Bab 13 : Rencana Vano

1.3K 106 1
                                    

***
Katanya kalau rencana A gagal, harus tenang. Kan masih ada 25 huruf alfabet lagi.

*
*
*

"Hai, Nya. Lo masih marah sama gue?" tanya Saci yang saat ini berada di perpustakaan.

Saci kali ini memulai rencananya dengan menemui teman-temannya untuk memastikan bahwa mereka tidak marah padanya.

Antara Anya dan Nayla. Saci menemui salah satu dari mereka terlebih dahulu karena mudah untuk dicari, mereka selalu mempunyai tempat khusus hingga siapapun yang mau menemuinya akan tau dimana dia berada.

Anya menutup kasar bukunya. "Harus gue jelasin?"

Mendapat sorot dingin itu Saci menelan kasar salivanya. "Maaf, gue ke sini cuman mau bilang, ntar pulang sekolah bareng gue ya, gue tunggu di kelas, udah itu aja. Yaudah sana lanjut belajarnya, gue duluan. Daaah," ujar Saci cepat sebelum mendapatkan penolakan dari Anya, ia pun segera melenggang pergi dari tempat sunyi yang bernama perpustakaan itu.

.

"Ya, Nay. Gue tunggu di kelas pokoknya, kalo lo nggak dateng, gue bakal tunggu sampe lo dateng," ucap Saci membujuk Nayla.

"Nggak bisa Saci, gue mau latihan dulu," tolak Nayla halus.

Saci ngacir meninggalkan Nayla sambil melambaikan tangan. "Gue tunggu di kelas, nggak terima penolakan, Dadaaah."

Nayla menghela napas, kemudian menendang bola di depan kakinya hingga masuk gawang. Untung Saci baik, kalo nggak udah Nayla jadiin perkedel ni anak.

Saci berlari keluar gedung kedua, ia akan menghubungi Vano sekarang, beruntung sebelum mereka mengakhiri pembicaraan tadi, ia sempat meminta nomor ponsel pemuda itu.

Jemari Saci bergerak lincah dilayar keyboard HP miliknya, ia tersenyum simpul setelah berhasil mengirimkan pesan pada pemuda yang menjadi partnernya kali ini. Setelah mendapatkan balasan, ia tersenyum simpul kemudian melangkah menuju kantin. Saking semangatnya ia jadi lupa mengisi perut.

.

Saci menghentak-hentakkan kakinya pada lantai, ia terus melirik arloji warna hijau yang bertengger manis di pergelangan tangan kirinya. Tak lama kemudian bel pulang sekolah berdering nyaring, ia tersenyum senang tanpa meninggalkan bangkunya.

Sekarang dia hanya perlu menunggu target pertama datang. Tak lama kemudian Anya terlebih dahulu datang, walau masih dengan wajah datarnya.

"Ayok," ajak Anya yang malah mendapat cengiran dari Saci.

"Nya, lo tunggu sini bentar ya, gue ada yang mau di ambil ke kelas sebelah, nggak usah ikut, di sini aja belajar," tutur Saci segera meninggalkan kelas. Sebenarnya ia tadi berbohong, tapi mau bagaimana lagi tidak ada cara lain.

Anya mengangguk mengiyakan, ia berjalan ke salah satu bangku kosong di sana dan mulai membaca catatan kecil yang selalu ia bawa.

Tak lama setelahnya, Nayla memasuki kelas itu, ia cukup terkejut melihat si sombong berada di kelas Saci. Langkahnya mengajak untuk berdiri di depan gadis sombong itu. "Ngapain lo di sini?"

Tak mendapatkan respon dari si gadis ini, Nayla merotasikan bola matanya, ia berbalik dan malah mendapati si tomboy baru saja datang dari arah pintu. Jangan tanyakan bagaimana reaksi Letta, sudah pasti sama seperti mereka. "Loh, lo berdua ngapain di sini?" tanya Letta yang baru saja sampai.

4 Girls [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang