Hujan sebenarnya sudah reda sejak 30 menit yang lalu, tersisa tetes tetes kecil dari pepohonan. Suara suara serangga malam telah mulai diperdengarkan oleh alam, pertanda hingar bingar semesta di malam hari sudah memasuki gilirannya.
Matahari telah terbenam sejak mendung di sore hari. Tersembunyi dibalik awan hitam dan turunnya hujan. Dan tak tampak lagi hingga batas waktu. Senja yang kelam.
Gubuk kecil ditengah kebun kacang lanjaran (kacang panjang) disinari oleh bohlam kecil dengan warna kuning khas lampu lampu zaman kakek nenek dulu. Lampu itu terhubung oleh penerangan jalan.
Bohlam kecil itu menyinari dua orang yang masih berada di posisi yang sama sejak sore tadi. Keduanya yang masih berpelukan itu diselimuti oleh cardigan yang menghangatkan tubuh mereka dari rasa dingin.Padma Lintang masih tertidur dengan duduk bersandar di pagar, kakinya selonjoran dengan nyaman. Didepannya ada Mahika Maya yang juga masih terlelap sembari memeluk nya.
Tak berselang lama, mata gadis itu membuka. Ia mengerjapkan matanya mencoba menyesuaikan dengan suasana sekitar. Saat menyadari bahwa hari telah berganti, kantuknya seketika hilang. Ia memandang sekeliling, rupanya semua telah menggelap. Satu-satunya penerangan disana adalah bohlam kecil diatasnya.
Sayup-sayup ia mendengar adzan Maghrib yang berkumandang dari arah dusun. Seharusnya kalau Maghrib begini langit masih merah. Mungkin karena hujan jadi suasana Maghrib menjadi segelap ini.Cukup menyeramkan sebenarnya berada ditengah kebun saat petang begini. Tidak ada siapapun kecuali ia dan Mahika Maya yang masih lelap.
Ia melirik pada Mahika Maya. Perempuan itu masih tidur dengan kedua lengannya yang memeluk nya erat. Tampak begitu nyaman dengan wajah yang dibenamkan di dada Padma Lintang.Ia ingin membangunkan perempuan ini tapi sedikit merasa tidak enak. Tapi jika tidak segera dibangunkan, kapan mereka bisa pulang?
Ia sudah berada dikebun sejak siang, orang tuanya pasti menunggu nya karena belum pulang sampai sekarang."Kak? Ayo bangun, ini sudah gelap" ucapnya sembari menepuk pelan bahu nya.
Perempuan itu belum bergeming. Ia masih terlihat sangat nyaman bisa memeluk Padma Lintang hingga tertidur.
"Kak Maya?" Gadis itu terus mencoba membangunkan nya.
Hingga pada akhirnya Mahika Maya pun mulai mengerjapkan matanya. Ia mendongak dan mendapati wajah Padma Lintang sedekat ini. Menatapnya dengan pandangan yang teduh.
Ia yang menyadari bahwa dirinya masih memeluk gadis itu pun seketika melepaskan pelukannya, tiba tiba menjadi canggung."Maaf maaf, aku tidak bermaksud begitu. Pasti tidak nyaman ya?" Tanya Mahika Maya kelabakan.
"Tidak apa kak. Dan sebaiknya kita harus bersiap untuk pulang. Sekarang sudah sangat gelap" jawab Padma Lintang.
Mahika Maya mengenakan kembali cardigan nya sembari memperhatikan Padma Lintang yang sedang meraih kemeja nya untuk dipakai lagi. Ia tersenyum kecil yang tidak diketahui oleh Padma Lintang. Bahkan dalam keremangan cahaya, gadis itu selalu mempesona.
Gadis itu sudah selesai mengenakan kemeja pink nya. Ia kembali memakai boots dan tudung capil nya, kemudian berdiri diatas pematang didepan gubuk. Padma Lintang mengeluarkan ponsel nya. Untunglah gadis itu membawa ponsel, setidaknya bisa digunakan untuk menyinari perjalanan mereka keluar dari kebun.
Mahika Maya memperhatikan Padma Lintang yang tampak menggerutu saat melihat layar ponselnya.
"Apa ada masalah?" Mahika Maya bertanya.
"Sedikit kak. Orang tua dan kakak saya rupanya menghubungi saya berkali-kali, tapi saya tidak tahu karena ketiduran" jawabnya dengan wajah cemas.
"Kalau begitu kita harus cepat pulang, berbahaya kalau disini terlalu lama" saran perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
"PELET" Mahika Maya (GxG)
FantasiKetika seorang gadis muda hampir gila karena guna guna sebuah ilmu pelet seorang penari