SUDUT GELAP, DI TEMPAT YANG DISEBUT 'RUMAH'

2.3K 308 23
                                    


"Pak, sudah Pak... Itu anak kita Pak... Kasihan.." ucap Bu Abhinawa terisak. Berkali-kali ia memohon pada suaminya agar berhenti menghukum Padma Lintang. Namun bukan Juragan Abhinawa namanya jika memiliki belas kasih.

"Bapak boleh kecewa, tapi tidak seperti ini cara menasehati Lintang Pak! Bapak hanya semakin menyakiti nya!" Teriak Narwastu.

Narwastu dan ibunya tidak bisa berbuat apa-apa melihat Juragan Abhinawa yang sejak tadi memukuli Padma Lintang dengan sebatang rotan didalam gudang. Sang ayah tidak peduli meski anak bungsunya itu terus menangis kesakitan.
Baginya, reputasi dirinya lebih penting.

"Ini akibatnya kalau berani membangkang! Melanggar perintah Bapak! Kamu lihat orang-orang tadi? Mereka sudah tahu semuanya! Kamu sudah mempermalukan keluarga kamu! Kamu memang pantas dihukum!" Teriak Juragan Abhinawa. Bahkan tangannya tidak segan-segan menarik rambut anaknya tanpa ampun.

"Ampun Pak.... Sakit...." Gadis itu terus mengiba. Suaranya begitu memilukan. Ibu dan kakaknya yang berada diluar gudang hanya bisa menangis mendengar suara lemah itu.

"Bapak tidak akan berhenti menghukum kamu sebelum kamu mengakhiri hubungan terlarang kamu dengan janda itu!! Menjijikkan!!"

"Kami saling mencintai Pak... Tolong jangan pisahkan ka...."

Sebelum kalimat itu berakhir, sebuah pukulan yang sangat keras menghantam tubuh ringkih gadis itu. Tepat pada saat itulah, tubuh Padma Lintang terjerembab ke lantai yang penuh dengan debu.
Pipinya yang penuh airmata beralaskan lantai kotor yang dingin. Suaranya habis, hanya airmata yang tak berhenti mengalir. Rasanya dunianya telah runtuh. Suara teriakan ayahnya tak mampu mengusir denging di telinga nya yang memekakkan.

'aku mencintaimu.... Kak Maya...'

Mata yang lemah itu perlahan tertutup. Bersamaan dengan sebatang rotan yang digunakan untuk menyakiti nya dilempar ke lantai dan jatuh didepan matanya. Ditempat yang terasa gelap, pengap, dirumahnya sendiri.









"Kenapa Bapak mengurung Lintang disana?? Lintang sakit karena Bapak dan sekarang Bapak mengurung nya?" Teriak Bu Abhinawa.

"Dia pantas dihukum karena berani mempermalukan keluarga! Itu hukuman paling tepat untuk membuat nya jera!"

"Ibu tahu anak kita memang bersalah! Tapi bukan begini caranya menasehati dan memberikan pelajaran! Kita bisa menasehati nya secara baik-baik!"

"Mau pakai cara baik-baik seperti apalagi Bu? Hukuman keras kemarin saja tidak mempan! Ini cara paling tepat untuk memisahkan Lintang dari janda itu!"

"Tapi Lintang sakit! Dan semua itu gara-gara Bapak! Tidak seharusnya Bapak mengurung Lintang didalam gudang! Biarkan lukanya mendapatkan pengobatan!"

"Biar saja sekalian mati didalam sana! Bapak tidak sudi punya anak tidak normal seperti itu!"

Bu Abhinawa menutup mulutnya tak percaya ucapan barusan keluar dari mulut suaminya sendiri. Benar-benar pikiran nya sudah dikuasai oleh iblis.

Sama halnya dengan ibunya, Narwastu pun kecewa dengan ucapan ayahnya. Sepertinya mulai sekarang ia sama seperti adiknya, membenci ayahnya sendiri.

"Bapak benar-benar keterlaluan! Ibu tidak menyangka Bapak setega itu pada anak sendiri! Perbuatan Bapak pada Lintang sangat melukai hati Ibu! Ibu kecewa sama Bapak!" Teriak Bu Abhinawa. Hatinya benar-benar hancur mendengar ucapan suaminya sendiri.

Juragan Abhinawa tidak mempedulikan anak dan istrinya. Ia memasukkan kunci gudang itu didalam saku celananya, lalu pergi meninggalkan keduanya.

Narwastu memeluk ibunya yang terus-menerus menangis. Menangisi nasib Padma Lintang yang tidak berdaya.
Ia pun sama, hatinya ikut teriris.

"Lintang..... Anak ibu... Ya Allah tolong anakku...."

Bu Abhinawa bersandar pada pintu gudang, tempat dimana anak bungsunya tidak lagi mengeluarkan suara didalam sana. Tangisnya akan membuat siapapun ikut nelangsa.

*******

Di gazebo diatas bukit kecil ditaman rumahnya, Juragan Abhinawa duduk terpekur. Masih terlihat sisa-sisa amarah diwajahnya. Matanya menatap tajam lurus kedepan.
Ia terus mengingat perbuatan yang ia lakukan pada anak bungsunya. Anak yang ia anggap telah mempermalukan keluarga akibat perbuatannya yang menyimpang.

Ia mengangkat tangan nya, menatap telapak tangannya sendiri yang sudah ia gunakan untuk menyakiti anak bungsunya.

'anak yang tidak normal itu pantas menerima hukuman yang setimpal'

Iblis memperdaya melalui telinga kirinya.

*******

Didalam kamarnya, Mahika Maya terduduk di lantai kayu, ia bersandar pada sisi ranjang. Rambutnya berantakan dan nampak kusut karena terus ia jambak sendiri. Ia terus menangis mengingat nasib yang menimpa dirinya dan kekasihnya. Semuanya telah terbongkar. Habislah sudah. Apakah semuanya harus berhenti sampai disini?
Tidak, ia tidak akan sanggup membayangkan harus berpisah dengan Padma Lintang. Ia tidak akan bisa hidup tanpa gadis itu.

Apa yang harus ia lakukan untuk mempertahankan hubungan ini? Ilmu pengasihan itu memang masih utuh pada diri kekasihnya. Tapi keadaan memaksa nya untuk berjarak. Apa yang dilakukan gadis itu saat ini?
Bagaimana kalau ayahnya menyakiti nya?

Ia tidak sanggup mengingat perlakuan kasar Juragan Abhinawa pada kekasihnya. Gadis itu sangat tersiksa. Dia pasti kesakitan.

Ia tidak ikhlas, ia tidak rela, ia tidak terima melihat kekasihnya disakiti, sekalipun itu ayahnya sendiri. Padma Lintang tidak pantas untuk disakiti. Ia sama sekali tidak bersalah.

"Lintang... Kekasihku...." Gumamnya.

Matanya yang terpejam kini tiba-tiba terbuka. Mata yang tadinya sendu kini terlihat menyorot tajam. Mahika Maya mengusap kasar airmata yang mengalir di pipi. Ia meletakkan foto Padma Lintang yang ia dekap keatas meja.
Kemudian berjalan keluar kamar menuju ruangan pribadi nya yang tidak boleh dimasuki oleh siapapun.

Ia menyiapkan keperluan nya, menyalakan api dan membakar kemenyan yang baunya sangat menusuk. Segalanya ia siapkan dengan terampil karena ia memang sudah terbiasa dengan hal-hal seperti itu.

Baru saja ia hendak memantrai sebuah nama, seketika itu juga ia menghentikan nya. Tangannya bergetar dan ia melemparkan sebuah nama yang ia tulis menggunakan tinta pada sebutir telur. Ia melemparkan telur itu hingga pecah menghantam dinding.

"Aaarggghhhh!!!" Ia meluapkan emosinya. Ia tidak tahu harus bagaimana. Jika ia melanjutkan niatnya tersebut, pasti kekasihnya akan kecewa jika mengetahui perbuatannya pada ayahnya.

Hatinya terasa sangat sakit mengingat kekasihnya yang tidak berdaya.

BERSAMBUNG

typo belum di cek🤟

"PELET" Mahika Maya (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang