KEBUN SAYUR SAAT HUJAN

6.3K 493 64
                                    

Narwastu Abhinawa, perempuan berusia 29 tahun, kakak kedua Padma Lintang, ia merupakan seorang dokter. Ia bahkan telah berhasil membangun klinik sendiri di daerah tempat tinggal nya.

Ia sebenarnya juga sudah memiliki bagian nya dalam pertanian dari ayahnya. Tapi ia bukanlah Padma Lintang yang memang berbakat di bidang pertanian.
Bakat dirinya ada di bidang kesehatan. Jadi untuk saat ini ia memang masih belum terlalu fokus ke perkebunan.

Sama halnya seperti kakak laki-lakinya, Ramayana Abhinawa yang bidangnya ada dalam dunia militer. Sama sama mendapatkan bagiannya sendiri tapi masih belum mau mengelola perkebunan.

Saat ini perempuan itu sedang duduk meminum kopi saat Istirahat di ruangannya. Matanya memandang lurus kedepan dengan serius.
Ia masih sering memikirkan kata-kata adiknya.
Hal buruk apa sebenarnya yang dimaksud Padma Lintang? Sampai sampai ia harus mengatakannya pada Eyang Putri yang tinggal di ibukota.

Apakah gadis itu merasakan sesuatu yang tidak beres? Apakah akan terjadi sesuatu hal yang buruk padanya suatu hari nanti?

Ia memang menyadari beberapa hal yang ada pada diri adiknya. Gadis itu menjadi sering diam, sering melamun, tidak seceria biasanya, seringkali tak menyimak keadaan sekitar, kadang terlihat menepuk nepuk kepalanya sendiri. Saat ia menawarkan untuk memeriksa, adiknya itu selalu menolak karena fisik yang dirasa sehat sehat saja.

Beberapa kali ia menemukan adiknya itu tersenyum senyum sendiri, duduk menyendiri, dan selalu bergumam saat melamun, namun masih cukup bisa untuk didengarkan.

Ia selalu mendengar adiknya menggumamkan kata rindu.
Rindu siapa? Andriyo? Tentu saja, memang nya siapa lagi? Pikir Narwastu.
Apakah merindukan Andriyo membuat nya segila ini? Tapi itu baru terjadi beberapa hari ini saja. Sementara ia berhubungan jarak jauh dengan Andriyo sudah cukup lama.

Tapi setiap kali Padma Lintang mengatakan rindu, seketika itu juga sang adik akan memukul kepalanya sendiri seolah tengah menepis sesuatu dari rasa tidak sadar.

Apakah bertemu buto ijo membuat nya jadi gila? Jangan jangan Padma Lintang ketempelan? Ah, mana mungkin?

****

Padma Lintang hendak ke kebun. Seperti biasa jika ada waktu senggang ia akan pergi kesana untuk belajar mengelola. Ia menolak untuk ditemani Anindhita seperti saran ibunya. Ia mengatakan bahwa  di kebun nanti juga pasti akan bertemu para petani, jadi tidak perlu ditemani.

Ia mengambil tudung capil  atau topi berbahan dasar bambu yang di anyam. Tak lupa melengkapi nya dengan sepatu boots. Ya, layaknya orang orang yang hendak ke kebun. Yang membedakan hanyalah pakaian nya yang bersih dan bagus. Tidak seperti petani lain yang lebih memilih menggunakan pakaian seadanya karena man eman.

Kemudian ia berangkat menaiki sepeda jengki  milik ayahnya yang masih terawat dengan baik. Ayahnya tidak mau menjual sepeda kuno itu karena sesekali masih mengendarai nya untuk pergi ke kebun.



Beberapa saat kemudian, ia telah sampai di kebun sayur mayur. Letaknya berada diantara dusun Gantoeng dan dusun Nggayu. Dan mayoritas perkebunan serta sawah sawah disana adalah milik ayahnya. Bukan hanya disana saja, perkebunan dan persawahan milik ayahnya masih ada ditempat lain.
Selain itu keluarganya juga memiliki beberapa toko yang menjual kebutuhan pertanian.
Ayahnya juga membangun pabrik pupuk di daerah situ yang pada akhirnya membantu para warga yang kekurangan lapangan kerja. Mengembangkan kecerdasan untuk keuntungan sendiri dan menyediakan lapangan kerja bagi orang lain bukanlah hal yang buruk.

Setelah memarkirkan sepeda nya dipinggir kebun, ia pun melangkah turun ke kebun yang ditanami kacang panjang. Ia menoleh sejenak pada gunung Sumbing yang amat gagah sedang dikelilingi awan. Cuaca begitu cerah hari ini.

"PELET" Mahika Maya (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang