Bab 17 : Murid baru

1.7K 130 3
                                        

***
Terlihat sangat ambis, namun sebenarnya aku hanyalah sosok manusia yang sedang bertahan hidup dengan pengetahuan ku.

Anya Cassandra—

*
*
*

Pagi ini matahari bersinar memberikan kehangatan, entah kenapa hawa pagi ini berbeda, mungkin karena semalam hujan deras. Langkah kaki Anya berbelok memasuki kelasnya, pakaiannya yang selalu rapi, rambut lurusnya, dan earphone yang menyumpal kedua telinganya menambah kesan cool pada gadis pintar yang berwajah dingin itu.

Langkah Anya berhenti saat ia sampai di tempat duduknya. Alisnya menyatu melihat kotak makan berwarna ungu dan secarik kertas di mejanya. Di ambilnya kotak makan itu, pandangannya menoleh menyapu seisi kelas. Tapi kosong, hanya dia yang berada di kelas ini karena belum banyak murid yang berangkat.

Anya membuka kertas lipat yang berada di atas kotak makan ini tadi, lalu membaca pesannya dalam hati.

Untuk Anya

Di makan yaa, gue tau lo belum sarapan. Jangan sampe sakit, kalo lo sakit, ntar gue mandadak tua lagi gara-gara mikirin lo terus. Btw congrats sama pencapaian lo, lo hebat.

Dari Vano ;)

Anya membuka kotak makan itu yang ternyata berisi nasi goreng berbentuk hati dengan tanda smile. Melihat dekorasi nya saja semua orang juga bisa menebak jika nasi goreng itu dibuat dengan setulus hati. Tak ada raut perubahan dari Anya, hanya datar dan dingin.

Seorang siswi yang baru saja memasuki kelas dikagetkan dengan Anya yang langsung menyodorkan kotak ungu itu ke hadapannya. "Buat lo," ujar Anya lalu duduk dan mengambil buku untuk di baca.

Siswi itu kebingungan tapi juga senang. "Wah, beneran Nya? Makasih ya, tau aja lo gue belum sarapan," ucapnya lalu memakan nasi goreng itu dengan nikmat.

Tanpa Anya sadari seseorang dari luar kelas memperhatikannya dengan senyum pahit.

Disisi lain Saci baru saja tiba di sekolah, bahunya sedikit direnggangkan. Sebelumnya ia tak pernah tidur di lantai seperti semalam, itulah alasan kenapa badannya terasa pegal-pegal. Tapi Saci tak masalah, itung-itung ini pengalaman baru, lagipula ia merasa senang saat mengingat Nayla dan Letta yang saling tarik menarik berebut selimut. Ia rasa ini adalah pengalaman yang tak akan ia lupakan.

Di sepanjang tangga lantai dua, Saci membalas sapaan dari beberapa orang walaupun ia tak mengenal mereka. Saci memelankan langkahnya, samar-samar ia mendengar keributan di toilet perempuan. Jiwa keponya yang meronta-ronta tidak bisa lagi terbendung, gadis itu berdiri di balik tembok agar bisa mendengar percakapan ke dua cewek yang sedang beradu mulut itu. Ia tau ini tidak sopan, tapi mau bagaimana lagi, rasa penasarannya mengalahkan segalanya.

Gadis itu menajamkan pendengarannya merasa tak asing dengan suara kedua cewek itu. Tubuhnya memaku, tangannya menutup mulutnya tak percaya dengan kejutan ini. "J-jadi," gumamnya tak menyangka.

Saat kedua cewek itu sudah pergi, Saci keluar dari persembunyiannya. Ia berjalan dengan menunduk. Fakta mengejutkan bahwa Letta dan Amira adalah saudara membuatnya berpikiran banyak hal. "Kenapa nggak ada yang tau kalau Amira ternyata saudaraan sama Letta?" tanyanya pada diri sendiri.

Saci menghela napas panjang. Pandangannya berhenti pada Anya yang berdiam diri di depan lokernya. Senyum manis kembali terukir di wajah gadis itu, ia berjalan menghampiri Anya, belum sempat menyapa, tatapan Saci beralih pada loker Anya yang berisi setumpuk coklat. Mulutnya menganga. "Wah, banyak banget. Lo beli coklat sebanyak ini, Nya?" tanyanya yang sudah berdiri di samping Anya.

4 Girls [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang