Pada sore hari menjelang senja, dua orang perempuan terlihat berjalan bergandeng tangan menyusuri jalanan yang menghubungkan dari dusun satu ke dusun yang lain.
Jalanan itu berada diantara perkebunan dan persawahan. Tempatnya masih sangat asri, khas suasana pedesaan.Tempat tersebut berada dalam wilayah sebuah kabupaten yang bisa dibilang cukup unik. Kabupaten itu dikelilingi oleh berbagai gunung dan pegunungan yang berderet rapi di kejauhan. Sejauh mata memandang, dari segala arah mata angin, kita bisa melihat gunung dan pegunungan itu saling berhubungan satu sama lain tanpa terpisah.
Namun meski begitu, pedesaan tersebut tidak berada di dataran tinggi. Sehingga kita tak dapat menemukan perkebunan teh di daerah tersebut.Pedesaan itu berada tidak begitu jauh dari perkotaan. Untuk sampai ke kabupaten kota hanya berjarak kurang dari satu jam. Sehingga meski tempat itu berupa pedesaan, namun bukanlah pedesaan yang tertinggal. Bahkan kabupaten tersebut merupakan salah satu kabupaten/kota besar di provinsi Jawa Tengah.
Tepat saat berada di tepi perkebunan tembakau. Kedua perempuan itu berhenti untuk memandang lembayung di ufuk barat yang semakin merah. Jalanan yang tadinya masih dilalui orang orang kini mulai tenang.
Keduanya menikmati senja yang berada dibalik pegunungan Menoreh yang membentang dari ujung Timur, Selatan hingga ke Barat.Padma Lintang menggenggam erat tangan Mahika Maya, namun pandangan nya tak lepas dari senja di kejauhan.
Ia ingin menyembuhkan kegundahan hati nya yang disebabkan oleh polemik antara ia dan kakak laki-laki nya dua hari yang lalu.Mahika Maya menatap wajah samping kekasihnya. Tangannya pun tak kalah erat dalam genggaman. Ia mengerti suasana hati gadis ini. Ya, Padma Lintang memang sempat menceritakan apa yang terjadi antara ia dan Ramayana. Tentu saja membuat Mahika Maya kesal. Ia menjadi semakin membenci laki-laki itu.
"Sayang.." suara lembut Mahika Maya terdengar menyapa indera pendengaran.
Padma Lintang menoleh dan mendapati kekasihnya tengah menatap kearahnya. Mata Mahika Maya begitu teduh dan terasa hangat. Seketika membuat hatinya jauh lebih tenang. Beberapa helaian rambut nya tertiup hembusan angin. Menghiasi wajahnya yang cantik. Gadis itu tak akan bosan seberapa lama pun ia memandangi kekasihnya.
"Apakah suasana hati mu masih buruk?" Mahika Maya bertanya.
"Sudah jauh lebih baik" jawab Padma Lintang. Gadis itu mengulas senyum. "Berkat kakak" imbuhnya.
Mahika Maya dibuat tersenyum oleh jawaban gadis itu. Matanya yang meneduhkan memandangi wajah Padma Lintang yang dihiasi helaian rambut nya.
"Aku bahkan tidak melakukan apapun" ucapnya.
"Berada bersama dengan kakak seperti ini saja sudah membuatku tenang. Kakak adalah obat paling mujarab untuk rasa gundah dan lelah ku. Untuk apa aku harus berlarut-larut dalam suasana buruk, sementara kekasih ku yang cantik membuat ku tidak bisa berhenti tersenyum" kalimat dari Padma Lintang membuat Mahika Maya tersipu. Gadis ini selalu bisa membuat kupu-kupu dalam perutnya beterbangan.
Mahika Maya membawa tangan Padma Lintang yang ia genggam untuk ia kecup. Jemari lentik yang pernah menjelajahi kulit tubuhnya dengan terampil.
Ia kecup sekali lagi. Betapa ia mencintai gadis ini.Padma Lintang merangkul pundak Mahika Maya dan sama sama kembali menatap lembayung. Beberapa kawanan burung terlihat terbang beriringan untuk segera kembali ke sarang nya.
Mahika Maya menunjuk pada kawanan burung di angkasa.
"Rasanya aku ingin menjadi mereka, melayang layang melanglang buana dan membawa mu terbang mengelilingi dunia yang luas ini. Aku ingin semesta tahu bahwa kamu adalah milikku. Aku ingin berteriak di seluruh angkasa bahwa aku mencintaimu, dengan segenap hati dan jiwa ku" suara perempuan itu terdengar bergetar. Namun matanya masih setia pada kawanan burung yang terbang kian jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
"PELET" Mahika Maya (GxG)
FantasíaKetika seorang gadis muda hampir gila karena guna guna sebuah ilmu pelet seorang penari