Bab 18 : Hukuman Pertama

1.1K 103 1
                                    

***

Kesan awal dari sebuah pertemuan tidak harus selalu baik kan?

*
*
*

"Baiklah anak-anak, tugasnya dikumpulkan minggu depan. Sekarang kalian bisa istirahat, enjoy," ujar seorang guru paruh baya menyelesaikan kegiatan mengajarnya hari ini. Ia lalu berjalan meninggalkan kelas.

Hari ini para siswa-siswi diberikan tugas berpasangan untuk membuat kliping tentang bencana alam. Ini yang Anya tidak sukai, kerja kelompok. Dan sialnya, dia satu kelompok bersama Agam.

"Kapan?" tanya Agam tidak suka basa-basi.

"Nggak perlu," jawab Anya sembari merapikan buku-buku nya.

"Maksudnya?"

"Bagi tugas."

Agam menaikkan alisnya sebelah tanda tak mengerti maksud Anya.

"Kumpulin informasinya, sisanya gue selesaiin," ucap Anya yang dibalas anggukan oleh sang empu. Merasa sudah tidak ada yang perlu dibahas, Anya segera berjalan keluar kelas.

Sekumpulan siswi yang diam-diam menyimak bersitatap. "Itu ceritanya mereka lagi diskusi gitu?"

"Iya kali. Tapi cocok sih, es ketemu es," jawab salah satu dari mereka terkikik geli.

Agam dan Regan berjalan keluar kelas tanpa menghiraukan gibahan tidak bermutu dari sekumpulan siswi-siswi itu. Di depan kelas, mereka terkejut saat sudah ada yang menunggunya.

"WEEE SUPRES!!!"

Tak!

Didit menjitak kepala Eja dengan jitakan khasnya. "Surprise! Dasar sok linggis lu."

"Inggris, Dit. Benerin dulu tu mulut, banyak typonya," cibir Aji.

Alis Regan menyatu. "Lo bertiga ngapain di sini?"

Didit merangkul pundak Regan tersenyum dengan penuh arti. "Gue sih ngikut lo berdua," jawabnya.

"Ck, ya kali, kita nggak ikut lo berdua. Sepi pren sepi, kek ada yang kurang gitu, ye gak Ja?" sahut Aji.

Eja memutar bola mata malasnya. "Hm, awalannya sih gue kira semua anak AHS itu tingkahnya kek Letta. Ternyata anak sini cakep-cakep wey," seloroh Eja kembali bersemangat. Apalagi kalau menyangkut cewek cakep, langsung melek tu anak. Tak sia-sia ia merengek, memohon pada emaknya hingga mogok makan agar bisa pindah ke sekolah ini.

"Makan ludah sendiri lu," cibir Aji. Ia masih mengingat saat Eja memintanya membuang HP hanya karena menampilkan foto anak murid AHS.

"Biarin!"

"Ekhem, permisi." Suara anggun nan lembut seorang gadis menginterupsi pertengkaran kecil mereka. "Mau numpang tanya, ada yang tau anak-anak Grozi nggak? Lagi cari yang namanya Regan nih," ucap gadis itu bergurau. Ia tersenyum lebar saat sorakan gembira dilempar ke lima inti Grozi itu.

"E buset! Shela! Astaga, lo sekolah di sini juga?" tanya Eja penuh semangat.

Shela mengulum senyum lalu mengangguk. "Nggak kangen?"

Didit memeluk Shela melepas rindu, bergantian Eja, Regan dan Agam yang juga ingin melepas rindu. Kecuali Aji yang memang tadi sudah bertemu Shela terlebih dahulu. Lagipula mereka berdua juga sekelas.

"Kangen sama Regan ni pasti, kiw kiw," goda Didit yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari sang empu.

"Yaudah yuk, kantin," ajak Aji tak ingin berlama-lama.

4 Girls [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang