***
Sahabat akan menjadi garda terdepan kalau ada yang berani mengusik atau menyakiti sahabatnya.———4 Girls———
*
*
*"Shh. Pelan-pelan, Bang! Sakit ege!" sembur Letta ketika Vano tak sengaja menekan lukanya.
Seperti biasa, ketika Papa mereka memiliki masalah di perusahaan, maka Angga tak segan-segan melampiaskan nya pada Letta. Untungnya hari ini luka yang ia dapatkan tak terlalu parah, terbukti hanya berbeda sudut wajah yang membiru.
Vano ikut meringis mengobati luka adiknya, padahal ini bukan pertama kalinya dia mengobati.
"Papa kenapa sih Bang, suka mukulin gue? Rasanya pengen minggat dari ni rumah kalo nggak inget pesan Mama." Letta mengedip-ngedipkan matanya berkali-kali menghalau air matanya yang hendak terjun.
Selesai mengobati, Vano mengemasi kotak P3K nya. Dia hanya diam, tak tau harus menjawab apa karena dia sendiri juga bertanya-tanya, kenapa Papanya melakukan itu.
"Mama gimana kabarnya, ya Bang? Masih inget kita nggak, ya kira-kira? Mama perginya udah lama banget, bikin gue jadi benci aja."
"Hust! Nggak boleh ngomong gitu! Mama pergi juga pasti ada alesannya," pungkas Vano tak menyukai kalimat benci dari adiknya itu. Vano yakin, Mama pergi pasti karena suatu alasan. Meskipun tak bisa di pungkiri, Vano juga kadang merasa kesal karena Mamanya itu pergi tanpa kabar sama sekali sampai sekarang.
Keduanya mengalihkan pandangan ke arah pintu ketika seseorang mengetuk pintu itu. Vano berjalan membukakan, ternyata salah satu pembantu rumah yang mengetuknya. "Kenapa, Bi?"
Pembantu itu tampak berseri-seri. "Itu, Den. Di bawah ada Tuan Dirga," ujarnya bersemangat.
Sontak Vano membulatkan mata. "Beneran, Bi?" tanyanya yang di jawab anggukan oleh sang Bibi.
Segera, Vano berbalik dan menggandeng tangan Letta untuk menuruni tangga. Membiarkan adiknya itu mengoceh sebal padanya.
"Ya elah, Bang! Lo apa-apaan, sih?! Ati-ati anjing! Kalo gue ngegelundung gimana?!"
Sampai di lantai bawah, Vano segera mencari sosok yang Bibi maksud. Dan tatapannya jatuh pada sosok pria berumur yang tengah berdiri dengan senyum lebarnya. Menanti pelukan dari cucu-cucu kesayangannya.
"Kakek!" seru Vano. Barulah Letta mengikuti arah pandang Abangnya itu. Sontak mata Letta berbinar cerah, seutas senyum terbit di bibirnya yang sedikit lebam.
"Kakeeeeek!" teriak Letta sembari menghamburkan diri ke pelukan sang Kakek. Dirga terkekeh dengan kelakuan sang cucu yang masih sama bar-bar nya. Dia membalas pelukan itu.
"Gimana kabar cucu kesayangan Kakek ini? Sehat?"
"Alhamdulillah, sehat, Kek," balas Vano sopan. Bergantian, dia yang memeluk Kakeknya melepas rindu. "Kakek kok ke Indo nggak bilang-bilang? Kan Vano bisa jemput di bandara."
"Biar surprise!"
Letta tak melunturkan senyum nya. Dia sangat merindukan Kakeknya ini. Dirga juga sama rindunya dengan cucu-cucu nya. Sudah eman bulan dia tak bertemu. Senyum Dirga luntur lantaran mendapati luka di wajah Letta. "Loh, ini muka kamu kenapa? Kok biru-biru? Papa kamu mukulin kamu lagi?" tanyanya khawatir.
Letta dan Vano bertukar pandang. "E-e ... bukan, Kek. Ini Letta ... biasalah. Sama sekolah sebelah," jawab Letta melirik-lirik Vano. Meminta dukungan.
"Bener, Vano?"

KAMU SEDANG MEMBACA
4 Girls [ END ]
Novela JuvenilApa jadinya jika 4 gadis berbeda karakter dijadikan satu??? Ada tiga kemungkinan: 1.Kemungkinan pertama, mereka akan saling cakar mencakar alias nggak akur. 2.Kemungkinan kedua mereka akan saling diam seperti orang asing. 3.Dan kemungkinan yang ke t...