ADA ANGIN, ADA POHONNYA

3.3K 268 39
                                    

"sayang, kenapa kamu sudah bangun?"

Padma Lintang berjalan mendekati anak nya yang masih berhadapan dengan Mahika Maya.
Ia melirik sekilas pada wanita itu, namun sesegera mungkin ia memalingkan pandangannya manakala tatapan mereka saling bertemu.

"Aku mau ke kamar mama" balita berusia 4 tahun itu menjawab.

Mahika Maya kembali berdiri saat Padma Lintang sudah berada di sisi nya.
Ia memandang keduanya dengan sorot mata yang sendu.
Tepat dihadapannya, Padma Lintang mencium kedua pipi anaknya dengan penuh sayang. Pemandangan yang membuat hatinya mencelos.
Gadis muda yang mencuri hatinya kini telah menjadi seorang Ibu yang mewariskan kecantikan nya pada sang anak.

Ia tidak mampu berkata-kata. Ia hanya bisa diam memandang keduanya. Jujur saja, ia merasa iri. Andai saja dirinya lah yang berada dalam keluarga kecil itu. Ia akan menjadi orang paling beruntung di dunia.
Tapi sekali lagi, ia bukanlah benang sari. Ia hanyalah putik yang tidak boleh memiliki harapan berlebih pada putik lainnya.
Meskipun putik dengan putik dapat berdampingan, tapi mereka tidak akan bisa menciptakan bunga baru.
Sadarlah Mahika Maya.

"Pergilah ke kamar, Papa masih tidur disana" Padma Lintang menyuruh anaknya untuk segera pergi ke kamar. Gadis kecil itu kemudian berlari dengan riang menuju kamar orangtuanya. Meninggalkan sang Ibu bersama seseorang yang dulu pernah memiliki hubungan dengan nya.

Suasana menjadi canggung seketika. Bahkan Padma Lintang sampai lupa niatnya ke dapur untuk mengambil minum. Ia hanya berdiri dengan perasaan kikuk. Sama hal nya dengan Mahika Maya yang juga lupa dengan tugasnya yang belum selesai.

Dua perempuan itu sama-sama tersadar. Mahika Maya kembali ke wastafel, Padma Lintang mengambil gelas.
Mahika Maya melirik pada Padma Lintang dibelakangnya. Ia mengerutkan keningnya menyadari ada sesuatu yang terjadi pada perempuan itu. Tangannya yang memegang gelas itu terlihat bergetar. Hingga air minum yang belum sempat diteguknya lepas dari genggaman.

Prangggg!!!!

Suara pecahan gelas itu membuat Padma Lintang terlonjak. Kemudian ia mulai memunguti kepingan-kepingan itu.

Mahika Maya dengan panik langsung menghampiri. "Jangan, biar saya saja! Nanti tangan anda terluka.. Nyonya"

Refleks Padma Lintang menoleh padanya. Wanita didepannya sibuk membersihkan pecahan gelas di lantai.
Namun yang mencuri perhatian nya adalah kata NYONYA. Ada setitik rasa nyeri saat ia harus mendengar seseorang yang dulu selalu memanggilnya dengan sebutan sayang, kini harus menggantinya dengan sebutan Nyonya.

"Sebaiknya Nyonya duduk saja, biar saya yang ambilkan minum untuk anda"

Ada getaran kecil yang dapat Padma Lintang tangkap dalam suara itu. Wanita didepannya itu pun berbicara tanpa menatap nya. Sama hal nya dengan dirinya, yang tidak berani menatap matanya. Karena itu akan membuat nya lemah.
Apakah Mahika Maya merasakan hal yang sama?

Perempuan berusia 28 tahun itu duduk di kursi. Memandang punggung Mahika Maya yang sedang membelakangi nya karena sedang menuang air putih dari dalam lemari es.
Ketika wanita itu berbalik badan, ia segera membuang pandangannya. Namun Mahika Maya masih sempat melihatnya.

"Terimakasih anda sudah menolong saya waktu itu"

Ucapan Mahika Maya menghentikan langkah kaki Padma Lintang yang hendak berjalan pergi. Lalu hanya berdiri tanpa menoleh.

"5 tahun yang lalu anda pernah menolong saya. Sehingga saya bisa melanjutkan hidup saya dengan lebih baik.
Dan saya tidak ada maksud apa-apa. Murni karena saya ingin berterimakasih. Sekarang saya lega karena dapat menyampaikan terimakasih saya" ucap Mahika Maya.

"PELET" Mahika Maya (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang