Bab 6 : Medali

1.6K 155 5
                                    

***
Kerja keras tak selamanya membuahkan hasil, tapi tanpa kerja keras mimpimu hanya angan-angan.

*
*
*

Udara segar terhirup kala Letta keluar dari penjara yang bernama gudang. Bi Mina- pembantu dirumahnya tadi membukakan pintu. Sekarang pukul 9 malam. Letta sudah tak heran mengapa pintunya baru dibuka malam-malam begini. Alasannya cuman satu, yaitu agar Letta tak keluyuran.

Mungkin, Angga tak tau apa yang terjadi dengan putrinya sekarang. Dia bukan lagi anak kecil, yang jam 9 malam pun sudah harus tidur. Dia ini Letta, Violetta. Queen geng motor terbesar di kota ini.

Kaki Letta melangkah menuju kamarnya. Ia membuka pintu, memasuki kamar dan langsung merebahkan tubuhnya di kasur king size miliknya. Ia sudah sangat rindu dengan kasur itu. Mata Letta terpejam tapi tidak tidur. Detik berikutnya ponselnya berdering. Karena malas, ia memilih untuk tidak menjawab panggilan itu.

Suara notifikasi terdengar lagi. Ia yang penasaran langsung membuka pesan.

Ryan
Letta, ada balapan ditempat biasa. Jam 10 nanti, hadiah nya 50 JUTA, nyesel lo nggak ikut.

Melihat angka yang tertera, Letta membulatkan mata, gadis itu segera mengganti pakaiannya. Menyambar jaket kulit berwarna hitam yang biasa ia pakai saat balapan. Suara langkah menuruni tangga terdengar terburu-buru. Letta membuka pintu, langkahnya terhenti saat suara cempreng dan memekakkan telinga terdengar di telinga bersihnya.

"Mau keluyuran kemana lagi kamu?" ujar maknya mak lampir.

Letta merotasikan bola matanya. "Mau kemana saya, itu bukan urusan anda!"

"Dasar anak nggak bener! Saya aduin kelakuan kamu ke Papamu," kata Angel mengancam.

"Alah, palingan mau jual diri, Ma. Dia 'kan murahan," sahut Amira sambil menekankan kata terakhirnya.

Letta tersenyum remeh. "Yang satu mulut ember, yang satunya lagi nggak sadar diri. Emang takdir," balas Letta santai.

Angel tersulut emosi. "Jaga bicara kam-"

Brak!

Letta menutup pintu dengan kasar. Ia melenggang pergi, tak sudi sekali telinganya mendengarkan ocehan mak lampir. Letta buru-buru memakai helm, dia menyalakan mesin dan melaju dengan kencang. Itung-itung pemanasan sebelum bertempur.

Tak membutuhkan waktu yang lama bagi Letta untuk sampai ke tempat itu. Jarak yang seharusnya di tempuh 35 menit, Letta bahkan sudah sampai dalam waktu 25 menit.

Gadis itu membuka helmnya, rambutnya yang tergerai sempurna ia kibaskan membuat para bujang di sana meneguk salivanya. Tatapannya tajam, membuat aura gelap Letta terpancar. Tempat ini sudah ramai, itu berarti sebentar lagi perlombaan dimulai. Dari arah seberang, Ryan menghampiri Letta, mereka berdua bertos ria seperti biasa.

"Siapa?" tanya Letta to the point.

Ryan menggelengkan kepala. "Gue nggak tau, tapi dia pasti bukan orang sembarangan. Apalagi hadiahnya segitu."

Letta manggut-manggut, ia merasa tertantang sekarang, apalagi hadiahnya lumayan. Siapa lawannya kali ini? Tak berselang lama pertandingan dimulai, semua peserta berada pada garis start. Ada setidaknya 5 peserta di barisan ini. Letta yakin mereka bukan orang sembarangan. Pandangan Letta beralih pada peserta yang asing baginya.

Beberapa yang lain Letta mengenal nya. Tapi yang ini, begitu asing. Mata Letta meneliti pria bermotor hitam di samping kanannya. Serba hitam.

Seorang gadis berpakaian minim bahan berdiri di depan kelima motor. Mengangkat kain, menghitung dan menjatuhkan kain itu. Motor kelima peserta melesat kebut-kebutan, sorakan ramai tak terelakkan untuk mendukung jagoan masing-masing.

4 Girls [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang