MATI DENGAN LUKA

1.3K 186 6
                                    

Suara sirine ambulans berbunyi begitu riuh meninggalkan kerumunan orang dijalanan. Mereka masih mengerumuni sebuah mobil pribadi dan sebuah truk yang sama-sama hancur tak berbentuk. Sebuah mobil pemadam kebakaran berusaha memadamkan api sebelum kian membesar. Sementara para polisi melakukan penyidikan.

Ambulans itu membelah jalanan dengan sirine nya yang memekakkan telinga. Siapapun yang mengetahui kejadian mengerikan barusan, akan merasa terenyuh.









Seorang perempuan terduduk dilantai dalam pelukan perempuan yang lain. Keduanya berada didepan ruang gawat darurat di sebuah rumah sakit kota.
Perempuan yang lebih dewasa itu ikut menangis melihat perempuan yang dipeluknya begitu terluka.

Ini bukan waktunya untuk cemburu. Lagipula dia sudah tidak memiliki hak untuk merasakan cemburu. Ini adalah waktu yang sangat genting. Perempuan dalam pelukannya saat ini sangat rapuh.

"Aku takut kak... Aku sangat takut..." Padma Lintang berucap lirih ditengah isakannya. Ia menenggelamkan wajahnya di dada Mahika Maya.

"Dia akan baik-baik saja. Dia akan kembali padamu" Mahika Maya menenangkan.

Mahika Maya, perempuan dewasa itu ikut terluka melihat Padma Lintang menangis.
Perempuan 28 tahun itu sangat ketakutan, bahkan ia terus menyalahkan dirinya sendiri.
Mahika Maya tidak terima saat mendengar orang yang ia cintai terus melimpahkan kesalahan kepada dirinya sendiri.
Karena disini, ia lah yang merasa bahwa dirinya lah yang paling bersalah.

"Ini semua karena aku ... Ini semua salahku... Dia tidak akan seperti ini jika aku tidak menyakitinya..." Suara nya terdengar pilu. Tangisannya begitu menyesakkan.

"Lintang, ini bukan salahmu. Berhenti menyalahkan dirimu sendiri" ucap Mahika Maya.

"Jika kami tidak bertengkar karena kesalahanku, dia tidak akan seperti ini kak... Jika semua orang tahu aku mencelakai suamiku sendiri, tidak akan ada yang sudi melihat ku. Bukankah aku sangat jahat? Semua orang akan pergi meninggalkan ku... Aku sangat kejam..." Wajahnya merah dan berantakan. Airmata nya berurai tanpa henti.

Mahika Maya menangkup kedua pipi Padma Lintang agar menatapnya. Ia tatap dalam-dalam sepasang mata itu. Mata paling indah yang ia kenal. Namun saat ini mata itu hanya memancarkan luka yang teramat.

"Lihat mataku Lintang. Dengarkan aku baik-baik" ucap Mahika Maya. Perempuan yang lebih muda itu pun menatapnya masih dengan isakan.

"Kamu tidak pernah mencelakai siapa pun. Apa yang terjadi sudah digariskan oleh Tuhan tanpa keliru. Mungkin sebagian takdir memang menyakitkan. Kita hanya dituntut untuk menerima dengan ikhlas.
Dan jika orang-orang meninggalkan mu, maka aku akan menjadi satu-satunya orang yang bertahan di sisimu. Aku tidak memiliki alasan untuk pergi meninggalkan mu. Jika bukan kamu sendiri yang memintaku untuk menjauh" ucap Mahika Maya dengan lembut.

"Tapi... Bagaimana kalau... Kalau Andriyo tidak selamat?" Padma Lintang merasa ketakutan.

"Suamimu tidak akan kemana-mana, dia akan kembali padamu. Dia akan baik-baik saja. Percayalah. Yang perlu kamu lakukan adalah berdoa. Mintalah pada Tuhan untuk kesembuhan suamimu" Mahika Maya dengan lembut membelai wajah Padma Lintang yang basah karena tangisan. Mengusap rambutnya dengan penuh kasih sayang. Lalu memberikan kecupan di kening Padma Lintang. Perempuan yang lebih muda itu memejamkan matanya meresapi hangatnya kecupan itu. Tidak ada yang berubah. Rasanya masih sama. Mendebarkan.

"Apakah kakak terluka?" Tanya Padma Lintang. Ia menatap mantan kekasihnya itu dalam-dalam.

'tidak ada yang tidak terluka jika melihat orang yang dicintai bersama orang lain. Menangisi orang lain. Namun jika menanamkan keegoisan, itu hanya akan menyakiti diri sendiri. Aku memang terluka, Lintang. Tapi aku bisa apa? Aku tidak berdaya. Kamu adalah segalanya bagiku. Aku hanya ingin kamu bahagia tanpa bayangan rasa bersalah'

"PELET" Mahika Maya (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang