MAHIKA MAYA

6.7K 563 16
                                    

Dua gadis yang berboncengan sepeda itu ternyata masih melanjutkan perjalanan. Hanya saja laju sepeda nya jauh lebih santai sekarang. Kan niatnya memang untuk menikmati suasana hari Minggu, bukan untuk kompetisi.

"Kamu kenal sama dia?" Tanya gadis yang duduk depan.

"Dia siapa?" Jawab gadis yang membonceng.

"Yang tadi kamu temui dibawah dusun Gantoeng"

"Oh itu. Tidak, aku tidak kenal. Tapi aku seperti pernah melihatnya, hanya saja lupa dimana"

Keduanya saling diam sesaat. Gadis didepan fokus dengan stang sepedanya dengan sedikit ngos-ngosan. Sementara gadis dibelakang mengambil potret dengan kamera ponsel nya.

"Lintang?" Gadis didepan memanggil temannya yang ternyata bernama Lintang. Namun Lintang hanya menyahutnya dengan deheman.

"Aku sarankan untuk kamu jangan dekat dekat dengan wanita itu. Bisa bisa kamu kehilangan Andriyo nanti" temannya memberikan saran.

"Kenapa bawa bawa Andriyo?" Tanya Lintang. Andriyo adalah pacarnya saat di Jakarta. Namun sekarang mereka terpaksa untuk menjalani hubungan jarak jauh. Meski berat, namun inilah yang harus dijalani.

"Wanita tadi, dia dimusuhi oleh para wanita lain. Lebih tepatnya, para wanita yang sudah bersuami. Karena suami suami mereka tergila gila padanya. Alhasil, banyak suami istri yang bertengkar bahkan berakhir cerai pun ada. Meski dia cantik dan idaman para laki-laki, tapi dia juga mendapat cap perusak rumah tangga orang" ucap temannya menggebu gebu.

"Jahat sekali orang orang sampai mengatai nya perusak rumah tangga orang. Lagipula untuk apa menggoda suami orang? Lebih baik cari bujangan" seru Lintang.

"Sebenarnya dia tidak pernah menggoda siapapun. Entah suami orang entah bujangan, dia tidak pernah menggoda. Tapi kecantikannya itulah yang membuat dia digilai banyak laki-laki. Sehingga semua kesalahan dilimpahkan padanya" ucap temannya.

"Sepertinya kamu tahu banyak tentang dia, Anindhita?" Tanya Lintang pada temannya yang bernama Anindhita.

"Tentu saja aku tahu, kami kan sama sama warga dusun Gantoeng. Tentu saja aku tahu cerita tentang nya" jawab Anindhita sembari menghentikan laju sepedanya saat ada beberapa ekor kambing menyebrang dengan seorang penggembala nya.

Setelah gembala kambing itu pergi, mereka pun melanjutkan perjalanan nya. Beda nya, sekarang Lintang yang di depan.

Anindhita pun kembali menceritakan tentang wanita itu.

"Namanya Mahika Maya, dia adalah seorang penari Tayub dari dusun Gantoeng. Karena dia sangat cantik makanya dia menjadi penari Tayub paling tersohor di daerah sini.
Dan dia merupakan seorang janda. Kamu tahu kan bagaimana janda dimata orang orang? Sering dianggap penggoda suami orang"

"Loh, tak pikir dekne hurung rabi, jebul wes dadi rondho to"
(Ku kira dia belum menikah, ternyata sudah jadi janda)" ucap Lintang.

"Walah, dia sudah menjanda empat kali" Anindhita berbisik.

"Hah? Yang benar?" Lintang tidak percaya.

"Mana mungkin aku bohong. Aku ini tetangga nya meski rumah kami berjauhan. Dia sudah menikah empat kali, tapi ke empat orang yang jadi suaminya mati semua, tidak tahu apa sebabnya. Dan mereka mati hanya beberapa hari setelah menikah" ucapan Anindhita yang tadinya berbisik perlahan berubah menggebu-gebu. Dia memang suka menggosipkan orang.

"Aku baru dengar kasus seperti ini. Selama tinggal di Jakarta, aku tidak pernah mendengar hal hal aneh seperti ini" ucap Lintang.

"Tentu saja kehidupan di kota dan di kampung itu berbeda" Anindhita menggerutu.

Keduanya melanjutkan perjalanan kerumah Lintang, Anindhita harus mengantar temannya itu pulang.

*****

Lintang dan Anindhita, kedua gadis itu akhirnya pulang kerumah Lintang. Keduanya berboncengan menaiki sepeda. Melewati jalan setapak melalui perkebunan tembakau. Itu adalah jalan pintas menuju dusun Nggayu, dusun tempat tinggal Lintang.
Jika lewat jalan besar, mereka harus melewati dusun Gantoeng terlebih dahulu.
Ya, akses keluar masuk dusun Nggayu memang harus melewati dusun Gantoeng.

"Njo mampir dhisek. Bapakmu paling wes budhal ngeterke panenan.
(Ayo mampir dulu. Bapakmu mungkin sudah berangkat mengantar hasil panen)" Lintang berseru sembari meneliti ke arah garasi besar yang terletak beberapa meter disamping rumah, tempat truk truk milik ayahnya terparkir.
Truk truk itu biasanya digunakan untuk membawa hasil panen ataupun lainnya. Supir yang bekerja rata rata orang dusun sebelah.

Anindhita pun turun dari sepeda dan mengikuti Lintang. Sekedar untuk minum es teh pasti terasa segar setelah lelah bersepeda.

Keduanya bukan berteman sejak kecil, bukan teman sekolah, bukan pula teman sekampung. Lintang mengenal Anindhita belum lama ini. Karena Anindhita adalah anaknya Pak Lik Landhung.
Pak Lik Landhung sendiri bekerja pada ayahnya Lintang sebagai supir truk yang mengantar hasil panen ataupun lainnya. Pak Lik Landhung juga lah yang menjemput Lintang pulang dari Jakarta beberapa waktu lalu.
Dari situlah Lintang bisa berteman dengan Anindhita.

"Minggu depan ada Tayuban di dusun Gantoeng, kamu mau nonton?" Tanya Anindhita seraya menyeruput es teh nya.

"Dalam rangka apa? Bukannya beberapa hari yang lalu ada Tayuban juga di balai desa?" Lintang bertanya. Tangannya sibuk mengaduk gula yang belum larut digelasnya.

"Ah itu kan beda acara. Kalau Minggu depan itu acara kawinan anaknya Pak Lurah Sakan. Kebetulan kan Pak Lurah baru itu tetanggaku. Baru beberapa bulan menjabat jadi Lurah. Sering mengadakan acara acara kesenian, apalagi Tayuban. Dengar dengar Pak Lurah itu naksir salah satu penari nya" ucap Anindhita berbisik.

"Bukannya dia sudah beranak istri? Masih juga naksir orang?" Lintang menggeleng gelengkan kepalanya.

"Namanya juga hidung belang. Laki laki itu kalau jabatan nya makin tinggi, duitnya makin banyak. Pasti akan membutuhkan banyak perempuan.
Makanya jaga baik baik itu si Andriyo" Anindhita menggebu-gebu.

"Andriyo bukan orang seperti itu, aku percaya padanya" Lintang terkadang merasa kesal kalau Anindhita menyamakan Andriyo dengan laki laki lain.

"Iya iya. Ya sudah, Minggu depan kalau mau nonton Tayuban, jangan lupa mampir ke rumahku" ucap Anindhita.

"Iya baiklah"

Beberapa saat kemudian, Anindhita pun pamit pulang. Meninggalkan Lintang yang masih duduk di bangku kayu dipekarangan rumahnya.

Ia masih sedikit kesal dengan ucapan Anindhita. Selalu saja menyamakan Andriyo dengan laki laki lain.  Ia percaya jika Andriyo bukan laki laki yang tak setia. Pacarnya itu adalah orang yang baik. Selama ini tidak pernah mengecewakan nya meski bumbu bumbu kesalahpahaman pasti ada.
Ia tidak perlu takut, ia tidak akan kehilangan Andriyo.

Atau malah Andriyo yang akan kehilangan dirinya?

BERSAMBUNG

"PELET" Mahika Maya (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang