Bab 28 : Antara Babu atau Ratu

1.1K 97 3
                                    

***
Kau mengira aku payah karena kau tak pernah melihat kemampuan ku yang sengaja ku sembunyikan.

*
*
*

Pandangan Nayla beredar pada sebuah tempat yang baru saja ia pijaki. Setelah menutup pintu taksi, dan melihat mobil itu melaju pergi, Nayla mengernyitkan dahinya. Di mana ini? Dan untuk apa nenek membawanya ke sini?

Hal pertama yang dangat menarik perhatian Nayla saat dia sampai ke tempat ini adalah sebuah gedung yang sangat besar dan megah. Melihat nama gedung ini, Nayla jadi teringat sesuatu. Gadis itu menoleh pada sang nenek. "Nek, ini kita dimana? Ngapain juga ke sini?"

Nek Ria hanya tersenyum tipis, wanita berumur itu menggandeng tangan sang cucu untuk berjalan di sampingnya. "Mau ketemu sama seseorang."

Nayla semakin bingung, daripada banyak bertanya. Dirinya lebih memilih diam dan mengamati sekeliling. Sesuatu kembali menarik perhatian gadis itu. Nayla berpikir sejenak. Itu kan mobil yang waktu itu.

Mereka memasuki pintu utama, banyak orang yang berlalu-lalang dengan kesibukan masing-masing. Nayla tersenyum kaku membalas sapaan dari setiap orang yang di lewati. Pandangan nya terus beredar, sesekali ia berdecak kagum dengan desain bangunan ini dari dalam.

Keduanya kini sedang berada di depan lift. Tak berselang lama, pintu lift terbuka, mereka berdua buru-buru memasuki lift dan menekan tombol lantai yang di tuju. Entah kenapa sejak sampai di tempat ini perasaan Nayla jadi gelisah dan tidak tenang.

Banyak pertanyaan di benak gadis itu. "Nek, ini kita mau ketemu siapa? Nayla penasaran tau."

"Nanti kamu juga tau."

Nayla menghela nafas pasrah. Bersabar adalah jalan satu-satunya.

"Bu Ria," panggil seseorang saat Nayla dan Nek Ria keluar dari lift. Sontak Nek Ria dan Nayla menoleh pada seseorang yang memanggil.

Terlihat seorang pria berpakaian formal sedang berjalan ke arah mereka dengan senyum yang memikat. Nayla di buat tidak berkedip beberapa saat karena ketampanan pria itu. Namun sesegera mungkin ia menarik kesadarannya dan mengucapkan istighfar.

Di lihat dari wajahnya, Nayla menebak usianya mungkin sekitar 26 tahun. Nek Ria tersenyum ramah. "Eh, nak Deon. Kamu apa kabar?"

"Baik, Bu. Bu Ria sendiri apa kabar?"

"Alhamdulillah, sama baik nya. Pak Adi nya ada?"

Pria itu mengangguk. "Ada, Bu. Kalau begitu saya permisi dulu. Mari," pamitnya pada Nek Ria dan Nayla.

Nayla hanya tersenyum kaku saat pria itu melewatinya. Setelahnya ia mengikuti langkah nenek yang memasuki sebuah ruangan. Sedangkan orang yang bernama Deon itu mengamati punggung Nayla yang menghilang di telan pintu. Jadi dia, cucunya Bu Ria.

"Assalamualaikum," ucap Nek Ria setelah membuka pintu.

"Waalaikumsalam," jawab sang penghuni ruangan.

Nayla masih membuntuti neneknya yang memasuki ruangan itu. Seorang pria paruh baya terlihat segera menghampiri mereka dan meninggalkan pekerjaannya di meja. "Eh, Bu Ria," sapa nya sebagai kalimat pembuka."Mari duduk dulu."

Nek Ria mengangguk, ia berjalan menuju sofa yang ada di dalam ruangan itu. Nayla sedikit ragu untuk mengikuti nenek, perasaannya semakin gelisah tidak jelas. Nayla menghembuskan nafas pelan. Berharap semoga semuanya baik-baik saja.

Nayla duduk di samping Nek Ria, membuntuti setiap pergerakan seorang pria paruh baya itu yang mondar-mandir. Menyuguhkan mereka teh, atau mengambil kertas juga laptop.

4 Girls [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang