***
Terimakasih teman.*
*
*Angin itu membawa kepulan asap beraroma jagung dan arang menerpa kulit wajah Anya. Gadis itu terbatuk, menutup hidung dengan lipatan siku. Sementara, sang pengipas masih ada pada fokusnya. Dia masih tetap mengipasi jagung dengan kesal.
Saci dan Nayla bertukar pandang, seolah saling bertanya, ada apa dengan pemuda itu.
"Van! Lo masih waras?" tanya Regan kemudian. Dia berdiri di hadapan pemuda itu.
Dahi Vano sedikit mengernyit. "Masih. Lo nggak liat gue lagi bakar jagung?"
"Lo nggak liat asepnya kena Anya semua?" Regan bertanya balik.
Vano menoleh cepat, bola matanya sedikit melebar melihat Anya yang mengibaskan tangannya di depan wajah guna menghalau asap.
Di lemparkan nya kipas tadi ke Regan, lalu ia hampiri Anya. Menarik gadis itu sedikit menjauh dari tempat bakaran.
"Lo ngapain berdiri di situ? Udah tau banyak asep. Katanya pinter," seloroh Vano sedikit kesal.
Alis Anya sedikit mengerut. "Gue mau ngasih lo bumbu, Kak. Tapi gue panggil-panggil lo nggak denger."
Lelaki itu tak menjawab, pandangannya malah fokus pada dua sejoli yang baru datang setelah semuanya hampir siap.
Entah kenapa rasa kesal Vano tak kunjung hilang, kemudian tanpa menahan amarahnya, pemuda itu melangkah lebar menghampiri Kenan dan memberikan satu bogem mentah. Semua orang terpekik.
"Abang!" teriak Letta. Dia menengahi.
Vano tak berkata apa-apa, dia menggeser tubuh Letta dan mengalungkan lengan kanannya ke tengkuk Kenan. Menariknya menjauh dari tenda.
"Jangan ikut!" ujar Vano melotot pada Letta. Hal itu membuat sang empu diam khawatir. Ada apa dengan Abangnya ini?
"Itu Kak Vano kenapa?" tanya Nayla menghampiri Letta. Saci dan Anya ikut menyusul.
Saci mengangguk. "Lo bikin dia marah, Let? Sejak balik manggil lo sama Kenan tadi, dia kayak agak kesel gitu. Kenapa, sih?"
"Hah?" beo Letta. Kemudian matanya membulat sempurna setelah mencerna ucapan Saci. "Maksud lo, tadi Bang Vano nyusulin gue sama Kenan, gitu?"
Ketiga gadis mengangguk. Letta menyugar rambutnya ke belakang, bibirnya dalamnya di gigit. "Jangan-jangan tadi Bang Vano denger waktu Kenan nembak gue lagi," ujarnya risau.
"Hah?!" Saci melotot terkejut.
"Gimana-gimana?" Nayla sama terkejutnya.
"Pantesan," gumam Anya mengangguk-angguk.
****
"Sorry, gue tadi maen mukul lo." Vano berujar santai. Dia berdehem. "Anggep aja itu ucapan selamat dari gue."
"Selamat?"
"Ck, nggak usah pura-pura bego. Gue tau ya, lo ngapain di batu karang tadi sore," ketus Vano. Mengingat hal itu membuat emosinya kembali naik.

KAMU SEDANG MEMBACA
4 Girls [ END ]
Teen FictionApa jadinya jika 4 gadis berbeda karakter dijadikan satu??? Ada tiga kemungkinan: 1.Kemungkinan pertama, mereka akan saling cakar mencakar alias nggak akur. 2.Kemungkinan kedua mereka akan saling diam seperti orang asing. 3.Dan kemungkinan yang ke t...