Bab 3 : Mama kapan pulang

3.1K 172 4
                                    

***
Ada yang terlahir sebagai rumput, ada yang terlahir sebagai bunga. Meskipun begitu mereka sama-sama berjuang untuk tumbuh walaupun dengan cara yang berbeda.

*
*
*

Erangan puluhan orang terdengar memilukan. Tapi beberapa dari mereka juga terdengar senang saat musuh musuh mereka terkulai di aspal. Beberapa dari mereka bahkan tak segan segan untuk membuat bunyi patahan tulang yang terdengar mengerikan.

"Dasar cewek nggak sadar kodrat!" teriak cowok di area seberang.

Cewek yang dimaksud hanya tersenyum remeh. Ia segera menggigit habis permen di mulutnya, lalu membuang gagang permen ke sembarang arah. Cewek itu berjalan santai ditengah peperangan, jemari tangan kanannya bergerak seolah memanggil lawan.

Tepat di tengah-tengah jalanan, dihiasi puluhan orang yang berkelahi dan terkapar di aspal. Suara bising kesakitan tak menciutkan nyali cewek ber-hoodie hitam dengan ujung rambut berwarna biru itu.

Mata Letta menyipit, dahinya mengernyit kepanasan. Dalam beberapa detik sosok pemuda berbadan tinggi berdiri di depannya. Matanya terlalu tajam dan mengintimidasi, aura dingin menguar bersamaan datangnya angin. Tapi Letta tak peduli.

"Siapa tadi yang bilang?" santai Letta dengan wajah penasaran yang dibuat buat. Tangannya menunjuk dua anak buah dibelakang pemuda itu. "Elo? Atau Elo?"

Pemuda bertindik sebelah kiri berucap dengan santai, "dasar nggak sadar gender."

"Pftt ... bhahaha, apa-apa? Kuping gue nggak salah denger, kan? Nggak sadar gender? Agam! Lo seriusan punya kacung kayak dia?" tanya Letta sekaligus provokasi.

Sesuai tebakan, pria bertindik itu kebakaran jenggot. Tapi pria itu hanya menggeram tertahan karena sadar ketuanya belum memerintahkan dia untuk menyerang. Apalagi sama cewek!

Pria yang dipanggil Agam hanya diam. Ia sudah biasa dengan mulut bar-bar musuh bebuyutannya ini. "Heh banci! Sadar! Elo tu yang nggak sadar gender! Katanya laki tapi kok pengecut."

Sudah habis kesabaran pemuda itu, ia akan menghajar Letta sekarang sebelum akhirnya dihentikan oleh Agam. Agam paling benci kata 'pengecut' siapa yang cewek gila ini sebut sebagai pengecut?

Aura yang tadinya dingin semakin dingin, tatapan yang tadinya tajam kini semakin tajam. Begitu juga sebaliknya, Letta yang tadinya masih tertawa ringan kini rautnya berubah. Matanya menajam seperti sambaran petir, sangat mengintimidasi. Untuk sesaat Agam dan kedua kacungnya terkejut. Tapi hal itu tak terpampang jelas di raut wajah para pemuda itu.

Percayalah, diamnya seorang pelawak adalah hal yang sangat mengerikan

Tanpa aba-aba, Letta langsung melayangkan pukulan pada Agam. Hampir saja mengenai pipi mulus Agam jika ia tak segera menangkisnya. Dalam sekejap pertarungan kedua pemimpin itu terjadi. Hebatnya lagi, kekuatan Letta setara dengan kekuatan Agam. Salah satu anak buah Agam hampir membuat malu Agam jika teman Letta tak segera mengurusnya.

"Beneran banci lo! Gila aja mau serang Letta yang lagi tanding ama bos lo," ujar salah satu teman Letta.

Saat tengah bertarung kaki kiri Letta tak sengaja terkilir. Hal ini tentu saja jadi kesempatan Agam untuk mengalahkan Letta. Cowok itu berdiri di depan Letta yang sedang terjatuh. Kakinya siap menginjak perut Letta. Gadis itu memejamkan mata. Tiba tiba suara sirine terdengar dari kejauhan, sial! Agam tak jadi menghabisi musuhnya itu.

4 Girls [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang