Bab 29 : Drama Perbabuan

1.1K 99 3
                                    

Sebelum kalian baca cerita ini. Author mau ngucapin :

Selamat Ulang Tahun untuk kemerdekaan RI yang ke-78🇲🇨

Semoga kedepannya kita para generasi muda, bisa menjaga nilai luhur bangsa, dan tetap bisa menjaga persatuan. Aamiin.

Buat para author Wattpad, tetap semangat berkarya dan untuk para readers semoga kalian mendapatkan pelajaran yang positif dari karya-karya author Wattpad.

Tetap semangat karena hidup kalian berat, sekian terima gaji🙏🙏

***
Mereka sudah berjuang, sekarang giliran kita untuk sadar diri atas pengorbanan mereka.

*
*
*

Saat Saci sedang berjalan menuju kantin, tiba-tiba saja Saci mendapatkan pesan dari nomor yang tidak di kenal. Awalnya Saci bingung siapa yang mengirimi nya pesan, sampai kata 'rooftop' tertulis dengan jelas. Hanya dengan satu kata itu, Saci bisa menebak siapa yang mengiriminya pesan. Pasti, dia.

Saci menghembuskan nafas pasrah, mengingat nasibnya akan bagaimana nanti. Tapi yang terpenting sekarang adalah meminta maaf pada pemuda itu. Dengan lesu, Saci pergi ke tempat yang di maksud oleh Agam.

Setelah membuka pintu rooftop, semilir angin langsung menerpa wajah Saci. Gadis berpita merah itu menghampiri Agam yang tampak sedang bersedekap dada sembari menatapnya dingin.

"Lama," celetuk Agam.

Saci mendengus. "Maaf, perjalanannya butuh proses."

"Lo, tau kesalahan lo kan?" tanya Agam tanpa ada perubahan di mimik wajahnya.

Saci menepuk jidatnya. "Aduh, kesalahan apa ya? Mendadak amnesia nih gue. Maaf kak saya permisi."

Saci membalikkan badannya untuk kabur, namun seseorang menarik kerah baju belakang nya hingga dia kesusahan bernafas. Saci memberontak. "Hiiih! Lepasin! Macem-macem, gue tonjok lo," sembur Saci mengancam. Sedetik kemudian, dia menyadari ucapannya. Gadis itu berbalik badan saat cekalan Agam di lepaskan.

Dia tersenyum kaku, mengacungkan jari berbentuk huruf V. "Maafin, saya. Tuan, sultan, ketua, raja Agam."

Saci mengerucutkan bibirnya saat tak ada jawaban dari pemuda itu. "Yak, gue cuman jujur doang. Gue ngelakuin itu karena nggak mau kena karma. Lo juga, emang nggak takut kualat? Gue minta maaf deh."

Agam menaikkan alisnya sebelah, tidak peduli dengan perkataan Saci. Pemuda itu tersenyum miring. "Oke, gue maafin."

Senyum Saci merekah seketika, keberuntungan orang jujur memang tidak di ragukan lagi.

"Tapi, setelah lo jadi babu gue selama sebulan!"

Hilang sudah senyum Saci, di gantikan dengan keterkejutan nya. "Loh, nggak bisa kayak gitu dong! Enak aja main jadiin anak orang babu!"

"Mulai besok, lo babu gue." Setelah mengatakan itu, Agam melangkah pergi meninggalkan Saci yang menghentak-hentak kan kakinya di lantai, karena kesal.

Flashback off

"Pfftt, bhahaha. Lo, jadi bab–awsh, sakit. Nyet." Letta langsung menghentikan tawa saat dengan entengnya, Anya menggeplak lengan nya.

4 Girls [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang