SUATU KETIKA, SEBELUM KAMU MEMETIKNYA

2.9K 285 30
                                    

KELURAHAN WUNI, MAGELANG
TAHUN 1997

"Sugeng sonten Wo Peno!!" ( Selamat sore Pakdhe Peno)

Seorang gadis muda menaiki jengki hitam melewati area persawahan di dusun nya. Ia menyapa tetangganya yang sedang mengawasi puluhan bebek nya di sepetak sawah yang beberapa hari lagi akan ditanami padi.

Pria lanjut usia yang ia panggil Wo Peno itu hanya membalasnya dengan lambaian tangan. Sebab pria tua itu sedang asyik melinting tembakau dan cengkih yang dibungkus dengan garet merek Angkong.
Di tahun itu, rokok hasil lintingan sendiri sudah menjadi rokok paling mewah.

Gadis muda tadi hendak pergi ke warung untuk membeli lisah mambet (minyak tanah). Sebab persediaan dirumah telah habis. Ia tidak ingin nanti malam gelap-gelapan tanpa penerangan.
Keluarga nya adalah keluarga yang miskin sehingga tidak mampu untuk memasang listrik. Lagipula di dusun nya, listrik hanya bisa dipasang oleh orang-orang kaya.

Namun karena stok minyak tanah di warung yang ia tuju telah habis, ia pun pergi ke warung di dusun sebelah. Biasanya di warung tersebut juga menjual minyak tanah untuk memenuhi para pembeli yang masih menggunakan dian (pelita) serta mengisi kompor minyak.

Tak lama kemudian ia telah sampai di warung di dusun itu. Disana ada beberapa orang yang juga membeli minyak tanah sehingga ia harus bersabar sebentar.
Setelah ia mendapatkan minyak tanah itu ia pun keluar. Diluar pun orang-orang yang tadi berbincang sudah kembali kerumah masing-masing.

Dan di tepi jalan ia hanya melihat seorang anak perempuan menggendong adiknya yang menangis tersedu-sedu. Jarik yang anak itu gunakan untuk menggendong adiknya terlepas karena sang adik yang masih kecil itu terus meronta.

"Bu Lik, anak siapa itu? Kenapa anak sekecil itu menggendong bayi tanpa orang tuanya!"

Gadis itu sedikit berteriak untuk bertanya pada sang pemilik warung.

"Itu anaknya Pak Abhinawa! Coba kamu lihat itu, kasihan adiknya menangis terus! Aku sedang sibuk jadi tidak bisa membantu!" Seru si pemilik warung.

Gadis yang diperkirakan berusia 19 tahun itu pun menghampiri kedua anak tersebut.
Ia dapat melihat bahwa sang kakak ikut menangis karena kewalahan mengurus adiknya.

"Nduk, kenapa membawa adikmu sendiri? Bahaya, kalau jatuh bagaimana?" Ia bertanya sembari meraih bayi berusia 1 tahun itu kedalam gendongan nya.

Dengan sesenggukan anak perempuan itu menjawab "saya cuma mengajaknya jalan-jalan Mbak. Ibu saya sedang rewang dan saya ajak adik saya jalan-jalan".

"Jadi Ibumu tidak tahu kalau membawa adikmu jalan-jalan?" Gadis itu bertanya.

Anak perempuan itu hanya menggelengkan kepalanya.

"Lalu bagaimana caranya kamu bisa menggendong adikmu dengan jarik?" Tanyanya.

"Saya sering belajar dari Ibu. Saya sangat sayang adik saya, jadi saya belajar menggendong nya dengan jarik" jawabnya. Sesekali anak perempuan itu mengusap air matanya.

"Berapa umurmu?" Gadis itu bertanya.

"8 tahun Mbak. Kelas 2 SD" jawabnya.

"Adikmu?" Tanya nya lagi.

"PELET" Mahika Maya (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang