UDANG TAK TAHU BUNGKUKNYA

2.9K 317 6
                                    

"ku mohon maafkan lah cinta kita ini yang tak terkabul

Sembunyikan dalam hati

Ku mohon kepada takdir yang kejam ini berserah diri

Kita berdua yang terlarang"

Sembari bersenandung kecil, seseorang memarkirkan motor nya di garasi rumah. Rumah paling besar dibandingkan rumah para warga yang ada di dusun itu. Bahkan sang pemilik rumah itu memiliki dua rumah besar dalam satu lahan, tentunya dengan arsitektur yang berbeda.

Gadis yang bersenandung itu masuk ke rumah dengan santai. Hatinya terasa berbunga bunga. Bahkan meski lagu yang ia senandung kan berisikan sebuah kesedihan, namun ia terus tersenyum. Tidak dapat menampik bahwa ia sedang berbahagia.

Ingat, lagu yang kita senandung kan tidak harus selalu sesuai dengan suasana hati. Bahkan dalam acara kawinan saja lagu berjudul MANDUL tidak pernah ketinggalan dibawakan sang penyanyi organ tunggal.
Apapun itu lagunya, se tragis apapun isinya, kalau sudah masuk ke acara kawinan ya akan beda cerita. Semuanya tetap akan bergoyang tak harus peduli pada makna lagunya. Apalagi kalau biduan nya adalah janda pirang, kakek kakek pun ikut menyawer meski hanya punya dua ribu rupiah. Dan sang pengantin hanya akan duduk sambil berkipas kipas.

Maaf, kita kembali pada semula.
Gadis itu masuk kerumah masih dengan bersenandung. Lalu langkahnya terhenti saat melewati ruang makan. Seseorang memanggil namanya dan membuat nya menoleh. Disana, keluarga nya tengah sarapan bersama.

"Yang habis pacaran, pagi hari baru pulang" kakak laki-lakinya memberikan sindiran meski terlihat masih sibuk menyuap makanan nya.

Mendengar sindiran itu, Padma Lintang menoleh cepat. Ia tidak tahu mengapa kakak laki-lakinya bisa tahu kalau ia memang habis pacaran. Maksudnya pacaran dirumah pacarnya.  Ia memberikan tatapan kesal pada Ramayana. Ia menjadi sebal dengan kakak laki-lakinya sejak melakukan hal buruk pada kekasih nya. Namun Ramayana hanya acuh tanpa menanggapi lebih.

"Lintang, darimana saja kamu semalaman tidak pulang?" Itu pertanyaan dari Juragan Abhinawa. Ayahnya itu telah memberikan tatapan membunuh.

"Lintang, kamu kan pergi dari kemarin sore. Kenapa baru pulang pagi hari nya? Kamu juga tidak bisa dihubungi. Kamu tidur dimana?" Kini Bu Abhinawa yang bertanya.

Narwastu yang sudah kembali dari rumah sakit pun kini ikut menatapnya. Ia duduk dan disebelahnya terdapat kruk untuk membantu nya berjalan karena kakinya masih dalam tahap pemulihan. Berbeda dengan Ramayana yang sama sekali tidak menatap nya. Namun Padma Lintang masih dapat melihat jika kakak laki-laki nya itu tersenyum sinis.

"Paling tidak kalau memang mau menginap di rumah temanmu ya berikan kabar. Agar orang rumah tidak kelimpungan" kini giliran Narwastu yang bertanya.

Gadis itu masih belum menjawab pertanyaan pertanyaan itu. Karena ia masih diberondong dengan berbagai macam tanya. Ia masih berdiri dan berdecak kesal.

"Kan sudah kubilang aku pergi ke pasar malam bersama Anindhita dan menginap dirumahnya" jawab gadis itu.

Mereka semua hanya berdecak kesal. Alasan ini sudah sering kali mereka dengar dari si bungsu, tapi nyatanya semua itu hanya bualan. Gadis ini selalu berusaha berkelit. Apa yang sebenarnya ia tutup tutupi?

"Anak kecil tidak boleh berbohong" Ramayana kembali bersuara. Padma Lintang memberikan tatapan tajam tapi laki-laki itu hanya mengendikkan pundaknya santai.

Juragan Abhinawa bangkit dari duduknya lalu berjalan menghampiri Padma Lintang. Ia menyalakan cerutu nya dan berkacak pinggang. Laki-laki berumur ini memang suka merokok sembarangan. Tapi keluarga nya tidak ada yang berani protes.

"PELET" Mahika Maya (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang