Bab 41 : Masa lalu dan Kenyataan pahit

1.2K 104 1
                                    

***
Semua orang bisa berlaku adil, tapi nggak semua orang bisa mendapatkan keadilan.

—— Candra——

*
*
*

8 Tahun yang lalu....

"Ayaaaaaaah!" Seorang gadis kecil berlari dan menghamburkan tubuhnya ke pelukan sang Ayah. Sosok yang sangat ia rindukan selama beberapa bulan ini.

Pria yang di panggil ayah itu menggendong sang putri, lengkungan sabit tak luntur di bibirnya sejak dia turun dari sebuah taksi yang dia tunggangi. "Halo princess nya Ayah." Dia mendaratkan kecupan di pipi mungil gadis itu.

"Anya kangen banget sama Ayah. Kangeeeen banget." Dua tangan mungilnya di kalungkan ke leher pria itu. Menunjukkan betapa rindunya dia.

"Anya! Kamu itu udah besar, turun! Kasian Ayah." Seorang wanita cantik menghampiri sepasang anak dan ayah yang tengah melepas rindu. Dia mencium tangan sang suami dengan senyum lembut yang terukir sempurna. "Mas, udah sampe. Gimana perjalanannya?"

Tanpa menurunkan gadis kecil di gendongannya. Pria bernama Candra itu mengecup dahi dan kedua pipi sang istri tercinta dengan penuh kasih sayang. "Melelahkan, tapi menyenangkan."

"Iiiih, Ayah jangan cium-cium Ibu. Ibu bau, belum mandi, Yah," adu nya memberengut. Dia mengapit hidung dengan jari mungilnya.

Candra pura-pura terkejut. "Aa, belum mandi?" Dia juga pura-pura berpikir. "Emm, yang belum mandi, anak Ayah apa Ibu?"

"Hehe, Anya yang belum mandi. Ya ... Ibu galak, marahin Yah," pinta nya menjulurkan lidah pada sang Ibu.

Sifa menjewer telinga putri semata wayangnya, membuat gadis itu meringis kesakitan. "Siapa yang ngajarin kamu kayak gitu?" tanyanya garang.

"Ayah," jawab Anya polos. "Katanya Ayah, kalo Ibu galak, suruh ngadu aja ke Ayah. Biar Ibu di marahin balik. Ibu kan tadi marah-marah sama Anya."

"Ibu marah sama Anya, kan karena Anya sendiri. Siapa yang suruh Anya mainin kecap buat gambar di lantai?" tanya Sifa berkacak pinggang.

Gadis kecil itu menggeleng. "Nggak ada."

"Siapa yang suruh kamu mecahin telur di lantai?" tanya Sifa lagi.

"Itu nggak sengaja, Ibuuu," jawab Anya kecil membela diri sendiri.

Ya, Anya kecil memang suka sekali membuat kericuhan. Dia bahkan sangat ceroboh dalam melakukan suatu pekerjaan. Hari ini saja dia berhasil membuat Sifa marah karena memecahkan beberapa butir telur. Padahal lantainya baru selesai di pel Sifa karena kecap yang Anya tuangkan ke lantai untuk menggambar. Anya kecil benar-benar menguji kesabaran.

Setelah membersihkan diri, Candra mengajak putrinya berjalan-jalan sore di sekitaran taman. Hal ini sudah menjadi rutinitasnya bersama sang putri.

"Ayah, mau es krim." Anya menarik-narik tangan Candra sembari menunjuk sebuah stand es krim di seberang.

Candra pun tak bisa untuk tidak menuruti keinginan putri kecilnya. Setelah membeli es krim, mereka menghabiskan waktu dengan bercanda ria. Saat sang ayah sedang mengejar nya, kaki Anya berhenti kala sebuah objek menarik perhatiannya.

4 Girls [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang