Bab 4 : Sportifitas

2.4K 174 4
                                    

***
Tak ada yang ingin terlahir sebagai rumput, Tapi tak semua orang bisa sekuat rumput.

*
*
*

Kriiing....

Bel istirahat berbunyi tanda bokong bisa terangkat setelah duduk berjam-jam. Semua murid menutup bukunya dan berlari menuju kantin. Ya iya lah kantin, cuma kutu buku doang yang kalo denger bel istirahat langsung ke perpustakaan.

Semua pergi menuju kantin, tak terkecuali Anya. Gadis dengan siku yang diperban itu berjalan dengan santai ke kantin di lantai satu. Yah itulah susahnya berada di lantai dua, tidak ada kantin di sana, hanya ada toilet dan lab. Di AHS kantin hanya terletak di lantai satu dan tiga. Sementara kantin satunya lagi berada di gedung kedua.

Tak apa kantin berada di lantai satu ataupun tiga, lagian sekolah ini dilengkapi dengan lift juga kan. Itu sangat mempermudah. Anya berjalan sembari memainkan ponselnya, melihat beberapa catatan matematika yang ia ringkas di-HP. Kalau orang bilang, belajar bisa kapanpun dan di manapun hal itu sangat benar. Buktinya sambil berjalan pun Anya masih bisa belajar kan.

Tapi sayangnya yang salah adalah dia berjalan sembari memainkan ponsel sampai tak lihat di depan ada orang. Anya terlalu fokus hingga di perbelokan ia tak sengaja menabrak seorang gadis manis.

Bruk!

"Aduh, maaf gue nggak sengaja." Bukan Anya yang mengatakan maaf tapi gadis manis di depannya yang bahkan ia masih terduduk di lantai. Gadis itu mengambil buku-buku yang berserakan. Ia tadi ingin ke perpus mengantarkan beberapa buku ini. Tapi sialnya ia tak melihat jalan dan alhasil menabrak seseorang.

"Sorry, gue juga salah." Anya berujar seadanya. Ia memungut ponselnya yang terjatuh.

"Lo cewek yang waktu itu nabrak gue, 'kan?" tuding Anya pada gadis di depannya.

"A-a iya, soal kejadian waktu itu gue minta maaf ya. O-ou, atau gini aja kenalin gue Saci dari kelas IPA, waktu itu lo nggak mau nerima permintaan maaf gue, jadi kalo ada apa-apa lo bisa cari gue," ujar Saci panjang lebar yang bahkan tak digubris oleh Anya.

Anya tak peduli dengan ucapan Saci, ia bahkan melenggang pergi tanpa ekspresi sedikitpun. Kalian mungkin berpikir Anya tak punya hati, tapi bukan seperti itu yang sebenarnya. Dalam perjalanannya ia bahkan sedang menahan emosi.

Apa-apaan tadi maksudnya, dia pikir semuanya bisa dibayar pake uang? batin Anya kesal. Ya, dia Anya si gadis mandiri yang benci dikasihani. Sebenarnya ia tidak masalah dengan orang baik, tapi yang jadi masalah adalah setiap kebaikan yang selalu menyangkut pautkan tentang uang.

Saci ingin menyusul Anya, tapi karena buku-buku ini, dia harus mengurungkan niatnya. Sudahlah, lebih baik ia segera mengantarkan buku-buku ini ke perpus. Saci berjalan ke perpus sedikit lebih cepat. Ia sudah bertekad untuk segera menemui Anya dan meminta maaf padanya, ia tidak akan menyerah sebelum mendapatkan maaf dari gadis itu.

Setibanya di perpus, Saci segera menyerahkan buku-buku itu ke petugas perpus. Dengan langkah mungilnya ia berlari menuju kantin. Apapun yang terjadi, hari ini ia harus meminta maaf, yaa walaupun kecelakaan waktu itu bukan sepenuhnya salahnya. Tapi tetap saja ia merasa tak enak.

Di kerumunan orang-orang yang berlalu lalang. Saci mencari keberadaan Anya, tidak sulit karena Anya terkenal dingin maka ia pasti duduk di meja yang jauh dari kata keramaian.

4 Girls [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang