Bab 66 : Pantai

1.9K 148 14
                                        

***
Yang hilang itu ingatanmu, bukan kenangan kita.

*
*
*

"Woy! Ngapain lo di situ?! Cari mati?!"

Di tengah matanya yang terpejam, gadis itu mengerutkan alisnya. Dia bergerak gelisah, dahinya mulai mengeluarkan keringat. Saci memiringkan badan, mencari posisi nyaman.

Brak!

"Emm, lo nggak papa? Itu sikunya berdarah, kita ke rumah sakit aja, ya?"

"Nggak usah, nggak perlu."

Tidurnya semakin tak nyaman, namun entah kenapa dia tak kunjung bangun. Nafasnya mulai memburu. Seiring bayangan seseorang terus melintas.

"Lo berdua ganggu latihan gue, udah tau ni lapangan basket buat apa kan? Pergi!"

Saci semakin gelisah, buliran keringat kembali menetes. Bersamaan itu bulir kristal bening juga menetes dari sudut mata.

Bayangan seorang gadis berlari ketakutan di tengah hutan kembali terlintas. Gadis itu meminta tolong, hingga karena ceroboh dia terjatuh.

"SACIII!!"

"AAAAAAAA!!!" teriak Saci terbangun. Gadis itu terduduk dengan napasnya yang tersengal tak karuan. Kepalanya terasa berdenyut nyeri. Dirinya mengusap mata yang berair. Kapan dia menangis?

Mata Saci menyipit kala sinar pagi menembus celah fentilasi. Dia beranjak turun dari kasur, membuka gorden hingga cahayanya mampu menerangi kamar.

Selepas membuka jendela, gadis itu melangkah menuju balkon. Berdiri dan menghirup udara segar dalam-dalam. Menetralkan kembali perasaannya.

"Gue mimpi itu lagi," gumamnya. Mimpi yang sama ketika pertama kali Nayla menceritakan tentang pertemanan dirinya dan ke tiga gadis itu. Rasanya Saci ingin menangis, tapi tak tau apa yang ingin ia tangisi. Dia merindukan sesuatu.

****

"Heh! Kerja, bukan ngelamun!" Letta menepuk pundak Nayla, menyadarkan gadis itu dari lamunannya.

Si atlet menoleh pada Letta sekilas, kemudian dia menyapu pandangan ke sekitar. Teman-temannya sibuk mengerjakan bagian mereka masing-masing.

"Kalo Saci nggak inget gimana? Masak malem taun baru kita nggak ada Saci. Nggak asik," cetus Nayla lesu.

Letta mengulum senyum. "Nggak papa kalo Saci nggak inget. Kita bisa mulai semuanya dari awal."

Dari seberang, Anya datang menghampiri. Dia ikut duduk di lapangan basket. Entah ide dari mana, tetapi Nayla memilih lapangan indoor AHS sebagai tempat untuk menjalankan rencana Kenan.

Gadis itu tersenyum tipis. "Yang penting kita udah usaha."

Letta menjentikkan jarinya. "Nah, betul!"

"Akhirnya, selesai juga!" seru Kenan dari seberang. Remaja itu menoleh ke Agam yang tengah menegak minumannya. "Gam! Lo udah kasih tau Saci, kan?"

"Udah. Se-jam lagi gue jemput. Kalo gitu, kita bisa balik dulu."

"Ya udah, lo semua balik dulu sono. Gue di sini aja, jagain ni tempat." Vano menyahut. Setidaknya harus ada yang berjaga di sini. Lagipun, sebenarnya dia juga malas pulang ke rumah.

4 Girls [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang