Narwastu yang sedang membaca majalah di ruang tengah mendadak dikejutkan oleh kedatangan adiknya. Tak lama kemudian suaminya menyusul dibelakang nya dengan wajah masam.
"Loh, kok cepat banget? Kalian jadi ke Sarean atau tidak?" Tanya Narwastu.
Dengan masih kesal, Kuntjoro Bena berjalan kearah istrinya dan duduk di sisinya, sementara Padma Lintang berlalu ke dalam kamarnya.
"Bagaimana mau sampai? Adikmu itu malah berhenti dijalan dan bikin kethoprak (wayang orang/ drama, salah satu kesenian tradisional Jawa)"
"Jadi kalian tidak jadi ziarah? Ibu dan Bapak mana?"
"Ibu dan Bapak sudah sampai. Tapi Lintang malah berhenti di dusun sebelah dan bikin perkara"
Narwastu menautkan alisnya mendengar ucapan kesal dari suaminya. Ia pun tidak mengerti apa maksud ucapan laki-laki itu.
"Aku tidak mengerti Mas"
"Tadi dia bertemu dengan seorang perempuan, dan mereka malah bertengkar, sepertinya. Soalnya, perempuan itu menangis"
Jawaban dari Kuntjoro Bena menggiring sebuah opini dalam pikiran Narwastu. Sepertinya perempuan itu adalah janda ledhek dusun sebelah.
'apakah mereka berdua bertemu?'
******
"Bersabarlah sebentar lagi. Nanti kalau semuanya sudah siap, aku akan membawamu pindah ke rumah baru kita" ucap Andriyo. Ia sedang mencoba menenangkan istrinya lewat sambungan telepon.
Laki-laki muda itu bingung mengapa tiba tiba istrinya meminta nya untuk segera pindah. Awalnya Padma Lintang tidak mau mengaku. Namun suaminya terus menerus mencecarnya dengan banyak pertanyaan saat istrinya itu mulai terisak.
"Aku disini sedang berjuang, bukan hanya untuk tugasku, tapi juga untuk keluarga kecil yang kita bangun. Jadi aku mohon agar bersabar sedikit lagi. Aku sedang mempersiapkan semuanya"
Meski Andriyo tidak dapat melihatnya, Padma Lintang tetap mengangguk. Ia mengusap pipinya yang basah.
Lalu menutup telepon nya setelah berpamitan pada suaminya untuk tidur.Padma Lintang berbaring di ranjangnya, menutupi sebagian tubuhnya dengan selimut. Walau begitu, kantuk belum juga datang.
Di kepalanya masih dipenuhi oleh ingatan tentang ayahnya yang membentaknya habis-habisan karena ia yang tidak jadi berziarah ke Sarean Ramayana.Ia sangat tahu tabiat Juragan Abhinawa. Bagaimana sifatnya sehari-hari. Ia selalu menurut apa kata ayahnya. Ia bukan tipe anak yang suka membangkang orang tua kecuali saat masih dalam pengaruh ilmu pengasihan.
Namun jika mengenai Ramayana, ia tidak bisa lagi untuk berdiam diri.Selama ini ia hanya diam melihat perlakuan kakak sulung nya itu. Tapi hingga hari ini, bahkan ketika Ramayana mungkin sudah menjadi tulang belulang, ayahnya masih saja membela nya.
Ia yang sudah tidak tahan lagi pun akhirnya mengeluarkan segala unek-unek nya yang ia simpan selama bertahun-tahun.Bahkan sang kakak pun terkejut. Ia juga menyimpan sakit hati oleh perlakuan kakaknya, namun rupanya ia tak seberani itu untuk mengatakan nya
Bukan hanya Narwastu yang terkejut mendengar pengakuan Padma Lintang, kedua orang tua nya pun jauh lebih terkejut mengetahui fakta yang baru terkuak setelah bertahun-tahun.
Itulah mengapa Padma Lintang ingin segera pindah dari rumah itu.
Ia mengira ayahnya sudah berubah. Ternyata sama saja.Ia memejamkan matanya, mencoba untuk mencari kantuk. Namun ingatan mengenai perbuatan Ramayana kembali berkelebat.
FLASHBACK:
Beberapa helai pakaian nampak berserakan di lantai kayu. Bahkan dua pasang pakaian dalam pun turut serta. Selimut berwarna abu-abu dengan motif kotak-kotak begitu berantakan tak beraturan. Menampilkan punggung polos seorang perempuan yang tertidur pulas.
KAMU SEDANG MEMBACA
"PELET" Mahika Maya (GxG)
FantasyKetika seorang gadis muda hampir gila karena guna guna sebuah ilmu pelet seorang penari