Bab 53 : Belajar bersama

1.1K 114 10
                                    

***
Mungkin kebersamaan seperti ini yang akan kita rindukan nanti.

*
*
*

Tak menyangka, sebentar lagi akan memasuki Ulangan Akhir Semester. Hari ini hari Minggu, dan ke empat gadis itu merencanakan untuk belajar bersama di rumah Saci. Kebetulan orang tuanya ke luar kota untuk tiga hari ini.

Kini Anya dan Nayla sudah siap dengan buku-buku mereka di ruang tengah, sedangkan Letta tampak bodo amat. Dia membawa tas berisi buku, tapi gadis tomboy itu lebih memilih memainkan ponselnya.

Saci turun dengan membawa setumpuk buku di tangannya, dia mendudukkan dirinya di samping Anya. Melihat itu, Letta mengerutkan alisnya.

"Gue kira lo ambil cemilan, Ci. Eh, ternyata bener. Cemilan buat orang pinter!" celetuk Letta menyindir, tadinya dia kira Saci sedang menyiapkan cemilan karena meja ini kosong.

"Eh, iya. Lupa! Maaf-maaf." Saci berdiri, melangkah menuju dapur, namun langkahnya berhenti bersamaan dengan tangannya menepuk jidat. "Lupa! Cemilannya abis. Bentar deh, gue ke minimarket dulu."

"Eeeh! Nggak perlu," cegah Letta membuat sang empu mengerutkan keningnya bingung.

"Lo di rumah aja, biar gue telfon Vano."

"Eh, jangan! Ntar ngerepotin lagi," sela Saci tak enak.

Letta tak menghiraukan Saci, gadis itu tetap menelfon Abangnya. Tak berselang lama, panggilan terhubung. "Halo! Lo dimana? Ke rumah Saci bawa cemilan cepet. Gue lagi belajar." Ekor matanya melirik Anya sekilas. "Ada. Thanks!"

"Apa tadi katanya?" tanya Saci ketika Letta memutuskan panggilan.

"Aman!"

Nayla yang sejak tadi memperhatikan interaksi Letta dan Saci mengendikan bahunya acuh. Dia kemudian berkutat pada soal-soal nya lagi. Ketika menemukan soal yang cukup sulit, dia ingin bertanya pada Anya. Tapi urung kala melihat Anya mencoret rumus-rumus dengan pena yang di tekan.

Bahkan jika gadis itu sedikit menekannya lagi maka Nayla yakin kertas itu akan robek. Nayla memiringkan kepalanya.

"Nya! Kertas lo bisa robek!"

Gerakan Anya terhenti. Dia berdehem pelan. "Soalnya susah!"

"Orang pinter juga bisa kesusahan?"

"Orang pinter juga manusia!"

"Iya juga, ya."

****

"Permisi! Paket!" teriak Vano dari luar pintu.

Saci dan Letta bangkit dari duduknya, mereka segera menghampiri pintu. Ketika membuka pintu, Saci terkejut kala mendapati Vano yang datang tak seorang diri.

Ada tiga laki-laki tambahan. Letta sendiri sudah berkacak pinggang. "Lah! Ngapain lo bawa mereka?"

"Kalian mau belajar kan? Kita juga, jadi sekalian aja gitu rame-rame. Biar seru," jawab Vano dengan senyum manisnya.

"Yaudah, ayo masuk!" ajak Saci. Dia tersenyum senang karena rumahnya semakin ramai. Setidaknya untuk beberapa jam ini dia tak kesepian.

4 Girls [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang