6. Awal baru

857 61 110
                                    

Malam hari yang sangat sepi Shena duduk di kursi putih halaman rumah nya. Shena memegang pipi kiri nya yang masih berdenyut, tamparan Kaisar cukup keras hingga Shena begitu ngilu membayangkan nya. Namun, Shena masih ingat. Kaisar juga terluka akibat ulah nya.

"Shen, Lo gak papa kan?" Silvia datang memastikan sahabat nya itu, Silvia memang sengaja menginap malam ini di rumah Shena, karena ayah Shena yang pergi lagi ke luar negeri karena ada urusan.

"Gue gak papa kok."

"Terus Kaisar gimana? Lo juga kelewatan sih."

Shena menoleh ke arah Silvia. "Yang sahabat Lo, gue atau Kaisar sih?"

Silvia memutar bola matanya. "Shen, gue ngerti Lo emosi. Tapi, Lo terlalu sensian. Lagian siapa sih yang nggak sakit hati di hina murahan dan gak tau diri, apalagi Lo udah buat dia berdarah-darah lagi."

"Sil..."

"Shen!" Sangkal Silvia lagi. "Nggak ada salahnya Lo minta maaf duluan, lagian bokap kalian bersahabat, apa kalian nggak bisa bersahabat juga."

"Minta maaf ke orang kayak dia, sama aja menunjukkan sisi lemah gue."

Silvia memilih untuk diam dan tidak melanjutkan lagi.

"Menurut Lo, apa kehadiran Kaisar bakal mengulang kejadian 2 tahun yang lalu?" tanya Shena.

Silvia mengangguk ragu. "Mereka ber tujuh udah kumpul di kantin tadi, bahkan Kaisar melarang ada orang masuk ke dalam kantin, apa Lo yakin mereka tidak membicarakan hal yang rahasia sampai melarang orang-orang datang ke kantin? Dan enam di antara mereka adalah dalang dari kejadian dua tahun yang lalu. Gue yakin mereka udah merencanakan sesuatu."

"Dan siswi yang kemarin meninggal bunuh diri adalah pacar Andra, dia pasti sengaja mengompori Kaisar untuk balas dendam ke SMA Airlangga," balas Shena.

"Lo tahu dari mana cewek itu pacar nya Andra?"

"Gue ketua OSIS, Sil. Gue pasti memperhatikan semua yang terjadi di Visiona, gue gak mau membiarkan bokap gue kerja sendiri."

Silvia mengangguk. "Jadi sekarang gue benar-benar udah yakin. Kalau mereka pasti buat rencana baru lagi, Shen."

"Gue gak akan pernah biarkan hal itu terjadi."

Silvia memegang bahu Shena. "Gue gak mau SMA Visiona di blacklist lagi, Shen. Kasihan adik kelas kita yang udah mempersiapkan banyak hal, bahkan mereka udah menunggu dari lama. Jangan hanya karena tingkah bodoh mereka, SMA Visiona di hukum lagi."

"Gue takut, kehadiran Kaisar merusak semua impian yang udah papa gue bangun, Sil."

Obrolan Silvia dan Shena berhenti ketika melihat seorang gadis berdiri di luar gerbang.

"Vidia, mau apa dia?" tanya Silvia pada Shena yang hanya menggeleng.

Vidia memencet bel rumah Shena, Silvia segera berdiri dan mempersilahkan Vidia untuk masuk.

"Gue cuma mau tanya soal Kaisar," kata Vidia yang membuat kening Shena mengernyit.

Sejak kapan bendahara OSIS itu, tampak peduli pada anak-anak baru terutama Kaisar. Yang baru sehari masuk di SMA Visiona.

"Soal?"

Vidia memperlihatkan handphone nya kepada Shena, disana terlihat Kaisar dan teman-teman nya sedang berkumpul di sebuah rumah.

"Apa mereka bakal bentuk komunitas baru di Visiona?" tanya Vidia.

Shena dengan cepat menggeleng. "Nggak akan ada komunitas apapun di Visiona!"

"Gue khawatir, Shen. Karena gue, Joel sama Putra udah merencanakan sesuatu."

"Rencana apa?"

"Kami bakal masuk tim paskibraka."

Shena sontak tertawa mendengar perkataan Vidia. Paskibraka? Sangat tidak mungkin Visiona bisa menjadi salah satu tim pengibar itu, karena Shena sangat mengerti bagaimana gila nya SMA Airlangga, apalagi menarik perhatian para pejabat. Dan, mereka tidak akan pernah membiarkan SMA Visiona memperlihatkan diri mereka di muka umum.

"Vid, cuma buang-buang waktu dan buang-buang tenaga kalian doang. Mulai dari SMA Visiona berdiri, nggak pernah ada satu pun dari siswa dan siswi SMA Visiona yang berhasil lolos masuk tim paskibraka, sampai akhirnya sepuluh tahun yang lalu SMA kita di blacklist. Dan tahun ini, kita memang udah bisa mendaftar lagi, tapi Lo yakin bisa lolos?" Shena tersenyum miring. "Kalian nggak akan lolos, dan yang lebih fatal nya SMA Airlangga bakal buat kecurangan lagi dan kita di blacklist lagi. Come on, Vid. Kita gak perlu menunjukkan ke orang-orang kalau sekolah kita itu hebat, orang-orang akan tahu dengan sendirinya. Dan sedikit demi sedikit kebusukan SMA Airlangga akan terungkap."

"Lo memang benar, Shen. Tapi gak ada salahnya kita mencoba."

"Gue gak setuju! Dan stop untuk menambah beban pikiran gue Vidia. Cukup biarkan gue berpikir soal Kaisar dan komplotannya itu. Lo urus aja keuangan OSIS."

Vidia hanya mengangguk lemah dan segera pamit pulang, Silvia pun mendekat ke arah Shena dan duduk di samping sahabat nya itu.

"Menurut gue yang di bilang Vidia ada benarnya juga, Shen. Nggak ada salahnya kita mencoba, lagian paskibra adalah salah satu ajang paling besar dimana kita bisa memperkenalkan Visiona."

"Stop, Sil! Apapun yang terjadi gue gak mau Visiona di blacklist dengan alasan apapun. Masih banyak kesempatan kita, lagian program beasiswa yang diberikan bokap gue udah cukup! Dan bokap gue gak pernah menuntut kalian untuk jadi yang terdepan 'kan?!"

Shena meninggalkan Silvia dengan raut wajah kesal. Gadis itu berlari ke arah kamar dan duduk di kasur dengan resah. Kehadiran Kaisar benar-benar menganggu pikiran Shena, apalagi melihat foto dimana cowok itu berkumpul bersama komplotan yang pernah mengguncang ketenangan SMA Visiona.

Suara deringan telfon membuyarkan lamunan Shena, Shena berjalan ke arah meja belajar dan membuka tas nya. Shena sedikit terkejut melihat handphone iPhone berwarna hitam yang Shena yakini bukan milik nya.

"Punya Kaisar." Perkataan Silvia membuyarkan lamunan Shena. "Lo belum sempat balikin handphone nya."

Shena ingat kejadian tadi pagi. Dimana dia menahan handphone Kaisar karena kelancangan pria itu sendiri. Shena mengangkat handphone itu dengan melihat panggilan dari siapa gerangan.

Papa is calling.

"Gue harus balikin handphone Kai, Sil. Bokap nya nelfon," ucap Shena dengan perasaan bersalah, pasti Ayah Kaisar sedang mencari anak nya itu.

"Ayo gue antar," ajak Silvia.

****

"Stop!" Gery menghentikan Jefrey yang ingin menyentuh teflon di dapur.

"Apaan, gue mau bantu!"

Dengan cepat Gery mengambil teflon di tangan Jef. "Lo gak perlu bantu apapun."

"Kenapa?" Jef di buat bingung dengan perintah Gery.

"Gue gak mau semua barang di dapur hancur karena tangan ajaib Lo itu," tuduh Gery.

"Dapur, wilayah kekuasaan gue sama Gery. Lo nggak usah ikut campur." Reno tambah mengompori.

Jefrey dengan tangan ajaib nya. Segala barang akan hancur jika berada dalam genggaman Jefrey.

Tidak jauh dari rumah Kaisar terdapat sebuah rumah kosong, yang dulunya dijadikan ayah Kaisar sebagai gudang pakan ternak. Namun, gudang itu kini di sulap Kaisar dan para sahabatnya sebagai markas pertemuan mereka.

Kaisar 2019 [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang