesya. Sisil menarik tangan Vannesya agar mendekat, berbicara dengan suara bisikan. “Cowok yang ada di belakang lo siapa, Sya? Kok, ganteng.”
Vannesya melirik Nicholas sejenak. Ia tersenyum tipis, Nicholas bertindak seperti kekasih yang pengertian. Hanya diam dan membiarkan Vannesya melepas rindu bersama temannya. Berdeham ringan, Vannesya kembali menatap Sisil. “Cowok gue lah.” Pria tampan seperti Nicholas sangat tidak memalukan untuk dipamerkan sebagai pacar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENVELOVE [COMPLETE]
Teen FictionKarena kasus bullying, Vannesya Morris dipindahkan ayahnya ke New York. Vannesya mengira kehidupan barunya di Negeri Paman Sam tersebut akan membawa perubahan yang signifikan. Menjadi anak sekolahan yang baik dan tidak peduli dengan kehidupan New Yo...