Bab 38 : Pingsan

1K 92 0
                                    

***
Kalo kata Nayla : Nggak papa, nggak ada kata terlambat untuk belajar.

*
*
*

Jam pulang AHS sudah berlalu setengah jam yang lalu. Banyak murid-murid yang sudah meninggalkan sekolahan hingga sekarang menyisakan sepi yang mendominasi. Sebenarnya tidak benar-benar sepi, masih ada beberapa siswa-siswi yang melakukan hobi mereka di gedung kedua.

Seorang gadis memegangi kepalanya yang sedikit pusing. Seharusnya dia sudah pulang sejak tadi, tapi gara-gara mobil jemputan nya tak kunjung datang. Gadis itu memilih untuk memesan taksi online.

Baru saja dia ingin membuka aplikasi pemesanan taksi, sederet notifikasi muncul di layar HP nya. Jemari mungil gadis itu memilih membuka pesan-pesan yang tertera. Saci menghembuskan nafas panjang, kala dia mendapatkan pesan dari supirnya bahwa hari ini tidak bisa menjemput lantaran mobilnya sedang berada di bengkel.

Netra Saci beralih pada pesan lainnya. Rasanya Saci ingin membuang ponsel itu jauh-jauh saat lagi-lagi Agam menjadikannya babu tanpa bayaran. Pemuda dingin itu menyuruhnya untuk berbelanja dengan sederet list yang sudah di ketik kan.

"Ni orang, ngasih list belanjaan udah kayak mau jualan aja. Emangnya dia nggak nyetok apa bahan-bahan pokok kayak gini? Ck, nyusahin aja," gerutu Saci sembari berjalan ke arah gerbang. Jemarinya sibuk mengetik balasan kemudian memesan taksi online.

Sekitar 10 menit menunggu, akhirnya taksi itu datang. Tanpa berlama-lama, Saci segera menuju supermarket terdekat. Sebelum memasuki toko itu, Saci memandang langit yang terlihat menggelap. Sepertinya hujan akan turun. Dia harus cepat-cepat kalau begitu.

Di saat Saci sedang mengambil beberapa bungkus mie instan. Ponsel Saci kembali bergetar, gadis itu mendengus saat majikannya itu mengiriminya pesan lagi.

Setan mesum🗿
Buruan!

Anda
Sabar bisa nggak sih, nyusahin aja

Saci mematikan ponselnya kemudian buru-buru mengambil beberapa bungkus mie. Setelahnya dia ke kasir untuk membayar barang-barang itu. 4 keresek banyaknya barang yang dia beli. Gadis itu sampai kesusahan membawa nya.

Di tengah-tengah kesusahan nya, Saci menoleh kesana-kemari untuk mencari taksi. Namun nihil, tidak ada taksi yang lewat. Langit semakin gelap, membuat Saci kalang kabut. Terpaksa Saci harus naik ojek agar cepat sampai. Saci berjalan mendekati tukang ojek yang tak jauh darinya sembari menenteng plastik-plastik itu.

Gadis itu menjilat bibirnya yang sedikit kering, kepalanya pusing. Setelah memakai helm, mereka berangkat untuk ke apartemen Agam. Di tengah perjalanan, Saci merasakan ada yang aneh dengan motor yang di tungganginya itu. "Loh, Pak! Ini kenapa motornya? Kok .... "

Motor itu berhenti, Saci turun dari motor, kemudian melepaskan helm.

"Aduh, maaf, neng. Ban nya bocor, kayak nya nginjek paku," kata bapak tukang ojek itu.

"Hah?" beo Saci dengan nada yang meratapi. Gadis itu menghembuskan nafas berat. "Ya udah, Pak. Sampe sini aja, makasih, Pak." Saci memberikan helm itu dan juga selembar uang.

Saci kembali berjalan dengan menenteng belanjaan itu. Beruntung jaraknya sudah tak terlalu jauh. Lagi-lagi kepala Saci terasa berdenyut. Tak lama setelah itu, hujan kembali mengguyur kota Jakarta dengan derasnya. Dan sialnya, Saci ikut terguyur dinginnya air hujan itu.

4 Girls [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang