Bab 42 : Penggusuran dan Misi kita

1.1K 97 0
                                    

***
Hadapi masalah dengan doa, sabar, dan usaha.

——Nayla——

*
*
*

Ketika pagi menyambut, banyak orang-orang yang akan melakukan aktivitas rutin mereka, apalagi hari ini hari Minggu. Di taman yang lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah Nayla, para gadis sedang joging bersama.

Menyenderkan punggungnya di pohon besar seraya beristirahat, mata Saci terus mengekori pergerakan Nayla. Gadis atlet itu masih belum berhenti berlari sejak setengah jam yang lalu dia beristirahat.

Gadis mungil itu terjengit saat sebuah botol air mineral terlempar ke arah nya. Dengan refleks tangannya menangkap botol itu. Sepersekian detik sebelum botol itu menghantam wajah nya yang penuh keringat.

Saci membuka tutup botol, lalu menegak nya hingga sisa tiga per empat. "Nay! Udah! Sini istirahat!" panggil nya sedikit berteriak.

"Stamina nya gila," gumam Letta yang masih bisa di dengar oleh Anya maupun Saci.

"Gimana, dong. Udah setengah jam sejak gue istirahat di sini. Tu anak juga belom istirahat sama sekali," risau Saci bingung. Kalau terus di paksakan, Saci jamin kaki Nayla akan sakit.

Lebih suka bertindak, Anya menghampiri Nayla dan menghentikan gadis gila itu. "Nayla, udah! Ikut gue!" Anya meraih tangan Nayla dan menariknya agar ikut beristirahat di bawah pohon tempat Saci dan Letta beristirahat.

Langsung saja Letta melempar botol mineral ke arah Nayla yang langsung di tangkap gadis itu. "Mau bikin kaki lo patah?" ceplos Letta blak-blakan.

"Lebay!" sahut Nayla setelah duduk meluruskan kaki nya.

"Bukan lebay, Nay. Tapi kira-kira juga dong kalo lari, yakali lo dari tadi lari nggak ada istirahat nya sama sekali. Emang lo nggak capek?" sembur Saci seraya menegakkan kembali duduknya.

"Biasa, kalo lagi emosi gue suka main basket. Berhubung di sini nggak ada lapangan basket, gue lari sepuas gue, " jawab Nayla.

Mereka mengangguk mengerti. Setelah nya hening.

"Jadi apa rencana lo berdua?" celetuk Letta memecah keheningan.

"Gue bakal tetep cari keadilan buat ayah," jawab Anya seolah tau apa yang di maksud Letta. Setelahnya ia menoleh pada Nayla.

Kini si atlet yang menjadi pusat perhatian menaikkan kedua alisnya. "Apa? Gue? Lo bertiga nggak perlu jawaban. Udah pasti gue bakal di pihak Anya, bakal gue cari pembunuh itu sampe dapet! Dia harus dapet balasan."

Menganggukkan kepala, Saci tersenyum tipis. "Gue sama Letta bakal dukung lo berdua. Kita cari sama-sama, sampe dapet."

Letta berdiri, menepuk-nepuk celananya untuk menghilangkan debu yang menempel di ikuti yang lain. "Berarti sekarang kita punya misi dong? Trus, kita harus mulai dari mana?"

"Kantor NC yang dulu," kata Anya yang sudah memikirkan hal ini.

"Emm, kita berempat doang? Gimana kalo mereka bahaya? Atau yang sekarang kita hadepin ini mafia? Kalo pun bukan mafia, dia pasti punya kuasa dan anak buah dong. Ya kali kita berantem sama bapak-bapak yang badannya gede," oceh Saci mengkhawatirkan keadaan. Mau bagaimanapun mereka ini perempuan.

4 Girls [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang