HIDUP BERCERMIN BANGKAI

3.2K 398 72
                                    

Padma Lintang kembali membenahi hidup nya yang sempat berantakan. Salah satunya dengan kembali kuliah.
Dengan mengendarai motor nya seperti biasa, ia berangkat ke kampus nya pagi ini. Menyusuri jalanan dusun dan menyapa orang yang berpapasan.

Entah mengapa dada nya terasa berdebar saat laju motornya mulai menuruni jalanan diujung dusun Gantoeng. Seolah ada efek slow motion, alam sekitar menjadi hening. Bahkan angin berhembus pun tiada terasa.

Ia menoleh pada rumah yang pernah ia tinggali. Dirumah sederhana itulah ia meninggalkan banyak cerita.
Banyak sekali kisah kisah yang tercipta dibawah atap itu. Dalam suka dan duka ia merajut hidup bersama pemilik nya. Mengisi hari hari mereka dengan tawa dan lara. Saling menguatkan saat diri merasa lelah. Menghadapi cemoohan orang-orang dengan telinga yang sebisa mungkin ditulikan.

Rumah itu kini terasa berbeda. Begitu sunyi dan lengang. Layaknya raga yang tiada bernyawa. Mengikuti alur kehidupan yang senantiasa bergulir bersama waktu waktu yang menua.

Daun daun kering berjatuhan, berserakan memenuhi halaman rumah itu. Bersamaan dengan debu yang menempel dan menebal. Seperti luka yang dirasa kian menganga.

Gadis itu memalingkan wajahnya ke depan. Berlalu pergi dari tempat yang menyisakan duka. Setetes air mata terjatuh di pipinya. Ia mengusapnya dengan kasar.

***

Dunia ini masih berputar. Mahika Maya harus memilih diantara dua pilihan. Yaitu melanjutkan hidup, atau memilih digerogoti luka hingga mati pelan-pelan.

Tapi sepertinya ia memilih opsi pertama. Ia mempunyai tekad untuk memperbaiki hidup nya. Walaupun sebenarnya duka masih saja menyelimuti dirinya setiap hari. Ia sangat menyadari kesalahannya. Bukankah seharusnya sebuah kesalahan harus diperbaiki? Bukannya dihindari. Ia tidak ingin merasa hina ketika suatu hari nanti bertemu kembali dengan Padma Lintang. Ia ingin menjadi orang yang lebih baik. Setidaknya di mata gadis itu.

Ia berjalan kaki menyusuri jalanan ke balai desa. Hari ini ada acara disana yang mengharuskan warganya datang. Ia sengaja datang, mana tahu disana ia dapat melihat mantan kekasih nya.
Ia terus berjalan tanpa lelah. Selendang berwarna cokelat ia gunakan untuk menutupi kepala serta sebagian wajahnya.



Diantara kerumunan orang, Mahika Maya berjalan hati hati. Ia terus menutupi wajahnya agar tidak dikenali orang.
Sebab orang-orang sudah tahu tentang perbuatan nya pada anak bungsu Juragan Abhinawa. Tentang ia yang melakukan pelet. Betapa cemoohan orang semakin menjadi-jadi. Melengkapi kesedihan hati dan betapa miris hidupnya.

Ia berjalan diantara hiruk-pikuk warga untuk mencari tempat duduk. Sesekali ia terhuyung oleh warga yang berduyun duyun. Tak lama kemudian, dari celah para warga, ia melihat ada satu tempat duduk yang masih kosong. Ia pun cepat-cepat berjalan kesana.

Ia yang tadinya berjalan cepat kearah kursi itu, seketika berhenti. Entah mengapa tiba-tiba suasana sekitar seolah berhenti.
Tepat didepannya, disamping kursi kosong itu, seorang gadis yang sangat ia kenali tengah duduk dan berbincang dengan seseorang.

Dadanya berdegup kencang. Setelah beberapa waktu ia tak bertemu, kini ia dapat melihatnya lagi. Rasa rindu itu kembali menyeruak.

Padma Lintang duduk bersama Anindhita diantara kerumunan warga. Mereka sedang berbincang dan sesekali tertawa. Mereka belum menyadari seseorang didepannya.

Dibimbing rasa penasaran, Padma Lintang menoleh pada seseorang yang sedang menatap nya dengan pandangan sendu.
Gadis itu sangat mengenali perempuan yang berdiri diam dihadapannya meskipun sebagian wajahnya terlindungi kain.

Tawa yang tadinya tercipta karena candaan itu akhirnya perlahan memudar manakala matanya beradu tatap dengan Mahika Maya.
Gadis itu membuang pandangannya.

"PELET" Mahika Maya (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang