Bab 39 : Sayang Kakak

1.1K 102 2
                                    

***
🌻🌻🌻

*
*
*

Pagi menjelang, kemudian pagi berganti siang. Hari ini AHS pulang lebih awal, lantaran para guru sedang mengadakan rapat di luar sekolah. Kesempatan itu tidak di sia-siakan oleh ketiga gadis yang kini sedang berjalan memasuki kamar Agam untuk menjenguk Saci.

Sang penghuni apartemen pun tidak bisa menolak, apalagi ada Letta yang bar-bar dan seenaknya sendiri.

"Ya ampun, Ci. Lo, kok bisa kayak gini sih? Lagian lo juga, kenapa mau-mau aja di suruh sama tu bocah. Pake ujan-ujan segala la—aww! Sakit, Nya. Kebiasaan," omel Letta yang ucapannya langsung terpotong saat Anya mencubit lengan kanan gadis itu.

Letta mendelik tak terima. Dia berjalan mendekati Nayla. Berharap akan ada yang membela nya. Namun, ternyata Nayla tak ada bedanya dengan Anya. Gadis itu malah mencubit lengan kirinya. "Nih, gue tambahin. Lagian, orang sakit malah di omelin."

Letta mendengus. "Hegh, lo berdua sama aja. Untung lengen gue berlapis baja, jadi nggak kerasa lo cubit," balas nya enteng.

"Oo, nggak kerasa? Hayuk sini adu jotos," tantang Nayla menaikkan dagunya.

Letta berdecih. "Apa? Sini, lo. Kagak takut gue," tandas Letta sengit.

"Halah! Ngomong doang! Sini maju," kompor Nayla lagi. Benar-benar mudah untuk membuat Letta marah.

"Dih, nggak jadi deh. Ntar lo nangis lagi kalo kalah," remeh Letta bersedekap dada.

Anya memutar bola mata malasnya mendengar perdebatan tak bermutu mereka. Dasar banyak cincong. Cuman bisa bicara, tapi tidak baku hantam juga. Eh, tapi kalau mereka benar-benar adu jotos, Anya pasti akan melempar kedua manusia itu dari lantai gedung ini.

"Ci, gimana? Masih sakit?" tanya Anya tak menghiraukan adu mulut dari kedua temannya yang lain itu.

Saci yang tertawa dengan perdebatan lucu antara Nayla dan Letta menoleh. Gadis itu menggelengkan kepalanya. "Udah nggak kok, Nya. Tinggal pusing dikit, tapi udah bisa jalan."

"Mau pulang sekarang?"

Saci mengangguk antusias. "Iya, bosen di sini terus."

Anya membantu Saci untuk berdiri dan meninggalkan ruangan beserta dua anak manusia yang masih setia beradu mulut. Anya sendiri jadi heran, apa mulut mereka tidak pegal berbicara panjang lebar seperti itu? Mana yang di bahas tidak penting lagi.

Tiba di ruang tengah, Saci cukup terkejut karena banyak orang di sana. Ada anak-anak Grozi dan juga Shela. Ada Vano juga, dan entah dari mana. Ada Kenan sang ketua Osis juga di sini.

"Ci, lo gimana? Kalo masih sakit jangan di paksain," sembur Vano saat Saci datang bersama Anya. Pemuda itu melirik Anya sejenak, tapi Anya hanya memasang wajah datar miliknya dan bersikap seolah-olah tidak ada Vano di tempat itu.

Saci tersenyum tipis. "Nggak papa kok Kak. Ini udah sehat, hehe," balas nya.

"Ji, minggir!" titah Agam melirik Aji yang duduk. Aji pun paham, dia berpindah tempat dan membiarkan Saci duduk.

"Gue sabuk item, ya."

"Huh, gue sabuk berlian. Mau apa, lo?" ceplos Letta ngawur.

4 Girls [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang