Bab 43 : Kantor NC

1.1K 99 3
                                    

***
Berusaha saja dulu. Hasilnya belakangan.

*
*
*

Sosial media AHS benar-benar ricuh membahas masalah pembatalan penggusuran gedung sekolah. Banyak dari mereka menghela nafas lega dan tak sedikit juga yang penasaran akan penyebab pembatalan itu.

Seperti dugaan Nayla tadi, hari ini AHS di pulangkan lebih awal. Sekarang baru pukul 9.30 WIB. Di koridor lantai tiga seseorang bersimpuh setelah tak sengaja menabrak seorang siswi.

"Jalan tu pake mata!" seru Bianca memarahi siswi yang tadi menabraknya. Masih ingat dengan Bianca? Iya, gadis yang sempat menentang Nayla untuk berenang dan berakhir kalah.

"Maaf, Kak. Nggak sengaja," ucap siswi itu lembut, kemudian berdiri.

Bianca berdecih. "Caper banget lo."

Siswi itu mulai menautkan kedua alisnya. "Maksudnya apa, ya?" Nada nya mulai tidak suka.

"Budek? Elo caper! Lo pikir gue nggak tau, lo sengaja nabrak gue!" balas Bianca menyorot tajam ke arah siswi di depannya.

"Heh! Maaf, ya Kakak kelas. Gue tadi beneran nggak sengaja," tekan siswi itu dengan susah payah menahan emosi.

"Lo–"

"Tunggu!" Dari arah kanan, seorang siswi menghampiri.

"Oh, temennya pembully?" sindir Bianca saat menangkap sosok Desi di hadapannya.

"Kita nggak ada bedanya," sahut Desi berani.

Desi menarik siswi itu menjauh dari Bianca. Meninggalkan Kakak kelas nya yang kini tengah menggeram marah. Gadis itu membawa sang siswi ke taman.

"Lo gapapa 'kan, Shel?" tanya Desi pada siswi di depannya yang cukup terkenal ini. Dia Shela, siswi yang sempat menghebohkan seangkatan karena berjalan bersama para lelaki tampan.

Shela menggelengkan kepalanya. "Thanks, Desi."

Jangan salah, Shela memang terkenal. Tapi siapa yang tak mengenal sosok dari salah satu pembully ini. Desi dan kawan-kawan sempat menjadi perbincangan karena di hajar habis oleh Saci beberapa waktu lalu.

"Lo kok bisa di sini?" tanya Shela.

"Ooh, gue lagi nunggu Rada. Soalnya Amira udah balik duluan," jawab Desi santai. Seolah dia sudah cukup akrab dengan Shela.

Rada sendiri celingukan mencari temannya sejak tadi. Baru juga di tinggal mengambil buku di loker sebentar, sudah hilang saja. Berjalan ke area taman, Rada menyipitkan matanya mengenal sosok yang ia cari sedang berbincang dengan seseorang.

"Desi! Ya ampun di cariin juga," sembur Rada menghampiri Desi dan Shela.

"Eh, hai!" sapa Shela pada Rada yang hanya di balas senyuman oleh gadis itu. Sok akrab sekali.

"Emm, Desi. Gue duluan kalo gitu," pamit Shela kemudian pergi dengan senyum manisnya.

Desi tersenyum seraya menatap punggung Shela yang kian menghilang dari pandangan. Rada menautkan kedua alisnya, dia menatap kepergian Shela dengan pandangan yang sulit di artikan.

4 Girls [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang