Bab 24 : Hampir Dilecehkan

1.1K 117 1
                                    

***

Perhatikan perilaku mu tuan, jangan sampai kau membuat wanita manis berubah menjadi monster yang mematikan.

*
*
*

Saci berjalan menyusuri perpustakaan untuk mencari Arga. Tadi pagi sebelum berangkat sekolah, pemuda itu mengiriminya pesan untuk menemui nya di perpustakaan lantai 3 saat jam istirahat pertama. Oke, Saci sudah tau apa yang akan ia katakan.

Lama mencari, akhirnya Gadis itu menemukan Arga yang sedang duduk sendirian di sebuah kursi depan jendela. "Hai, udah lama?" sapa Saci.

Arga tersenyum manis. "Nggak kok. Eh, duduk."

Saci menurut, gadis itu menggigit bibir bawahnya gugup. Ia takut Arga akan marah atau sakit hati jika Saci menolaknya. Tapi kan itu sudah menjadi resiko Arga jika Saci tidak menerimanya. Saci berdehem untuk menghilangkan gugup. "Ga, soal yang waktu itu...."

Arga tersenyum penuh harap. "Gimana? Lo mau jadi pacar gue?"

Saci menundukkan kepalanya sebagai permintaan maaf. "Sorry, Ga. Gue nggak bisa."

Raut Arga berubah drastis menjadi kecewa. Namun sesegera mungkin pemuda itu kembali tersenyum manis kepada Saci, membuat gadis itu heran dengan respon Arga. "Iya, nggak papa kok. Lo pasti punya alasan."

Saci mendongakkan kepalanya. "Sorry, ya."

Arga mengangguk sekilas. "O iya, lo mau bantuin gue nggak?"

"Bantuin apa?"

"Ikut gue dulu, ntar gue kasih tau." Arga menarik tangan Saci untuk mengikutinya. Saci pun hanya menurut, ia juga penasaran bantuan apa yang di maksud.

Mereka berdua berjalan meninggalkan perpustakaan dengan Arga yang memandu. Saci mengernyitkan dahinya saat Arga mengajaknya ke tempat yang cukup sepi. Saci memberanikan diri untuk bertanya. "Ga, ini kita mau kemana?"

Arga tak menjawab, cekalan nya pada Saci justru semakin menguat membuat gadis itu sedikit meringis kesakitan. "Ga, lepasin! Lo mau bawa gue kemana sih?"

Perasaan Saci campur aduk antara takut dan sedikit kesal. Saci semakin mengernyit bingung saat mereka berdua berjalan ke arah gudang lantai 3. Jantung Saci terpacu lebih cepat saat bayangan mengerikan melintas di otaknya. "Ga, lepasin! Arga!"

Saci memberontak, namun tenaganya jelas kalah dari pemuda itu. Hingga mereka berdua memasuki gudang dan Arga menutup pintu gudang itu rapat-rapat.

"Ga, gue mau balik!" seru Saci gemetar.

Arga tak menjawab, selepas menutup pintu. Pemuda itu berbalik badan dan tersenyum smirk. Matanya menatap tubuh Saci dengan haus. "Lo tadi nolak gue kan? Gila aja gue di tolak sama cewek kayak lo. Kurang gue apa sih, Ci?!"

Saci menelan kasar salivanya. Ia ketakutan setengah mati melihat tatapan haus dari Arga. Pemuda di depannya ini sangat berbeda jauh dari Arga yang ia kenal. Arga yang selalu bersikap manis padanya. Tubuh Saci bergetar saat Arga mulai melangkah maju seraya membuka 3 kancing bajunya. Saci perlahan melangkah mundur. "Arga! Lo jangan gila!!"

"Lo itu cuman boleh jadi milik gue, Saci."

Saci hendak melarikan diri, tapi sialnya tangan Arga lebih gesit untuk menangkap nya. Pemuda itu menghempaskan tubuh Saci hingga gadis itu tersungkur di lantai. Saci masih berusaha untuk kabur, ia menendang aset berharga milik Arga hingga sang empu mengaduh kesakitan.

4 Girls [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang