Bab 21 : Tanggung jawab

1.2K 109 1
                                    

***
Terkadang perkataan buruk mu bukan hanya melukai ku, tapi juga melukai hati orang yang menyayangi ku.

*
*
*

Pagi ini jam pelajaran sudah dimulai, semua siswa-siswi menempatkan diri pada kelasnya masing-masing. Kecuali murid yang memang mata pelajarannya olahraga atau seni. Kelas 11 IPS 7 hari ini bermata pelajaran olahraga, mereka berbondong-bondong pergi ke lapangan outdoor. Alasannya simpel, yaitu karena lapangan Indoor digunakan oleh kelas 12.

Mereka memulai olahraga dengan melakukan pemanasan terlebih dahulu. Berlari mengelilingi lapangan sebanyak tiga putaran, dan melakukan peregangan lainnya.

"Baiklah anak-anak, hari ini pengambilan nilai bola basket. Silahkan bagi tim. Untuk yang laki-laki dibagi menjadi dua tim. Sedangkan yang perempuan juga di bagi menjadi dua tim. Sisa satu, nanti bisa bergantian sama siswi lain ya! Tim putra akan bermain terlebih dahulu. Mengerti semuanya?" Guru itu memberikan instruksi.

"MENGERTI PAK!"

Seseorang mengangkat tangan, membuat beberapa murid lain menoleh. "Pak, penilaiannya dilihat dari apa aja?"

"Baik, pertanyaan yang bagus. Penilaiannya dilihat dari cara kalian bermain, teknik-teknik nya, termasuk kerjasama sesama tim, dan bagi tim yang menang akan mendapatkan poin plus dari saya. Sekian, masih ada yang ingin bertanya?"

Mereka menggeleng serentak. Setelah dirasa tidak ada yang bertanya, para siswi menepi di pinggir lapangan sedangkan para lelaki menyiapkan diri. Pembagian anggota tim juga sudah dibagi oleh ketua kelas.

Kali ini Agam dan Regan tidak setim, mereka berada di tim yang berlawanan. Pak guru berdiri di tengah-tengah lapangan sambil memegang bola basket, di apit dua siswa jangkung yang sama-sama memiliki aura mengintimidasi. Regan dan Agam berdiri paling depan, menatap satu sama lain dengan tatapan datar.

"Siap?" tanya Pak guru.

Keduanya mengangguk sebagai jawaban. Bola oren dilempar ke atas bersamaan suara peluit yang menandakan pertandingan dimulai. Kedua pemuda itu sama-sama melompat untuk mengambil bola itu, tapi Regan melompat lebih tinggi hingga bola itu sekarang di tangannya.

Kalau soal basket, Regan memang lebih unggul dari ketuanya. Hingga kini tim Regan sudah berhasil mencetak poin pertama. Para siswi yang mendukung Regan bersorak heboh, berbeda dengan Anya yang sibuk memperhatikan cara Regan bermain. Anya akui Regan sangat lihai dalam memainkan bola, permainan dia juga sangat terstruktur dan tidak mudah ditebak.

Hingga sudah cukup lama tim putra bermain, sekarang giliran tim putri yang bermain. Tim putra di menangkan oleh tim Regan dengan selisih 3 poin dari tim Agam.

Di sisi lain, Vano baru saja keluar dari toilet, saat hendak berjalan ke kelas. Dari lantai tiga ia bisa melihat murid kelas 11 yang sedang berolahraga. Dalam sekejap sebuah ukiran senyum terbit di bibirnya. Netranya melihat Anya yang sedang bermain basket dengan gaya rambut yang dikuncir satu, leher mulusnya dibasahi keringat. Gadis itu juga bermain basket dengan lihainya. Argh, Vano jadi semakin terpesona.

Vano pergi ke kantin untuk membeli air mineral, setelahnya ia turun ke lantai satu menggunakan lift. Selama di dalam lift, Vano terus memikirkan cara agar ia bisa memberikan minuman ini pada Anya tanpa gadis itu menolaknya.

Ting!

Saat pintu lift terbuka, ia berhadapan dengan salah satu teman Anya. Sebuah ide mendarat sempurna di otaknya. Dengan cepat, Vano menarik tangan gadis itu agar menjauhi lift.

"Eeeh, lepasin!" Nayla yang terkejut saat tangannya ditarik Vano menyentakkan tangannya. Gadis itu menatap Vano dengan penuh tanya. "Kenapa ya Kak?"

Vano langsung menyodorkan air itu kepada Nayla. "Buat gue?"

4 Girls [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang