TUJUH DAUN POHON BIDARA

2K 274 10
                                    

Sedikit kebohongan untuk kebaikan mungkin tidak apa. Seperti apa yang dilakukan Narwastu demi membawa pulang adiknya kembali kerumah. Kali ini, ia tak akan membiarkan gadis itu pergi lagi. Padma Lintang harus segera diselamatkan. Tiada boleh lagi ditunda tunda.

Padma Lintang sedang sibuk mengaduk adonan untuk membuat kue. Tentunya masih di dapur dirumah nya sendiri. Bersama kakak perempuan nya, Narwastu Abhinawa yang tak ia kenali.
Seperti apa yang dikatakan Narwastu, jika ia diminta untuk mengajari bagaimana membuat makanan makanan seperti yang ia jual di pasar.

Selama adiknya sedang sibuk, Narwastu sama sekali tidak memperhatikan nya. Karena sejujurnya ia pun sudah menguasai nya.
Sesekali ia menatap ke arah pintu yang menghubungkan dapur dengan ruangan lainnya. Wajahnya nampak risau. Ia bahkan tidak mendengar kan apa yang dikatakan Padma Lintang.

"Setelah nya diberi pewarna makanan. Warna nya sesuai selera saja" ucap Padma Lintang.

Ia menoleh saat tidak mendapatkan respon apapun. Disampingnya, Narwastu ternyata tidak menyimaknya.

"Mbak?"

Narwastu yang mendengar nya seketika berpaling padanya. Adiknya menatap ia dengan penuh pertanyaan.

"Jangan lupa pewarna nya" ucap Padma Lintang. Perempuan disebelahnya hanya mengangguk.

Mereka kembali melanjutkan proses membuat kue kue. Walaupun sebenarnya itu hanya lah akal-akalan Narwastu saja. Tapi sekali lagi, sedikit kebohongan untuk kebaikan tidak lah bermasalah.



Bu Abhinawa memperhatikan ibunya yang sedang sibuk dengan sesuatu yang ia sendiri tidak pahami. Ia diam saja tanpa berani bertanya. Walaupun sebenarnya ia tahu barang barang yang ada di tangan ibunya. Tapi ia tidak tahu akan digunakan untuk apa.

Eyang Windradi sedang menumbuk tujuh lembar daun pohon Bidara yang masih hijau diatas dua buah batu. Entah darimana perempuan sepuh itu mendapatkan nya, Bu Abhinawa pun tidak tahu.
Tujuh daun pohon Bidara itu ditumbuk hingga halus.
Eyang mencampur tumbukan daun itu dengan air.

Bu Abhinawa melihat campuran daun Bidara dan air itu dibacakan doa oleh ibunya.
Suaranya lirih, tapi ia masih dapat mendengar nya dengan jelas.

• Ayat Kursi
• Surat Al-A'raf ayat 117-132
• Surat Yunus ayat 79-82
• Surat Thaha ayat 65-70
• Surat Al Kafirun
• Surat Al Ikhlas
• Surat Al Falaq
• Surat An Naas

Setelah selesai membacakannya, Eyang membawa segelas air ramuan itu dan berjalan mendekati Bu Abhinawa.

"Minumkan ini pada Padma Lintang, berikan beberapa kali sampai ilmu pengasihan nya semakin musnah. Jangan lupa gunakan juga untuk dia mandi" ucap Eyang Windradi.

"Ibu yakin ini akan berhasil?" Tanya Bu Abhinawa yang merasakan keraguan.

"Serahkan semuanya pada Gusti Allah. Kita sebagai manusia biasa tidak ada salahnya berusaha. Yang kita lakukan adalah untuk kebaikan. Selama masih dalam syariat Islam, insyaallah, Gusti Allah pasti akan menolong. Dan jangan pernah berhenti berdoa dan memohon. Gusti Allah lah sebenar benarnya Maha Penolong" ucap Eyang Windradi.

Bu Abhinawa mengangguk mengerti. Jauh dalam lubuk hatinya, ia sangat berharap semoga ini berhasil. Gusti Allah tidak pernah tidur. Tidak akan pernah meninggalkan hamba hamba Nya yang taat. Dia lah sebenar-benarnya Maha Penolong.

Kembali ke dapur tempat dimana Padma Lintang dan Narwastu masih berkutat dengan kegiatan nya. Narwastu mencoba untuk membuang rasa gundah di hati nya. Ya, ia tahu Neneknya sedang berusaha untuk menyembuhkan adiknya. Entah apa yang dilakukan didalam sana.
Ia berusaha untuk menetralkan rasa risaunya.

"PELET" Mahika Maya (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang