Bab 64 : Salah paham

1.1K 111 6
                                    

Special malam tahun baru cerita 4 Girls update lagi yaaa ;)

Author harap cerita ini bisa membuat kalian terhibur dan mendapatkan nilai positif dalam sebuah persahabatan.

***
Jangan terburu-buru kalau tidak mau hasil yang buruk.

*
*
*

"Shh," ringis Saci kala obat itu menyapu permukaan kulitnya yang terluka. Kini dia masih berada di gudang, namun ia sudah duduk di sofa.

Beruntung hanya lebam yang ia dapatkan, bukan patah tulang atau sejenisnya. Gadis itu termenung, memikirkan semua yang terjadi.

"Lo ... lo kenapa nggak benci gue?" tanya Saci pada kekasihnya. Pemuda itu tengah merapikan kembali kotak P3K.

Agam mengambil punggung tangan Saci, tangan satunya mengusap pipi gadis itu. Tatapan matanya menyorot teduh.

"Dasar dari sebuah hubungan itu kepercayaan. Dan gue percaya kalo lo nggak mungkin ngelakuin hal itu tanpa sebab. Manisnya Agam orang baik," ujarnya lembut seraya tersenyum tipis.

Hati Saci terenyuh mendengar penuturan Agam. Pemikiran dewasanya mampu membuat Saci semakin jatuh dalam pesona Agam. Saci memeluk Agam, dengan bola mata berlapis kaca air.

"Makasih, makasih udah mau percaya sama gue," tutur Saci tulus.

Sementara pemuda yang kini duduk berseberangan hanya bisa menatap haru pasangan itu. Andai dirinya dan Anya ... tidak! Itu tidak mungkin. Anya akan membenci dirinya jika dia tau kebenarannya. Dan Vano sudah siap menerima hal itu.

Pintu gudang kembali terbuka, di sana ada Anya, Nayla, Letta, Kenan, dan Regan. Semuanya tampak lebih baik, namun tidak dengan Saci yang ketakutan.

"Mau ngapain lagi kalian? Saci udah babak belur. Gue nggak akan biarin kalian macem-macem," tandas Agam pasang badan. Sorotnya tajam mengintimidasi.

Tanpa di suruh, ke limanya duduk si sofa. Letta yang semula fokus pada Saci, kini mengalihkan pandang ke seorang lelaki yang babak belur. Wajah tampan yang selama ini dia puji, tertelan oleh lebam biru.

Spontan Letta mendekat, khawatir. "Ya ampun, Bang. Muka lo ...."

"Jangan di sentuh goblok!" Vano menepis tangan Letta.

Letta sendiri menatap tak terima pada Anya. Meskipun Anya sahabatnya, tapi tetap saja ada rasa tak terima kala Kakak kesayangannya di hajar habis begitu. "Nya! Lo apain Abang gue?! Lo kalo mau ngajak ribut, sini sama gue!"

Vano mencegah Letta yang hendak maju menghajar Anya. "Heeeeh, mau ngapain. Udahlah, lagian gue juga salah."

"Tunggu-tunggu, Bang? Abang? Sejak kapan lo manggil Kak Vano Abang?" tanya Nayla penasaran sekaligus terkejut.

Tak hanya Nayla, semua juga terkejut mendengar panggilan Letta untuk Vano. Terlebih Kenan.

"Sejak lahir," jawab Letta santai. "Lo nggak tau kalo Vano ini Abang kandung gue?"

Nayla memelototkan matanya. "Kok lo nggak pernah cerita?" tanyanya ngegas.

"Ya ... lo nggak nanya."

4 Girls [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang