Sarean atau makam yang dimiliki dusun Nggayu berada agak jauh. Karena letaknya masih dalam satu kawasan dengan Sarean Sarean milik dusun dusun sebelah. Dan Sarean itu berada di sebelah barat dusun Gantoeng. Dimana jika kesana, tentunya akan melewati dusun tersebut lebih dulu.
Sore ini akan memasuki malam Jumat, dimana biasanya para warga akan berziarah ke Sarean untuk mengirimkan doa untuk keluarganya yang telah tiada.
Keluarga Abhinawa pun turut pergi berziarah ke Sarean nya Ramayana. Juragan Abhinawa dan istrinya saling berboncengan motor. Kuntjoro Bena dan Padma Lintang memilih untuk mengendarai motor masing-masing.
Seperti biasanya, saat perjalanan mulai mendekati rumah Mahika Maya, dada Padma Lintang selalu berdebar debar tak karuan.
Ia pun tak mengerti mengapa ia sering merasakan nya. Rumah itu memiliki kenangan yang mampu mengingatkan akan rasa sakit yang ia alami. Saat melewati rumah itu, segala ingatan yang ada di kepalanya selalu muncul dengan seenaknya.Gadis itu mengendarai motor paling belakang. Didepannya ada iparnya. Dari kejauhan ia melihat seseorang yang ia kenali berjalan ditepi jalan.
Perempuan yang ia lihat itu belum menyadari keberadaan nya. Perempuan itu berjalan sembari memegangi kepalanya.
Posisi kedua nya kini semakin dekat.
Padma Lintang yang mengendarai motor dari arah Timur, dan perempuan itu berjalan dari arah Barat. Dapat dipastikan bahwa mereka akan berpapasan.Saat jarak mereka hanya tinggal beberapa meter, mata Padma Lintang melebar manakala melihat perempuan itu hampir limbung, tangannya masih memegang kepalanya dengan wajah pucat.
"Lintang???" Kuntjoro Bena menghentikan laju motornya saat mengetahui bahwa adik iparnya itu turun dari motor dengan tergesa dan berlari menghampiri perempuan di seberang jalan.
Laki-laki itu menoleh pada kedua mertua nya yang sudah menjauh. Ia memutuskan untuk menunggu Padma Lintang.
Padma Lintang dengan sigap merengkuh tubuh mantan kekasih nya yang nyaris limbung. Membuat perempuan itu seketika mendongakkan kepalanya. Mencari tahu siapakah seseorang yang kini melindungi nya.
Kedua pasang mata itu saling menatap selama sepersekian detik.
Mahika Maya menatap gadis didepannya dengan sayu. Sorot mata penuh kerinduan juga sakit itu tampak begitu jelas. Hati nya masih merasakan hal yang sama. Jantung nya masih berdebar debar selayaknya biasa saat bersama gadis itu.
Hanya saja Padma Lintang menatapnya dengan wajah datar. Mahika Maya benci tatapan dingin itu."Kalau memang sedang sakit itu tinggalah dirumah! Tidak usah sok sok an mau keluar. Kalau pingsan dijalan bagaimana? Iya, kalau ada yang lihat. Kalau tidak?"
Suara Padma Lintang cukup keras dan masih bisa didengar Kuntjoro Bena meski tidak begitu jelas.
Meski penuh penekanan, ucapan menggebu-gebu dari gadis itu justru membuat bibir pucat Mahika Maya mengulas senyum tipis.Padma Lintang yang ditatap seperti itu menjadi canggung. Ia berdehem untuk menetralisir keadaan. Ia membuang pandangannya kearah lain lalu memapah Mahika Maya kembali kerumah.
"Jangan berpikir berlebihan. Saya hanya melakukan apa yang harus dilakukan manusia yang berakal.
Kalau sampai pingsan dijalan, nanti kakak akan merepotkan orang"Mahika Maya yang kini sudah duduk di bangku teras rumah nya, sama sekali tak menggubris ucapan itu. Ia terlalu terbuai dalam pandangan nya pada Padma Lintang. Sekali lagi, wajah gadis itu adalah tujuan utama pandangan matanya.
Padma Lintang memalingkan wajahnya saat menyadari mantan kekasih nya itu mulai menangis. Ia menguatkan dirinya sendiri bahwa ia bukan orang yang lemah.
Merasa tak memiliki alasan untuk lebih lama berada disana, Padma Lintang pun bergegas pergi. Namun belum sempat kakinya melangkah, ia kembali terhenti.
Mahika Maya menarik tangan nya, menggenggam erat telapak tangannya."Aku rindu berbincang dengan mu, aku rindu bercengkrama bersama mu.
Aku rindu segalanya, tentang kamu, tentang kita.
Jangan perlakukan aku seperti ini Lintang, aku tidak sanggup"Perempuan janda ledhek itu berkata lirih, namun masih terdengar bagai petir di indera pendengaran Padma Lintang.
Ia sama sekali tak menatap kearahnya. Ia membiarkan mantan kekasih nya itu terisak dibalik punggung nya."Aku benar-benar minta maaf... Tolong maafkan aku.
Aku tahu, sudah selayaknya karma ini aku tanggung.
Diriku yang sengsara ini semakin merana, menerima kenyataan bahwa orang yang aku cintai benar-benar lepas dari jangkauan ku.
Dan sekarang rasanya aku sudah tidak punya harapan lagi.
Hati ku sakit membayangkan kamu hidup bersama orang lain. Aku sakit dan tidak pernah rela membayangkan orang lain menyentuhmu. Setiap saat aku memikirkan nya Lintang. Aku benci perpisahan ini..."Tangan perempuan itu masih menggenggam erat telapak tangan Padma Lintang, tak peduli meski gadis itu tak lagi membalasnya.
Ia hanya ingin membayarkan rasa rindu yang selama ini tertahan, walau hanya lewat genggaman.Padma Lintang masih saja diam tanpa merespon. Walau sebenarnya, di dalam dadanya ada rasa sesak yang membuncah.
"Aku mengerti, aku tidak pantas mengharapkan mu kembali. Kamu sudah menjadi milik orang lain, bukan milikku lagi.
Tapi tolong, jangan lagi memperlakukan ku seperti orang asing. Aku sudah sangat sengsara Lintang.."Isakan itu terdengar semakin memilukan. Gadis itu akhirnya menoleh. Menatap Mahika Maya yang sangat menderita.
"Jangan lagi menggali abu, tidak ada arang yang tersisa. Jangan lagi mencoba untuk menyalakan api nya. Arang itu sudah sepenuhnya menjadi abu dan tak akan pernah bisa dibakar lagi"
Ucapan itu terdengar begitu lantang di telinga Mahika Maya. Perumpamaan yang digunakan Padma Lintang dalam menggambarkan keadaan yang terjadi saat ini, ia sangat mengerti.
Arang itu sudah menjadi abu, sama seperti perasaan Padma Lintang yang dulu pernah ia dapatkan, kini semua nya telah sirna.
Dan abu itu tidak bisa lagi dibakar, sama seperti perasaan Padma Lintang yang tidak akan bisa ia dapatkan lagi.Maka jangan pernah lagi mengungkit masa lalu, itu sama saja dengan menggali abu.
Sia sia.Padma Lintang menghempaskan genggaman tangan itu dengan kencang.
Saat itu juga, rasa rindu yang sempat teroboti dalam hitungan menit, telah menjelma kembali menjadi trauma yang pahit.Gadis cantik yang Mahika Maya cintai telah menjauh dari halaman rumah nya. Pergi meninggalkan nya lagi tanpa belas kasih.
Semuanya telah menjadi abu, tidak ada arang yang tersisa.
Api itu tak akan lagi menyala.BERSAMBUNG
tamat?
Belum, masih lama.Btw gw liat2, dari 1000 orang lebih yg membaca, hanya ada 300 an vote.
Se tega itukah kelen membiarkan begadang malamku selalu sia-sia?

KAMU SEDANG MEMBACA
"PELET" Mahika Maya (GxG)
FantasyKetika seorang gadis muda hampir gila karena guna guna sebuah ilmu pelet seorang penari