Bab 9 : Hilang

1.4K 135 1
                                    

***
Ada saat di mana kita di pertemukan, tapi ada saatnya juga kita di pisahkan.

*
*
*

Arga menerimanya, bukannya meminum air yang diberikan Amira, pemuda itu malah memberikan air mineral itu pada Saci. "Nih, minum."

Saci mengerjabkan matanya, ia menoleh pada Amira yang sudah menampilkan wajah marahnya. "Nggak usah, Ga. Buat lo aja," tolak Saci halus.

Arga menggelengkan kepala, ia membuka tutup botol itu, lalu memberikannya lagi kepada Saci. "Buat lo aja, gue nggak haus."

Saci dengan ragu mengambil botol itu dan meminumnya, tangannya berkeringat, pikirannya sudah tak karuan sekarang.

Amira menatap nyalang Saci saat melihat minuman yang di berikan kepada Arga malah diminum gadis itu. Ia menunggu kesempatan untuk memberikan pelajaran pada Saci.

Kesempatan itu tiba, saat Arga kembali ke tenda putra, Amira menarik paksa Saci hingga mereka menjauh dari tenda.

Plak

Amira menampar pipi Saci tanpa rasa kasihan, kemudian ia menjambak rambut Saci hingga sang empu mengaduh kesakitan. "Emang Bangsat lo! Udah gue bilang, muka jelek kayak lo tu nggak pantes deket sama Arga!" maki Amira.

Saci tak bisa berbuat apa-apa, tenaga Amira memang lebih kuat darinya. Dia hanya bisa menangis sembari menahan rasa ngilu pada pipi dan rambut nya.

Plak

"Ini peringatan buat, lo. Jauhin Arga," desis Amira melepaskan jambakan nya. Ia segera kembali ke tenda dengan raut wajah seolah tak terjadi apa-apa.

Saci hanya bisa meringkuk di balik pohon, ia menangis dalam diam. Padahal hanya perkara minuman botol, Amira bisa sampai sekejam ini. Gadis itu menghapus air matanya, ia mencoba untuk kembali tersenyum. Setelah dirasa tenang, ia segera kembali ke tenda.

Malam hari telah tiba, semua murid berkumpul sesuai jurusan kelas masing-masing. Agenda malam ini adalah game atau permainan. Mereka semua duduk melingkari api unggun. 2 orang guru menjadi MC untuk memandu acara.

"HALO SELAMAT MALAM SEMUANYA," sapa seorang guru sejarah berkacamata bulat dengan semangat.

"MALAM," jawab semua murid kompak.

"OKEY, SEMUA SEHAT? SEHAT DONG YAA, ADA YANG TAU KITA DISINI MAU NGAPAIN?" tanya guru itu basa-basi.

"JAGA LILIN PAK, BUAT CARI DUIT!" teriak salah satu murid cowok.

"KALO GUE SIH, LEBIH KE MERENUNGI NASIB HIDUP YA!" timpal salah satu cowok dari arah lain.

"SUDAH-SUDAH, DARI PADA MERENUNGI MASALAH, LEBIH BAIK SEKARANG KITA MAIN GAME!" jelas Bu Reni.

"GAME APA TU BUUK?" tanya Pak Bandi seolah-olah tidak tahu.

"JADI GAME KALI INI ADALAH TUMPUK NAMA, GAME INI JUGA BAKAL KASIH TAU KITA SEBERAPA KUAT INGATAN KALIAN," seru Bu Reni.

"NAH, CARA MAINNYA BIAR BAPAK CONTOH KAN."

"PROK PROK, INGAT AKU. PROK PROK HALO SAYA BANDI. PROK PROK HALO SAYA BANDI RENI," jelas Pak Bandi dan Bu Reni sambil memeragakan bagaimana cara bermainnya.

"YANG KALAH BAKAL DAPET HUKUMAN YAA?" ujar Bu Reni memberikan tatapan jahil.

"PAHAM SEMUANYA? BAIKLAH KITA MULAI DARI... KAMU," tunjuk Pak Bandi pada seorang siswi.

"PROK PROK INGAT AKU. Halo gue Ana."

Prok prok

"Halo, gue Ana Nabila."

4 Girls [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang