GELOMBANG ITU, ADAKALA NYA PASANG DAN SURUT

3.1K 367 33
                                    

Setelah beberapa waktu ia menghentikan dan tak pernah lagi melakukan hal yang dulu menjadi kecintaan nya, hari ini ia kembali menggeluti nya. Meski sudah begitu lama, tidak serta merta membuatnya lupa.

Perempuan yang dulunya seorang ledhek, menari didepan banyak orang-orang penting dan lainnya, kini harus menari ditepian jalan yang dilalui oleh berbagai macam kalangan. Bersama tiga orang remaja yang memainkan alat musik tradisional yang mereka buat sendiri ala kadarnya.

Gerak tubuhnya begitu gemulai namun terlihat tegas. Jemari lentiknya seolah membelah hembusan angin. Ia menggoyangkan pundak dan pinggul nya dengan lincah.  Mulut nya terlihat bergerak, rupanya ia sedang menembang Tembang Jawa.

Orang-orang mulai berjubel memadati area tempat mereka melangsungkan pertunjukan kecil kecilan.
Perhatian mereka teralihkan pada pertunjukan jalanan tersebut.
Beberapa dari mereka mengenali tiga remaja itu. Tapi baru kali ini mereka melihat ketiganya membawa seorang ledhek yang tidak bisa dianggap remeh.

Faktanya mereka hanya mengamen. Namun pertunjukan yang mereka tampilkan lebih dari  perkiraan orang-orang tentang pengamen.

Topi terbalik yang diletakkan diatas aspal mulai menerima rupiah rupiah kecil. Tidak apa, nanti pastinya akan terkumpul.
Orang-orang disana mulai memasukkan uang-uang mereka dengan berbagai pecahan, kemudian pergi.
Namun tak sedikit pula yang tetap berada disana untuk menyaksikan pertunjukan itu.

Suara musik bertalu-talu seiring dengan semakin banyaknya orang-orang yang berkerumun. Mereka tidak menyangka bagaimana bisa ada pengamen yang menari se sempurna itu.
Rupiah rupiah dalam topi terbalik itu pun semakin tinggi, membuat tiga remaja laki-laki itu tersenyum semakin lebar.
Berbeda dengan sang ledhek yang tidak mempedulikan apapun. Sebab jika sudah menari, jiwa nya seolah sudah terikat dan menyatu dalam setiap gerak tarian nya.


Dari balik kerumunan itu, seseorang terlihat melongok karena penasaran. Ia mencoba mencari tahu hal apakah yang membuat orang-orang berkerumun disini. Sebab dari jauh ia hanya mendengar suara gamelan saja.

Matanya yang menangkap gerak tubuh sang penari pun akhirnya mengerti.
Ia mengendikkan bahu nya kemudian berlalu pergi.





Seorang laki-laki muda berjalan kearah mobil yang sedang terparkir tak jauh dari kerumunan tadi.  Ia membuka pintu bagian kemudi lalu menyerahkan sesuatu pada seorang perempuan disebelahnya.

"Ada apa disan" tanya perempuan disampingnya.

"Itu? Oh, hanya orang yang sedang mengamen" jawabnya sembari memasang sabuk pengaman.

"Loh, ku kira ada Jathilan (salah satu kesenian Jawa). Hanya orang mengamen tapi bisa seramai itu" ucap si perempuan.

"Bagus kok. Ada penari nya juga. Perempuan itu terlihat mumpuni" Sang laki-laki memberi penjelasan.

"Penari?" Perempuan itu mengulang.

"Ya. Dia sangat pandai makanya bisa ramai penonton." Jawab si laki-laki.

"Ya sudah kita pulang sekarang" si perempuan memberi usul.

Mobil yang mereka tumpangi akhirnya berlalu pergi meninggalkan tempat itu, melewati kerumunan orang yang masih setia pada pertunjukan Tayuban kecil kecilan.

Sang penari yang sejak tadi terfokus pada tariannya, mendadak perhatian nya teralihkan.
Entah mengapa tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang ia sendiri tidak pahami.
Ia menoleh kearah jalanan, namun ia tak melihat apapun yang sesuai oleh keadaan nya saat ini. Yang ia lihat hanya kerumunan orang yang tak ia kenali satu pun.
Entah mengapa tiba-tiba hatinya terasa berdebar debar.













"PELET" Mahika Maya (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang