PADMA LINTANG ABHINAWA

5.5K 554 68
                                    


(Masih di pagelaran Tayuban)

Bukan hanya Juragan Abhinawa saja yang tidak habis pikir dengan kelakuan sang ledhek (penari).
Banyak juga orang orang disana yang memperhatikan adegan itu. Mereka juga tidak habis pikir. Baru kali ini melihat seorang penari perempuan menggoda sesamanya. Biasanya mereka akan menggoda para laki-laki.
Tidak perlu kata kata, bahkan bahasa tubuh Mahika Maya sudah mengartikan semuanya.

Lintang masih diam mematung. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan ditengah keramaian dan alunan Gendhing (lagu)  yang masih membahana. Sampur (selendang) merah masih bertengger dilehernya. Mahika Maya masih menggoda nya melalui tarian.
Jika ia adalah seorang laki-laki, sudah pasti hasrat mesumnya akan bergejolak kalau disajikan goyangan pinggul dan bahu telanjang seperti itu. Belahan dada yang tercetak jelas karena minimnya kemben yang dipakai pun tersaji didepan matanya.
Tapi ia adalah seorang perempuan, mana mungkin ia tergoda dengan hal hal erotis seperti itu? Ia justru bingung mengapa bisa berada dalam situasi seperti ini.

"Lintang!!!!!"

Untung nya dalam keramaian itu Lintang masih bisa mendengar suara teriakan ayahnya. Ia menoleh dan menemukan fakta bahwa ayahnya sudah menatap kearahnya dengan tajam. Apakah ayahnya marah?

"bali!!!"  (Pulang) Juragan Abhinawa kembali berteriak. Istri dan anak keduanya juga ikut berdiri. Ketiganya berjalan keluar barisan kursi, menghampiri Lintang yang terdiam, bahkan Mahika Maya juga menghentikan tariannya.

Sang ledhek  kini bersitatap dengan juragan Abhinawa saat laki laki itu berjalan kearahnya. Ia sudah menduga kalau orang paling kaya ini marah besar. Bahkan suara gamelan terasa seperti lenyap begitu saja.

"bali saiki!" (Pulang sekarang) teriak Juragan Abhinawa pada Lintang, membuat gadis itu menunduk takut.

Narwastu dan ibunya membawa Lintang pergi dari tempat itu. Lagipula mereka juga tidak mengerti mengapa Lintang harus berhadapan dengan penari yang sering di cap penggoda.

"Dan kamu! Kamu tidak kapok menggoda anak saya?? Dulu Ramayana kamu goda, dan sekarang anak bungsu saya juga kamu goda! Padma Lintang itu gadis muda yang masih mengenyam pendidikan! Jangan kamu samakan dia dengan mangsa mangsa mu! Berani beraninya kamu menggoda anak anak saya perempuan jalang!" Kemarahan Juragan Abhinawa membuat pagelaran itu carut marut. Bahkan tabuhan gamelan pun terhenti. Orang orang malah menyaksikan drama itu.

Mahika Maya yang menjadi sasaran kemarahan Juragan Abhinawa hanya bisa diam. Namun dari sorot matanya terlihat jelas jika ia juga menyimpan amarah. Matanya menatap tajam pada punggung Juragan Abhinawa yang kian menjauh. Kedua telapak tangannya mengepal erat. Ia tidak terima dengan bentakan caci maki itu.

Lagi lagi ia ingat dengan kejadian tempo dulu. Juragan Abhinawa juga pernah mencaci maki dirinya lantaran dinilai menggoda Ramayana. Padahal ia tak pernah menggoda nya sama sekali. Ramayana lah yang terus menerus mencoba mendekati nya. Namun ia sadar, ia hanyalah seorang penari, seorang janda yang tidak punya apa-apa. Semua kesalahan dilimpahkan padanya tanpa bisa membela diri.

Perlu diketahui, Ramayana adalah putra sulung Juragan Abhinawa. Namanya Ramayana Abhinawa, berusia 35 tahun. Biasanya Lintang memanggilnya dengan sebutan Mas Rama. Namun ia jarang kerumah, karena saat ini ia menjadi Perwira TNI AD

******

Narwastu yang mengemudikan motor sesekali menengok adiknya melalui kaca spion. Namun rupanya adiknya itu hanya diam. Sejak pulang dari rumah Pak Lurah Sakan, Lintang tidak bicara sama sekali.

Narwastu menghentikan motornya saat melihat motor yang dikendarai ayah ibunya sudah cukup jauh. Ia menepuk kaki Lintang agar turun.

"Nopo mandheg mbak?" (Kenapa berhenti mbak) Lintang protes.

"Kamu tidak sadar kalau selendang Mahika Maya masih ada di kamu?" Tanya Narwastu sinis.

Lintang terkejut, ia baru sadar jika selendang merah itu masih dilehernya. Tadi mereka memang pergi dari rumah Pak Lurah Sakan dengan tergesa-gesa. Sehingga sama sama tidak sadar jika Lintang masih memakai selendang itu.

"Aku juga baru sadar" jawab Lintang.

"Buang saja selendang itu. Kalau Bapak tahu nanti kamu bisa kena marah" Narwastu mengusulkan.

"Tidak baik membuang barang milik orang lain. Apalagi dia seorang penari, selendang sangat penting untuk keperluan nya" ucap Lintang sembari melipat selendang itu dan menyimpan nya di bagasi motor.

"Terus mau kamu apakan? Kalau kamu ketahuan bertemu lagi dengan dia nanti Bapak bisa marah-marah. Atau begini saja, kamu titipkan saja pada Anindhita, biar dia yang menyerahkan nya pada Mahika Maya" usul Narwastu.

"Yoh (ya), nanti biar aku bilang ke Anindhita" ucap Lintang.

Kedua kakak beradik itu kembali menaiki motornya dan pergi menjauh meninggalkan area persawahan tempat mereka berhenti tadi.

*****

Pagelaran Tayuban di dusun Gantoeng telah usai saat hari memasuki waktu senja. Semua orang kembali kerumah masing-masing, termasuk Mahika Maya. Ia berjalan ditengah gelapnya Maghrib menuju rumahnya yang sedikit jauh dari rumah rumah yang lain.

Saat sampai di halaman rumahnya, ia sedikit kaget saat melihat suatu sosok tinggi besar berdiri dibelakang rumahnya. Matanya merah menyala seperti api. Menatap tajam pada perempuan itu. Namun Mahika Maya tidak merasa takut, ia sudah terbiasa melihat sosoknya. Ia paham betul apa maksud dari sosok itu. Karena sosok itu akan muncul diwaktu waktu tertentu. Ia pun membuka pintu dan masuk kerumahnya. Kembali mengunci nya dari dalam.

Mahika Maya, ia melepas suweng dari telinganya, melepas konde nya, dan perhiasan lainnya. Ia akan segera membersihkan diri dan beristirahat. Ia merasa lelah karena pagelaran tadi.

Beberapa saat ia baru menyadari jika ada sesuatu yang kurang, ternyata selendang merahnya tidak ada. Ia mengingat ingat dimana ia meletakkan nya. Tidak mungkin ia salah tempat.

Ia tersenyum kecil menyadari jika selendang merahnya ternyata masih ada pada Padma Lintang. Ya, gadis itu tidak sempat mengembalikannya karena pergi dengan tergesa. Tapi tak apa, bukankah itu tanda nya ia memiliki kesempatan untuk bisa bertemu lagi dengan gadis itu?
Semoga gadis itu tidak membuangnya. Tapi ia yakin jika gadis itu adalah orang yang baik. Apa mungkin tega membuang barang yang bukan miliknya?

Ia teringat akan pagelaran tadi siang. Disitulah ia bisa bertemu kembali dengan Padma Lintang. Gadis yang ada didalam mobil yang juga merupakan gadis yang pernah menolongnya.

'cantik sekali'

Ia terkekeh geli kalau ingat ekspresi wajah Lintang saat ia goda. Begitu polos dan kebingungan. Mungkin ia tidak pernah datang ke acara acara kesenian seperti ini. Gadis itu bahkan tidak menari sama sekali. Padahal jelas jelas ia sedang memancingnya.

"Gadis itu membuat jantung ku berdebar debar" ucapnya lirih.
Rasanya ia tidak akan bisa tidur malam ini, kepalanya dipenuhi oleh gadis itu.

******

Didalam kamarnya, Lintang masih terjaga. Ia meraih selendang merah itu dan memandangi nya. Ia jadi bingung harus bagaimana. Anindhita menolak permintaan nya untuk mengembalikan selendang itu pada pemiliknya. Anindhita bahkan bilang kalau ia tidak mau menginjakkan kaki dirumah itu.
Tapi kalau ia mengembalikannya sendiri, bagiamana kalau ayahnya tahu? Apa ia harus mengembalikannya secara diam-diam?

Gadis itu bernama Padma Lintang Abhinawa, atau lebih dikenal dengan nama Padma Lintang. Anak bungsu Juragan Abhinawa yang baru berusia 21 tahun.
Sejak kecil ia dibawa neneknya tinggal di ibukota karena alasan tertentu. Namun sekarang ia kembali ke kampung halaman nya.
Kuliah nya pun harus pindah. Disini ia akan mengenyam pendidikan di satu satunya sekolah kedinasan di kabupaten tersebut. Sejak kecil ia memang sangat menyukai yang namanya bertanam. Maka jangan heran kalau ia masuk ke Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian.

Ia pulang kemari juga atas permintaan ayahnya. Ia akan mulai diajari bagaimana mengelola perkebunan milik ayahnya yang ada dimana mana. Ramayana dan Narwastu masih malas dengan yang namanya pertanian. Makanya Padma Lintang lah yang akhirnya memenuhi permintaan ayahnya.
Bukankah itu akan jadi masadepan? Memiliki usaha sendiri yang sudah jelas. Tapi kedua kakaknya malah membuang kesempatan.

BERSAMBUNG

sorry klo typo, belum di cek

"PELET" Mahika Maya (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang