46. Musik, Laut, Hujan dan Shena.

558 34 0
                                    

Kaisar menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan kasar, dia pun akhirnya duduk di sebelah Shena.

"Emang Tante gak pernah cerita tentang gue?"

Shena menggeleng, ibu nya memang tidak pernah bercerita apapun mengenai Kaisar, setelah cowok itu pergi dibawa ibu nya, bahkan semua orang begitu membenci keputusan ibu Kaisar, karena ia dengan tega meninggalkan Om Johan, di saat ia sedang berjuang, dan Kaisar pun kena imbasnya dari ke egoisan dua orang dewasa ini.

"Setelah gue sampai di Surabaya, gue gak punya teman. Gue kesepian, gue buka sosial media nyokap, karena gue mau minta papa buat jemput gue. Tapi, ternyata semua akun papa udah diblokir, dan disana cuma ada chat antara nyokap gue dan nyokap Lo. Gue kirim pesan ke nyokap Lo, dan bilang kalau gue kesepian. Dia selalu nemenin gue, denger semua cerita gue. Bahkan, gue sering cerita tentang kesukaan gue terhadap barang antik, dan lukisan. Nyokap Lo minta gue buat lukis foto dia, dan dia ngirim foto ini. Tapi, belum sempat lukisan nya selesai, nyokap Lo nggak pernah ada kabar lagi. Gue pikir, dia juga ninggalin gue." Kaisar menunduk sedih.

"Sampai akhirnya gue tahu, nyokap Lo berpulang ke rumah Tuhan."

"Gue rindu dia, Kai."

Kaisar memeluk Shena begitu erat. "Lukisan ini gue buat sebagai bentuk terimakasih gue, karena dia udah melahirkan sosok perempuan tangguh dan penuh dengan ruang maaf. Yaitu, Shena Amullya."

"Terimakasih banyak, Elgafri Kaisar, untuk rasa bahagia ini."

****

Shena begitu senang ketika tahu Kaisar membawa nya ke sebuah pantai dengan hamparan pasir putih yang sangat indah. Shena berlari kesana-kemari dan merasakan hembusan angin yang begitu menyenangkan menerpa wajahnya, setelah ibu nya kembali menghadap Tuhan, Shena tidak pernah lagi menginjak pasir pantai. Karena, tidak ada orang yang menemani nya.

"Kai, lihat deh." Shena menunjuk ke arah langit yang berwarna jingga bercampur hitam gelap, matahari hampir tenggelam. "Sunset nya indah ya, walaupun hampir di tutupin gelap nya langit."

Dan nyatanya sunset kali ini, jauh lebih indah. Apalagi ada Lo di samping gue.

Kaisar masih diam melihat Shena yang begitu bahagia, padahal Kaisar tidak pernah tahu, kalau hal se sederhana ini cukup membuat cewek itu bahagia.

Shena mendekat ke arah air laut dan merasakan deburan ombak kecil yang mengenai kaki nya, Shena juga memungut beberapa hewan laut disana. Kaisar mengeluarkan handphone dan memotret gambar yang begitu indah itu.

"Shen!" Panggil Kaisar membuat Shena menoleh ke arah nya, Kaisar mengambil kesempatan itu untuk memotret Shena yang begitu asik bermain air.

Perempuan pencinta musik itu berkali-kali menyiram Kaisar dengan air, namun dengan cepat cowok itu menghindar. Hingga membuat nya berlari seperti anak kecil, Shena tak mau kalah. Dia terus mengejar Kaisar dengan air yang telah ia masukkan dalam kresek kecil.

"Shen, gue gak suka laut." Kaisar memohon dan meminta Shena untuk berhenti mengejar nya.

"Terus kenapa Lo ajak gue kesini?" Shena ngos-ngosan, hampir saja membuat nafas nya berhenti.

"Karena Lo suka 'kan."

Ingin sekali Shena memukul bibir Kaisar, yang penuh dengan kata-kata manis itu, namun tidak jadi. Ketika Kaisar mengajak nya duduk di sebuah pondok kecil, dan menikmati nasi goreng ditemani tiupan angin kencang, juga air hujan yang mulai turun lagi.

"Enak banget tau." Shena menghabiskan satu piring nasi goreng, dan sesekali menggoyangkan tubuhnya. Sekarang, hanya tersisa milik Kaisar yang begitu banyak. Dengan senang hati, Kaisar menyuapi Shena dan diterima dengan baik oleh cewek itu.

"Kenapa Lo nggak suka Laut, Kai?" Ntah kenapa Shena selalu penasaran dengan segala yang Kaisar miliki.

"Kenapa Lo suka laut?" Kaisar malah balik bertanya.

Shena berpikir sebentar. "Laut itu tenang, damai dan diam."

Kaisar menggeleng. "Laut yang lo anggap diam dan tenang, nyata nya memiliki kekuatan yang siap menenggelamkan lo, dengan diam nya."

"Kayak Lo." Shena tersenyum kecil, sembari mengelus kedua lututnya.

Kaisar menoleh ke samping, menatap wajah Shena lebih jelas. "Gue?"

"Iya," Shena pun ikut menoleh ke samping, menatap lekat wajah tanpa ekspresi Kaisar. "Lo diam, tapi berhasil menenggelamkan gue."

"Sick."

"Permisi, Mas. Ini pondok nya mau di tutup. Soalnya angin kencang, petir juga. Kayak nya mau hujan." Salah satu penjaga pantai datang mengingatkan Kaisar.

Kaisar menatap ke arah pantai, gelombang laut memang datang semakin besar.

"Lima menit lagi, Mas," ujar Kaisar dan memberikan beberapa uang ratusan. Untuk biaya pondok juga makan yang mereka pesan.

Kaisar lagi-lagi menoleh ke arah Shena, bukan takut, cewek itu malah berlari ke arah air laut dan berlarian disana. Padahal ombak datang semakin besar.

"Gue kesini, bukan mau lihat Lo lari-lari!" Peringat Kaisar dan menarik Shena untuk berdiri di tepian.

"Yah, hujan." Shena mendongak ke langit, hujan tipis-tipis mulai turun. Keduanya berjalan lagi ke arah pondok. Shena mengambil gitar dan mulai memetik nya.

"Kenapa Lo cuma diam aja? Disini ada Hujan, Laut dan musik. Tiga elemen yang sangat dibenci oleh seorang Kaisar." Shena tertawa dan semakin mengencang kan suara gitar nya, bersahut-sahutan dengan suara petir juga deburan ombak yang menyapu pesisir pantai.

"Gue sengaja lakuin itu, karena gue mau belajar menyukai tiga elemen yang sangat di sukai oleh Shena Amullya," jawab Kaisar dan menarik pelan hidung Shena.

"Kalau gitu, gue juga akan belajar menyukai malam, barang antik dan lukisan," tutur Shena.

"Nggak perlu, karena itu tugas gue. Tugas Lo cuma satu."

"Apa?"

Kaisar mendekat kan wajah nya hingga ia bisa melihat begitu jelas, keindahan yang terpahat pada wajah Shena. "Jadi pacar gue," katanya.

Shena mendadak diam, dia pun menjauhkan wajah Kaisar dari penglihatan nya dan menatap deburan ombak. "Jangan mencintai dua orang dengan satu hati, Kaisar. Lo nggak akan mampu."

"Memang siapa lagi yang gue cintai selain Lo."

"Lo lupa, kalau Lo masih punya pacar di Surabaya." Shena mendadak merasa kesal mengucapkan nya.

Kaisar pun tertawa melihat wajah kesal yang begitu kentara di perlihatkan oleh Shena. "Apa gue kurang meyakinkan kalau gue bilang, gue gak punya pacar Shena."

"Lo banyak bohongin gue, gue gak percaya."

"Apa yang harus gue lakukan biar Lo percaya sama gue?"

Shena menatap Kaisar lekat dan kemudian menatap laut. Ide jahil mendadak muncul di kepala gadis ini, dia pun menunjuk ke arah laut. "Kalau Lo memang benar-benar cinta sama gue, Lo harus berdiri di sana, sampai ombak pertama, buat seluruh tubuh Lo basah."

Kaisar yakin dia mampu, hanya saja dia membenci air laut itu. Namun, tujuan nya ke tempat ini adalah menunjukkan kepada Shena, bahwa ia tulus.

"Oke," kata Kaisar berani. "Kalau gue berhasil, Lo harus jadi pacar gue."

"Gue yakin Lo bakal lari kepirit, air laut aja takut."

Kaisar yang merasa dirinya diragukan mendadak merasa lebih berani, cowok itu melepaskan sepatu juga jaket kebesaran Ravens dan berjalan dengan berani ke arah pesisir pantai. Shena sedikit merasa takut karena ombak begitu besar, namun dia mau lihat, sejauh apa Kaisar mencintai nya.

Kaisar sudah berdiri di tempat yang Shena suruh, cowok itu masih menunggu ombak paling besar akan menerjang tubuhnya, mendadak Shena berdiri ketika ombak kali ini lebih besar dari yang ia bayangkan.

"I love you Shena!"

"Kaisar! Lari!!!"

"Akhhhh....."

Kaisar 2019 [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang