Bab 44 : Diculik

1.1K 99 0
                                    

***
Belajar dulu yang bener. Masa depan nggak jelas aja bahas yang nggak penting.

——Anya Casandra——

*
*
*

Menikmati seblak setelah jam pelajaran yang membosankan memang pilihan yang mantap. Hanya saja, harus siap-siap kalau sakit perut melanda. Di kantin yang suasananya tak terlalu ramai ini, empat gadis bersahabat itu sedang mengistirahatkan diri.

Sedang semangatnya memakan seblak, seorang gadis menghampiri meja mereka. Lebih tepatnya menghampiri Shela. Mood Letta mendadak hilang ketika melihat cewek itu.

"Ck, pembully ngapain ke sini?" ceplos Letta tanpa basa-basi.

Desi, gadis yang semula tersenyum simpul pun melunturkan senyum nya seketika. Shela berdiri, membela Desi. "Ee ... maaf, Let. Desi ke sini karena gue yang ngajak."

Letta mengendikan bahunya. Sementara Shela tersenyum manis kepada teman barunya. Dia menuntun Desi untuk duduk di kursi sampingnya. "Makasih, ya, Des. Udah mau ke sini." Shela beralih menatap inti Grozi. "Eh, Re. Kenalin ini Desi, yang kemarin nolongin gue."

Desi tersenyum malu, dia mengulurkan tangannya kepada Regan. Dengan malas Regan membalas jabatan tangan itu karena permintaan Shela. Tentu, siapa yang akan menolak permintaan pujaan hati?

Setelah berkenalan dengan inti Grozi, Shela kembali berbincang hangat dengan Desi tanpa tau ada dua orang yang sedang mengumpat dari kejauhan.

Saci dan Nayla sendiri tak banyak gerak. Keduanya asik menempelkan kepala mereka di meja lantaran rasa kantuk menguasai. Semalam mereka berdua lembur untuk menjalankan tugas masing-masing. Anya sendiri sudah menegur Saci untuk memberitahu nya jika ingin bertindak, tapi Saci bilang dia tak ingin membebani Anya yang sudah lelah bekerja.

"Ya ampun, Neng. Ini dua kembar ngapa lemes gitu?" celetuk Eja di tujukan pada Saci dan Nayla.

Saci menegakkan tubuhnya. "Semalem habis ngepet!" balas nya ngawur.

"Ho'oh, ngantuk habis jaga lilin." Nayla menyahut.

"Widiiih, banyak duit ni pasti. Traktir bisa kali," ujar Aji menarik turunkan kedua alisnya.

"Yeee, dasar kaum gratisan!" cibir Didit.

"Selagi ada yang gratis, kenapa enggak?"

Nayla terkekeh. "Waduuh, hancur dong reputasi temen lo yang kaya itu. Masak punya temen kaum gratisan!"

"Nyahok lo! Makan tu gratisan!" Eja berseru puas. Dia menertawakan wajah Aji yang langsung masam.

"Hey! Teman! Sudah-sudah, liat tuh muka bebeb Aji langsung masam," lerai Didit mengedip-ngedipkan matanya.

"Huek ... NAJISUN!" Aji begidik geli. Hal itu sontak membuat seisi meja tertawa kecuali tiga patung es yang terlihat tak tertarik sama sekali.

Eja tak tinggal diam. "Iya, ih. Kasian bebeb Aji." Dia mencolek dagu Aji sambil tersenyum genit.

"Wallahu Akbar!" Aji menggeplak kepala Eja hingga sang empu tersungkur. Frustasi Aji memiliki teman macam mereka.

4 Girls [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang