(18+)
Aku meraih tangannya dan menggenggamnya erat saat angin terasa semilir. Kami berjalan bergandeng tangan di pesisir pantai senja ini. Ia mengajakku berkencan di waktu akhir pekan. Aku menyanggupi nya karena aku akan ikut kemanapun ia membawaku pergi.
Gadis muda yang wajahnya kini berkilau karena terpaan lembayung, berjalan disisiku dengan bibir yang berceloteh riang. Ia terus membicarakan banyak hal. Aku pun tersenyum lembut menatap wajah samping nya yang indah. Sampai sampai aku tidak menyimak apa yang ia katakan. Aku justru lebih tertarik untuk terus menatap wajahnya yang menawan. Seindah pancaran senja di ufuk barat yang menyirami langkah kami berdua di pesisir lautan.
Gadis cantik di pinggiran pantai,
Cinta pertama ku.Kain pantai yang aku kenakan kini basah karena deburan ombak. Ia sengaja membelikan nya untukku sebelum pergi kemari. Rupanya ia sudah merencanakan kencan ini dari jauh-jauh hari.
Melihat pakaian ku yang basah sebagian, ia meledekku dengan juluran lidah. Lidah yang pernah menari-nari di sekujur kulitku dengan lembut penuh perasaan. Mengingat nya membuat aku merinding dan berdebar.
Ia terus tertawa melihatku yang merasa sebal. Ia merasa menang karena pakaian nya tidak basah sama sekali. Ia mengenakan celana pendek diatas lutut, serta atasan crop yang membuat sebagian perutnya terekspos. Aku mencubit nya gemas. Ia justru semakin tertawa riang.
"Rasanya aku ingin sekali mempunyai anak dengan kakak"
Aku yang duduk disampingnya seketika menoleh cepat. Ucapan nya membuat ku berdebar. Namun kini yang kulihat hanyalah wajah samping nya. Matanya menatap jauh kepada langit yang memerah. Menatap tanpa berkedip dan terlihat mendalam.
"Apa yang kamu katakan?" Bukan aku tidak mendengar nya, aku hanya tidak mengerti arah ucapannya.
"Aku ingin membangun keluarga kecil bersama kakak, mempunyai anak lalu kita akan merawatnya bersama-sama. Mari kita menikah setelah aku wisuda"
"Lintang!" Aku berteriak nyaring. Membuat gadis itu terkejut melihat ku yang seolah menolaknya. Ia menatap ku dalam dalam meminta penjelasan.
"Menikah tidak semudah itu Lintang! Banyak hal yang harus dipikirkan. Apalagi kita hanyalah...." Belum sempat aku merampungkan kalimat ku, ia sudah menyela.
"Dua orang yang terlarang?" Kalimat paling tepat untuk menggambarkan kami berdua. Ia berseru dengan bibir yang bergetar.
Kami hanyalah dua orang yang terlarang.
Bagai putik dengan putik, yang tidak akan bisa menciptakan bunga baru. Jika diibaratkan bunga, ia adalah teratai cantik di kolam yang jernih. Sementara diriku hanyalah bunga bangkai yang suram.Meskipun menikah dengan Padma Lintang dan hidup bersamanya adalah impian ku, tapi aku sadar diri.
Ia seperti ini karena kendaliku. Ia mengucapkan semua itu dibalik guna-guna yang aku tanamkan.
Bagaimana kalau ia pergi meninggalkan ku saat ia sadar?Aku mencintaimu sayang, tapi aku tidak pantas untukmu. Kamu terlalu baik untuk aku yang penuh kehinaan.
Kita hanyalah dua orang yang terlarang, dunia pasti akan menentang."Kakak tidak mau menikah dengan ku? Padahal aku sudah mulai menyiapkan semuanya. Kita bisa menikah diluar negeri dan hidup disana" ucapnya menggebu-gebu.
"Bukan seperti itu maksud ku. Tapi kamu punya keluarga yang harus kamu pikirkan. Mereka pasti akan kecewa" aku mencoba berbagi realita.
"Aku bahkan tidak mempedulikan mereka. Untuk apa kakak peduli?"
Ia membuang pandangannya ke depan. Ia duduk menekuk lutut di pasir pantai. Matanya menatap tajam ke laut lepas yang memantulkan sinar matahari. Sesekali ombak berdebur dan membasahi kami. Dadanya terlihat naik turun. Ku rasa ia marah karena ucapanku.
![](https://img.wattpad.com/cover/292269156-288-k837883.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
"PELET" Mahika Maya (GxG)
FantasíaKetika seorang gadis muda hampir gila karena guna guna sebuah ilmu pelet seorang penari