Bab 57 : Kalung & 4 Girls

1.2K 111 60
                                    

***
Para warga percaya sama polisi, tapi kadang polisi yang serakah menghancurkan kepercayaan para warga.

———Anya Casandra———

*
*
*

Nayla baru datang ke perusahaan sepulang sekolah tadi. Kak Deon bilang dirinya di berikan cuti selama Test berlangsung. Tapi hari ini sepertinya pengecualian.

Sembari menunggu sampai di lantai tujuan, gadis itu memainkan ponselnya di dalam lift. Hingga keluar lift pun dia masih memainkan ponselnya. Sampai-sampai tak melihat seseorang di depannya dan menabrak orang itu.

"Eh! Astaghfirullah, maaf-maaf. Saya nggak sengaja," ujar Nayla spontan.

"Jangan memainkan ponsel saat berjalan!" tegur seorang pria paruh baya yang masih terlihat muda pada Nayla. Gadis itu terkesiap, merasa bersalah.

"Sudah Niel, jangan membuat keributan," lerai pria satunya yang berumur kisaran 45 tahun. Dari cara bicaranya, dia seperti seorang pemimpin yang tegas dan galak.

"Maaf Pak Angga," ucap asisten yang di panggil Niel itu sedikit menundukkan kepalanya.

Angga mengamati Nayla dengan tatapan yang sulit di artikan. "Lain kali hati-hati," ujarnya memberi nasehat.

Tak ingin berlama-lama, Angga dan asistennya pergi dari hadapan Nayla. Memasuki lift. Sementara Nayla yang mengamati kedua punggung tegap itu menghilang membatin. Kok kayak familiar, sih. Ada yang ganjal gitu.

"Mukanya mirip Kak Vano, tapi kayak Letta juga," monolognya. Nayla merasa aneh, dia seperti melupakan sesuatu. Tapi ia tak tau apa.

Menepis rasa aneh itu, Nayla kembali berjalan menuju ruangan Deon. Membahas seputar perusahaan yang Deon sampaikan.

****

Ruangan yang dulunya bercat pink itu, kini berubah warnanya menjadi hijau toska. Sejuk di pandang mata. Seorang gadis yang duduk bersandar di kursi depan layar komputernya kini sedang memainkan ponsel.

Membunuh rasa bosan dengan memainkan salah satu game online yang biasa ia mainkan. Hingga denting ponsel satunya di meja mengalihkan perhatiannya. Gadis itu mematikan ponsel yang ia mainkan, mengambil ponsel di meja dan menyalakan nya.

Dia tersenyum tipis kala mendapati pesan dari orang suruhannya. "Hadeh, ini Pak Wiryo niat kabur nggak, sih? Masak kaburnya ke Bandung, deket amat."

Gadis itu adalah Saci. Dia mengetikkan balasan agar mata-mata suruhannya mengawasi Pak Wiryo. Kapanpun dan di manapun. Dia juga meminta agar orang suruhannya mendapatkan nomor ponsel Pak Wiryo supaya dia bisa meng-hack ponsel pria tua itu.

Meletakkan ponselnya, Saci beralih pada ponsel yang tadi dia gunakan untuk bermain game. Dia menghubungi seseorang. Tak lama kemudian panggilan terhubung. "Halo Let!"

"Napa, Ci?" tanya seorang gadis dari seberang sana.

"Gue udah tau. Pak Wiryo kabur ke Bandung," ucap Saci memberitahu.

Tampaknya Letta sama terkejutnya. "Lah, kabur kok ke Bandung! Gue kira ke Aceh, NTT atau luar negeri gitu. Tapi oke juga, sih. Lo kirim alamatnya, biar gue suruh kenalan gue di Bandung buat bantuin ngawasin."

4 Girls [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang