Pada pagi hari sekitar pukul delapan, cahaya matahari terlihat mengintip dari celah-celah pepohonan. Sudah beberapa ini hujan tidak turun. Hanya sesekali gerimis tak berarti.
Kicauan burung menemani langkah para petani yang beriringan pergi ke sawah dan perkebunan. Bagi orang-orang yang menganggur, mereka memilih untuk menyalakan musik dengan volume tertinggi.
Di sebuah kamar yang tidak memiliki jendela. Seorang gadis mengerjapkan matanya, mencoba menyesuaikan pandangan nya dengan suasana sekitar.
Setelah pandangan matanya dirasa baik, ia bangun secara perlahan.Matanya menatap berkeliling. Ia mengerutkan keningnya menyadari sesuatu yang berbeda. Ini bukan kamarnya. Bagaimana bisa ia tidur disini?
Ia menurunkan kakinya yang tanpa alas dan berhasil menyentuh lantai marmer yang dingin. Ia hendak berdiri tapi mendadak mengurungkan niatnya. Ia memegang kepalanya yang terasa pening. Ia meringis menahan sakit nya.
Ia kembali bangkit berdiri. Tenggorokan nya sangat kering. Ia tidak mempedulikan sakit di kepala nya. Saat ini ia hanya ingin minum segelas air putih dingin.
Ia membuka pintu, melangkah keluar tanpa mengenakan alas kaki apapun. Pandangan nya ia edarkan ke segala penjuru rumah nya. Tapi pagi ini tampak sepi.
'apakah Mbak Nana sudah berangkat ke klinik?
Sepi sekali, Bapak seperti nya juga sudah ke perkebunan'Gadis itu berjalan tertatih menuju dapur. Ia berpegangan pada dinding agar tubuhnya yang terasa lemas tidak limbung.
Langkah nya terus membawanya ke dapur. Setelah sampai, ia berhenti sejenak saat melihat seseorang sedang mencuci pinggan pinggan di wastafel."Lik Yah? Kok sepi sekali sih? Orang-orang kemana?"
Perempuan bertubuh gemuk itu nyaris terjungkal karena kaget oleh suara barusan.
Setelah menoleh ke sumber suara, perempuan gemuk yang dipanggil Lik Yah itu membekap mulutnya sendiri. Jelas sekali raut kaget di wajahnya yang lebar itu.
Respon dari Lik Yah justru membuat gadis tersebut heran.'memangnya aku ini hantu?'
Gadis itu semakin heran manakala sang asisten rumah tangga tersebut malah berlari pergi dengan tergopoh-gopoh. Daster batik hijau nya ikut heboh karena badannya yang gemuk.
Gadis yang niat awalnya ingin minum itu pun kembali berjalan pelan. Ia membuka kulkas dan merasakan hawa dingin menerpa wajahnya yang masih kusut karena bangun tidur.
"Lintang?"
Gadis yang sedang asyik meneguk air putih dingin itu pun menoleh.
Beberapa meter dari tempat nya berdiri, gadis itu melihat kakak dan ibunya menatap dirinya dengan mata berkaca-kaca. Wajah mereka terlihat sendu. Ia menjadi keheranan. Ada apa dengan mereka?"Mbak Nana sama Ibu kenapa sih?" Tanya nya.
Kedua perempuan itu berjalan mendekati nya. Memperhatikan dirinya dari ujung rambut hingga ujung kaki nya. Hal ini membuat gadis itu semakin bertanya tanya.
"Lintang, ini kamu kan?" Tanya Narwastu.
"Ya aku lah, siapa lagi?" Ucapnya.
Bu Abhinawa meraih wajah tirus anak bungsunya itu. Matanya hampir meloloskan airmata. Yang mana membuat Padma Lintang tertegun.
"Katakan kalau ini benar benar kamu nak" ucap Bu Abhinawa tercekat.
"Ini aku Bu, Padma Lintang Abhinawa, anaknya Juragan Abhinawa dan Raden Roro Wasita, adiknya Mas Rama dan Mbak Nana, prunan nya Wo Siuk, cucunya Eyang Putri Windradi dan Eyang Kakung Mangun Joyo Dikromo, pacarnya Andriyo. Ibu malah ngajak bercanda" ucap Padma Lintang sembari terkekeh kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
"PELET" Mahika Maya (GxG)
ФэнтезиKetika seorang gadis muda hampir gila karena guna guna sebuah ilmu pelet seorang penari